بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, berikut kita simak Nasihat Syaikh Abu al-Hasan Ali asy-Syadzili. Beliau adalah seorang Mursyid sekaligus Pendiri Tarekat Syadziliyyah, berasal dari Maroko, lahir pada tahun 593 H dan wafat 656 H.
Diantara nasehat-nasehat beliau adalah:
Jika Kasyaf bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al-Qur’an dan Sunnah. Katakan pada dirimu: Sesungguhnya Allah SWT menjamin keselamatan saya dalam kitab-Nya dan sunah Rasul-Nya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah terlebih dahulu.
Kembalilah dari menentang Allah SWT, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syara’, maka engkau menjadi Ahli Sunnah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian.
Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah SWT dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah SWT, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al-Ghazali mewariskan Ilmu, sedangkan Quthb Qulub Al-Makki mewariskan cahaya kepada kalian.
Ketuklah pintu dzikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah SWT melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah SWT. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berdzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh.
Manakala dzikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah SWT dan ikhlas beragama.
Orang yang berakal adalah orang yang dapat memahami apa yang diinginkan Allah SWT darinya. Dan yang diinginkan Allah SWT dari hamba-Nya dalam memperoleh nikmat, bencana, melaksanakan ketaatan atau terjerumus dalam kemaksiatan ada empat hal:
- Jika engkau memperoleh nikmat, maka Allah SWT mengharuskanmu untuk bersyukur.
- Jika kau ditimpa bencana, Allah SWT memerintahkanmu (mensyari’atkan) untuk bersabar.
- Jika Allah SWT memberimu taufik untuk taat, Allah SWT memerintahkanmu (mensyariatkanmu) untuk syuhûdul minnah dan meyakini bahwa Allah SWT-lah yang memberikan taufik.
- Dan jika kau bermaksiat, maka Allah SWT mensyariatkanmu untuk bertobat dan berinabah kepada-Nya.
Barangsiapa memahami tujuan empat hal perlakuan Allah SWT ini, maka ia dekat dengan hal-hal yang dicintai Allah SWT dan dia adalah hamba sejati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ اُعْطِيَ فَشَكَرَ وَاُبْتُلِيَ فَصَبَرَ وَظَلَمَ فَاسْتَغْفَرَ وَظُلِمَ فَغَفَرَ
“Barangsiapa diuji dengan bencana kemudian bersabar, diberi nikmat kemudian bersyukur, berbuat dzalim kemudian meminta maaf dan didzalimi kemudian memaafkan…”
Kemudian Rasulullah SAW diam. Lalu para Sahabat bertanya, “Apa yang ia peroleh, wahai Rasulullah SAW?”
Rasulullah SAW bersabda:
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ
“Mereka itulah orang-orang yang memperoleh keselamatan dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am [6]: 82) (HR. Ibnu Hibban)
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.