Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Sahabatku terkasih, Nabi Muhammad SAW begitu sangat mencintai umatnya. Hingga di saat menjelang akhir hayatnya, sang penghulu Rasul itu tetap memikirkan nasib umatnya. Cinta terhadap umatnya tak tertandingi.
Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah SAW masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.
Saat tubuh sang kekasih Allah SWT kian melemah, bibirnya masih bisa bergerak. Kepada Ali bin Abi Thalib, sepupu juga menantunya, Rasulullah SAW meninggalkan ‘wasiat, “Peliharalah shalat dan peliharalah orang- orang yang lemah di antara kalian, Ummati…ummati..ummati.” Nabi Muhammad SAW wafat pada 8 Juni 632 di Madinah dalam usia 63 tahun.
Selama hidup, Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatirannya tentang sesuatu yang akan terjadi pada umatnya nanti. Pertama, seperti dikutip dari Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Syekh Nawawi Al-Bantani, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku lebih mengkhawatirkan apa yang akan terjadi pada kalian daripada kekhawatiranku pada dajjal.”
Salah seorang sahabat kemudian bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW bersabda, “Ulama yang buruk.”
Menurut Syekh Nawani al-Bantani, maksud dari kalimat, “ulama yang buruk” itu adalah orang munafik yang memiliki banyak ilmu di bibir tetapi tidak mengamalkan ilmunya. “Ia (ulama yang buruk) mengajak manusia ke jalan Allah padahal ia memperdaya dan menipu mereka,” tulis Syekh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah.
Disebutkan juga dalam hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dari Umar bin Khattab, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya apa yang paling aku takutkan pada umatku adalah orang munafik yang alim secara lisan.”
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “إِنَّ أَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَى أُمَّتِيْ كُلُّ مُنافِقٍ عَلِيْمٍ اللِّسَانِ”
Ada juga sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan ath-Thabrani dari Abu Darda, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya apa yang paling aku takutkan pada umatku adalah para ulama yang menyesatkan.”
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “إِنَّ أَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَى أُمَّتِيْ الْأَئِمَّةُ الْمُضِلُّوْنَ”
Syekh Nawawi al-Bantani mengatakan, dajjal muncul untuk menyesatkan manusia sama seperti ulama yang buruk. Di satu sisi ulama yang buruk ini melalui lisannya menyeru manusia untuk berpaling dari sikap mencintai dunia. Namun di sisi lain melalui tindakan dan perilakunya si ulama ini justru mengajak umat untuk mencintai dunia. Nabi Muhammad SAW khawatir adanya ulama yang buruk dan menyesatkan di tengah umatnya.
Bunyi teks dari Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah itu:
(وهذا) أي بيان هذا الحديث (لأن الدجال غايته الإضلال) فلا يخفى على أحد من المؤمنين (ومثل هذا العالم وإن صرف الناس عن الدنيا) أي عن حبها (بلسانه ومقاله فهو داع لهم إليها) أي إلى حبها (بأعماله وأحواله ولسان الحال أنطق) أي أوضح دلالة إلى المراد وفي بعض النسخ أفصح أي أظهر (من لسان المقال وطباع الناس إلى المساعدة( بالسين المهملة ثم بالعين أي المعاونة (في الأعمال أميل) أي أكثر ميلاً (إليها من المتابعة في الأقوال) فقوله: ولسان الحال، في مقام التعليل لما قبله، وكذا قوله: وطباع الناس فهو أيضاً في مقام التعليل، وقوله: إلى المساعدة، متعلق بأميل. وقوله: إليها تأكيد له. وقوله: من المتابعة، مفضول عليه متعلق أيضاً بأميل (فما) أي فالذي (أفسده هذا المغرور) بالشيطان (بأعماله) الفاسدة (أكثر مما أصلحه بأقواله) المزخرفة (إذ لا يستجرىء) أي لا يشجع (الجاهل على الرغبة) أي التوجه (في الدنيا إلا باستجراء العلماء) عليها (فقد صار علمه) أي ذلك الرجل الثالث (سبباً لجرأة) بضم الجيم وسكون الراء (عباد الله على) إتيان (معاصيه) من غير توقف فقوله صار الخ ملتصق بقوله: فاتخذ علمه ذريعة، إلى آخره، فلو أتى بهذه الجملة عقبه، ثم عللها بقوله: إذ لا يستجرىء الخ، ثم ذكر معطوفها لكان ذلك أظهر، والله أعلم.
Berikut ebook Kitab Maraqi al-‘Ubudiyyah, Syeikh Nawawi al-Bantani. Silahkan didownload atau sekedar dibaca secara online: