Nelson Rolihlahla Mandela, mantan presiden Afrika Selatan meninggal di Johannesburg, Afrika Selatan, 5 Desember 2013 pada usia 95 tahun. Kepergian Mandela meninggalkan kesedihan mendalam bagi jutaan warga kulit hitam di benua Afrika. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma di hari-hari terakhir Mandela mengatakan, “Semua warga Afrika Selatan harus menerima kenyataan pahit ini bahwa Nelson Mandela tidak akan hidup selamanya.” Kondisi kesehatan Mandela memburuk sejak bulan September dan berdasarkan petunjuk para dokter, dia mendapat perawatan khusus selama tiga bulan akhir hidupnya di kediamannya di Johannesburg.
Pria kelahiran Mvezo, Afrika Selatan, pada 18 Juli 1918 dan berasal dari keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa ini, adalah seorang pemimpin perjuangan warga Afrika Selatan dalam melawan rasisme. Sekarang bukan hanya warga Afrika yang merasa kehilangan pahlawan pemberani di medan perjuangan mewujudkan kebebasan dan perlawanan terhadap rasisme ini, melainkan seluruh dunia berduka atas kepergian sang Mandela.
Sempat mengenyam bangku perguruan tinggi, tetapi dikeluarkan karena aktivitasnya melawan praktik apartheid alias pemisahan sosial berdasarkan warna kulit. Pada 1944, Mandela bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC), sebuah partai politik yang perjuangannya khusus melawan apartheid. Dia bersama beberapa tokoh lain mendirikan Liga pemuda ANC, dengan keinginan mewujudkan organisasi yang lebih radikal melawan apartheid.
Sejarah kekuasaan orang-orang kulit putih di Afrika Selatan selama 350 tahun kembali sejak era kolonialisme warga keturunan Belanda. Orang-orang pribumi kulit hitam dinilai sebagai ras rendah dan budak masyarakat kulit putih. Warga kulit hitam tidak menikmati hak-hak mereka bahkan yang paling mendasar sekali pun. Mereka hidup dengan kondisi sangat mengenaskan di berbagai kota khususnya di kota Johannesburg.
Rezim apartheid resmi berkuasa pada tahun 1948 dan membangun pondasi kelompok bahasa Inggris dan Afrika. Undang-undang Grand Apartheid adalah yang memisahkan berbagai ras untuk hidup di wilayah yang terpisah berdasarkan ras. Untuk berlalu-lalang, warga Afrika Selatan harus memiliki kartu dan jika tidak mereka akan dipenjara.
Perjuangan para aktivis Afrika anti-Apartheid mencapai puncaknya pada Maret 1963 setelah terjadi pembantaian massal demonstran kulit hitam oleh aparat keamanan di Sharp Will. Pasca pembantaian massal 67 warga kulit hitam di Sharp Will, Kongres Nasional Afrika (ANC) secara resmi dilarang. Para aktivis pun mereaksi pembantaian sadis itu dengan menghentikan perlawanan secara damai dan mulai mengangkat senjata.
Mandela pernah mendapat pelatihan militer di Aljazair dan Ethiopia. Terinspirasi Gerakan 26 Juli oleh Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela mendirikan Umkhonto we Sizwe (Tombak Bangsa) bersama dua rekannya Sisulu dan komunis Joe Slovo. Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams di dekat Howick. Mereka ditahan di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh menghasut mogok buruh dan ke luar negeri tanpa izin.
Pada persidangan tahun 1964, Mandela mengungkapkan kata-kata dalam membela dirinya yang akan tercatat abadi dalam sejarah sejarah perjuangan politik bangsa Afrika Selatan. Ungkapan Mandela itu bahkan dinilai sebagai manifesto gerakan Kongres Nasional Afrika.
Mandela di akhir pembelaannya di pengadilan mengatakan, “Demokrasi adalah tujuanku dan aku siap untuk mengorbankan nyawaku dalam mencapainya. Aku berjuang demi kebebasan dan kemerdekaan orang-orang Afrika dan dalam perjuangan ini aku akan terus melawan hegemoni orang-orang kulit putih, aku juga akan bangkit melawan hegemoni orang-orang kulit hitam.”
Ungkapan itu merefleksikan puncak jiwa kebebasan Nelson Mandela. Ketika itu, Mandela sedang memperjuangkan hak-hak warga kulit hitam untuk ikut pemilu dan memiliki hak yang sama dengan masyarakat kulit putih pada pemilu. Namun ungkapan Mandela itu tidak membantunya untuk segera dibebaskan bahkan para hakim menetapkan hukuman penjara seumur hidup baginya. Mandela dipenjara di Pulau Robben dan dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya.
Mandela, bernomor induk tahanan 46664, setelah dibebaskan menjadi tahanan politik paling terkenal di dunia. Berbagai transformasi dunia seperti runtuhnya sistem komunisme di Blok Timur dan Uni Soviet, menjadi awal perang dingin antara kubu Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Timur yang setir oleh Soviet. Di sisi lain, rezim Apartheid yang berkuasa di Pretoria terpaksa untuk membebaskan Mandela menyusul derasnya tekanan dari luar negeri. Faktor utama di balik melemahnya kebijakan rezim Pretoria terhadap Mandela adalah terputusnya dukungan dari Barat.
Mandela dibebaskan pada 11 Februari 1990 dan menjadi salah satu peristiwa penting pada abad 20. Pembebasan Mandela mengawali perundingan antara kelompok oposisi dan rezim Apartheid. Hasil dari perundingan yang berlangsung selama dua tahun itu adalah hak warga kulit hitam untuk ikut dalam pemilu dan undang-undang rasis di Afrika Selatan dicabut.
Tanggal 27 April 1994, menjadi hari yang tidak dapat dilupakan oleh Mandela dan semua rakyat Afrika Selatan. Pada hari itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, Mandela dan jutaan warga kulit hitam menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu multi-ras perdana. Saat itu, Kongres Nasional Afrika atau ANC telah berubah menjadi sebuah partai, dan menang dalam pemilu. Pada perkembangan selanjutnya tanggal 10 Mei 1994, Mandela disumpah sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.
Para pengamat berpendapat bahwa apa yang dilakukan Nelson Mandela di kancah politik dan kekuasaan yang membuatnya abadi di Afrika Selatan dan seluruh benua Afrika adalah komitmennya terhadap demokrasi dan menjaga diri untuk tidak tergiur oleh kekuasaan.
Nelson Mandela yang menjadi simbol perjuangan melawan rasisme di benua Afrika dan di seluruh dunia, meski memiliki popularitas luar biasa di hati warga Afrika Selatan, setelah masa kepresidenannya berakhir (1994-1999), keluar dari medan politik untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkiprah.
Setelah pensiun dari dunia politik, Mandela mendapat undangan dari pemimpin berbagai negara. Mandela memfokuskan upayanya dalam masalah sosial dan kemanusiaan serta membentuk Nelson Mandela Foundation pada tahun 1999 yang memfokuskan pada pemberantasan HIV/AIDS, pembangunan desa dan sekolah.
Pada bulan Juni 2004, pada usia 85 tahun dan kesehatan yang memburuk, Mandela mengumumkan bahwa ia “pensiun dari masa pensiun” dan menarik diri dari kehidupan publik. Meski terus bertemu teman dekat dan keluarga, Mandela menolak undangan untuk tampil di acara-acara publik dan wawancara.
Pada 2005, Mandela menginisiasi pembentukan organisasi para pemimpin dan mantan pemimpin dunia untuk mewujudkan perdamaian dunia. Organisasi itu bernama “The Elders”. Dalam dalam organisasi ini ada pula mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter dan mantan Sekjen PBB Kofi Annan.
Ulang tahun Mandela ke-19 pada 2009 ditetapkan pula menjadi “Hari Mandela”. Yayasan Mandela mendorong kesadaran membentuk layanan komunitas, termasuk penetapan “Hari Mandela itu”. Pada November 2009, PBB menetapkan 18 Juli sebagai “Hari Mandela Internasional”.
Penampilan publik terakhir Mandela terjadi pada hajatan Piala Dunia 2010 yang menjadikan Afrika Selatan sebagai tuan rumah. Setahun sebelumnya, kisah hidup Mandela dipastikan akan difilmkan.
Bulan Februari 2011, ia sempat diinapkan di rumah sakit akibat infeksi pernapasan sebelum diinapkan kembali akibat infeksi paru-paru dan pengangkatan batu empedu pada Desember 2012. Setelah prosedur medis berhasil pada awal Maret 2013, infeksi paru-parunya kambuh kembali dan ia dilarikan ke rumah sakit di Pretoria. Kondisi Mandela terus memburuk dan beberapa kali dirawat di rumah sakit hingga akhirnya pada tanggal 5 Desember 2013, Mandela menutup mata untuk selamanya.(IRIB Indonesia)