Home / Relaksasi / Renungan / Musa Islam: Ketika Memutuskan untuk Mengkristenkan Umat Islam, Saya Justeru Menjadi Muslim

Nama saya Musa, seorang warga Amerika yang memeluk agama Islam. Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen, tetapi saya tidak pernah mengamalkan ajarannya. Bahkan saya tidak pernah peduli akan ajaran agama Kristen hingga beranjak remaja.

Musa Islam: Ketika Memutuskan untuk Mengkristenkan Umat Islam, Saya Justeru Menjadi Muslim

Saya sampai ke satu fase kehidupan dimana saya amat benci dengan Tuhan tanpa mengetahui sebabnya. Saya tidak tahu pasti apakah waktu itu saya sedang mencari jati diri, atau ada upaya dari diri saya sendiri untuk menyalahkan Tuhan atas segala kejadian buruk yang terjadi atau kesalahan yang saya lakukan sendiri. Tuhan menjadi sasaran saya ketika terkena flu, klub Raiders yang tidak memenangi Super Bowl, atau apa saja.

Akhirnya, saya melibatkan diri dalam kelompok Satanisme dan Voodoo. Saya tidak peduli akan apapun. Saya merasakan kehampaan dalam kehidupan dan hidup di tengah-tengah keluarga. Saya melakukan apa saja yang saya inginkan. Saya melibatkan diri dengan senjata api, narkotika, berfoya-foya dan musik rock setan. Benar-benar saya menjadi seorang yang nakal. Pada usia sekitar 20, saya tertangkap dan dijebloskan dalam penjara selama lima bulan.

Mereka memberi saya beberapa waktu untuk berpikir. Saya tidak begitu memikirkan tentang Tuhan ketika berada di sana sehingga satu ketika saya merasa bosan. Akhirnya saya mula membaca Injil… Terdapat berton-ton Injil di sana. Saya mengatakan pada diri saya, mengapa saya tidak mencobanya? Saya sendiri merasa terkejut… Menakjubkan! Saya tidak pernah menyadarinya sebelum ini bahwa apa yang saya cari selama ini terdapat dalam buku itu. Setidak-tidaknya begitulah menurut pikiran saya. Tuhan… Apakah konsep yang dimilikinya untuk seorang bekas penganut setan. Tak pernah terlintas… Saya mulai mempelajarinya. Saya merasa tidak puas dan terus membacanya, sehingga saya keluar dari penjara.

Satu malam saat saya sedang membaca Injil dengan cahaya dari celah-celah retakan di pintu setelah lampu padam. Saya membaca kisah Nabi Isa as dalam Injil Matius. Terlintas di benak saya ingin menjadi sepertinya. Saya dapat membayangkan dirinya. Seluruh hidupnya diserahkan kepada Tuhan. Saya ingin menjadi pengikutnya. Saya ingin mendekati Tuhan, mencintai dan menyembah Tuhan. Saya tidak lagi memikirkan perkara lain. Tidak ada yang penting dalam dunia ini selain dari Tuhan.

Sebenarnya, saya memutuskan untuk dibaptis dalam penjara. Bagaimanapun, dengan alasan yang memang agak aneh, pada hari itu saya mau dibaptis. Dan hari itu tepat saya dibebaskan dari penjara. Yang lebih aneh lagi,saya dikeluarkan lebih cepat dari masa yang telah ditetapkan. Satu kesalahan yang mereka lakukan… Saya tidak seharusnya keluar karena masih terdapat tuduhan di tempat lain, dan sedang menanti hukuman… Saya memang jahat, namun hukuman tersebut akhirnya dibatalkan. Saya menjadi orang bebas (syukur kepada Tuhan). Bebas dari penjara. Bebas dari penyiksaan diri saya sendiri.

Saya mula kembali menjadi orang dulu, tetapi saya masih menjaga janji saya untuk tidak akan meninggalkan Tuhan. Ini merupakan janji yang tidak akan kuabaikan. Setelah keluar dari penjara, saya sudah banyak berubah dan mulai pergi ke gereja. Keluarga melihat saya telah berubah menjadi orang yang aneh. Karena dahulu mereka melihat bahwa saya adalah Jim “anti-Tuhan”. Itu kali terakhir mereka melihat saya. Tapi kini saya sudah ke gereja???

Mereka semua berpikir bahwa saya punya motif tertentu dalam mencari Tuhan. Seperti yang saya katakan saya masih seperti dulu. Saya masih minum minuman keras, melakukan hubungan sex dan melibatkan diri dengan musik rock setan. Tetapi saya rasakan bahwa perkara ini akan terhapus dengan meminta maaf dari Nabi Isa, maka sudah pasti saya akan selamat?

Sekali lagi, saya pergi dari rumah untuk ke 200 kalinya dan tinggal bersama seorang lelaki yang saya kenali di California lewat internet. Saya melakukan ini hanya untuk melarikan diri dan saya anggap dengan melakukan hal ini saya pikir segalanya akan selesai.

Satu hari saya merasakan bahwa saya perlu kembali untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Saya mulai merasakan diri saya kosong seperti dulu. Seperti sebelum saya mengenal Tuhan. Saya rasa bingung. Saya merasakan tidak dapat melakukan sesuatupun. Saya lebih mementingkan diri. Untuk beberapa sebab, saya merasa seolah-olah saya ditarik kembali. Tampaknya memang aneh. Saya tertarik dengan Timur Tengah dan mula membaca tentang kawasan ini. Saya merasa harus lebih banyak belajar mengenai Tuhan. Saya mula mencari di internet berkaitan orang-orang kuno di Timur. Saya menemui gereja Ortodok Suriah yang bertutur dalam bahasa Aramaic, yang merupakan bahasa Nabi Isa. Ini sudah pasti mendekatkan saya pada Tuhan.

Ia merupakan bentuk awal Kristen. Wah, pikir saya, sudah pasti inilah yang harus saya lakukan. Saya menganggap bahwa Tuhan menyeru saya untuk menjadi misionaris dan mengubah orang-orang muslim jahat itu. Saya merasa pasti benar bahwa itulah yang harus saya lakukan. Seakan-akan saya saya tahu benar apa yang harus saya lakukan. Pada tahap ini kehidupan saya adalah hanya untuk Tuhan saja. Oleh karenanya, saya banyak berpikir mengenai sekolah misionaris dan seminari. Saya sendiri tidak pasti dari mana ide tersebut muncul dalam kepala, tapi itulah yang saya pikirkan. Saya harus meninggalkan apa saja yang saya lakukan dan mengikuti apa yang sudah saya rencanakan. Itulah yang harus saya lakukan.

Karena keinginan untuk mengubah umat Islam, maka seharusnya saya tahu sesuatu mengenai agama mereka. Dari situ barulah saya tahu bagaimana menunjukkan mereka jalan benar. Seharusnya saya meminta mereka menyembah Nabi Isa. Saya anggap segala apa yang diucapkan tentang umat Islam semuanya tidak benar, saya dengar dari berita tentang ‘teroris Islam,’ bagaimana mereka menyembah ‘Tuhan Bulan’ dan sesuatu dan juga kotak besar hitam di tengah padang pasir.

Akhirnya saya ketahui bahwa semuanya tidak benar… Semakin saya membaca semakin saya ingin tahu, sehingga saya meninggalkan pelajaran saya berkaitan bahasa Aramaic dan Kristen. Sebaliknya, saya belajar bahasa Arab dan Islam. Apa yang menjadi masalah besarnya. Ternyata saya mula jatuh cinta dengan Islam. Saya mula bercerita dengan keluarga saya, bahwa muslim tidaklah seburuk yang disangka, muslim tidaklah aneh. Saya mula merasakan bahwa saya adalah seorang muslim.

Mereka memberi tahu saya, kamu harus berhati-hati Jim! Kamu harus waspada karena setan sedang berusaha memperdaya kamu. Kini kamu seorang Kristen yang baik dan setan ingin menyimpangkan kamu dari kebenaran. Kamu nantinya akan terserap dalam agama jahat ini. Islam itu jahat dan ganas. Berhati-hatilah!!!!

Saya mula bercerita tentang Islam setiap hari kepada teman dan keluarga saya. Memperbaiki citra Islam di mata mereka. Malah saya mulai melaksanakan ibadah shalat dalam penyembahan Kristen saya seperti sujud dan rukuk. Karena saya dapati bahwa itu juga dilakukan oleh Nabi Isa as.

Seorang teman muslim yang saya temui mengatakan, “Jim, anda seorang muslim! Anda harus belajar untuk menerimanya. Terimalah bahwa Allah telah menunjukkan jalan untuk anda, jalan kebenaran.” Saya tahu dia benar… Anda harus memahami bagaimana sulitnya perkara ini. Mengetahui apa yang kita yakini adalah sebuah kesalahan. Mungkin bagi orang lain tidak begitu sulit. Mereka menemui kebenaran dengan mudah… Tetapi bagi saya, ini sangat sulit. Saya pikir harus meninggalkan segala yang telah saya pelajari. Jauh di dalam hati saya tahu bahwa Allah memberitahu kepada saya siapa saya sebenarnya. Saya tahu benar bahwa ini semua merupakan Kehendak Allah. Alhamdulillah.

Sayangnya, saya tidak dapat menerima hakikat ini. Saya punya teman online yang memberitahu saya bahwa seorang muslim dan saya sendiri memahaminya. Manakala orang Kristen dari gereja memberitahu bahwa Islam bukanlah jalan yang benar dan saya telah melibatkan diri dalam sesuatu yang amat menakutkan dan jahat… Keluarga memberitahu bahwa saya telah musnah. Sebenarnya saya pernah melewati berbagai macam kesengsaraan. Sehingga menyebabkan saya dirawat sebanyak lima kali di rumah sakit karena tekanan stress yang kuat. Segala apa yang berlaku kelihatan mudah jika dibandingkan dengan apa yang saya lalui kini.

Saya menderita. Mental saya tersiksa. Nabi Isa, Allah, Muslim, Kristen… Selagi saya masih mencintai Nabi Isa, selagi saya masih menyembahnya sebagai Tuhan, saya menyadari bawah itu semua merupakan sebuah kesalahan. Nabi Isa bukan Tuhan, saya mengetahuinya dan ia merupakan satu hal yang paling sulit untuk saya akui.

Saya masih baru dengan Islam dan tidak banyak mengetahuinya. Saya hanya melewatinya dari apa yang diberitahu dan sedikit yang saya baca. Akhirnya saya membuat keputusan akhir. Saya tidak lagi bisa menolak kebenaran. Saya harus menyerahkan diri kepada Tuhan yang telah menunjukkan jalan kebenaran!!!

Alhamdulillah!! Saya menelepon teman muslim saya dan mengucapkan syahadah.

Akhirnya datanglah kedamaian………….

Segala kekalutan yang selama ini menimpaku tiba-tiba hilang. Saya tidak lagi memakai obat-obatan, berhenti merokok, tidak minum minuman keras, tidak mencaci orang dan menjauhi narkotika. Saya kemudian pergi ke Kairo, Mesir bukan untuk memeluk Islam seperti yang saya yakini dulu, tetapi kali ini untuk belajar bahasa Arab dan Islam.

Alhamdulillah, saya masih punya masalah dengan keluarga. Mereka tidak suka saya menjadi muslim, walaupun mereka menyadari bahwa inilah keputusan yang telah saya ambil. Bukan sekadar sebuah perubahan atau fase dalam kehidupan. Insya Allah mereka akan menyadarinya satu hari nanti. Saya sedang memberi contoh terbaik bagi mereka. Sementara mereka sendiri melihat perubahan besar dalam kehidupan saya. Insya Allah mereka tahu jika saya bisa berubah dan mereka juga dapat mengikutinya.

Saya bersyukur kepada Allah swt. Bersyukur karena telah menunjukkan jalan yang lurus kepada saya. Saya sungguh gembira dapat melanjutkan pelajaran di Kairo. Sungguh tidak sabar rasanya. Inilah peluang saya untuk dapat belajar dari umat Islam. Alangkah indahnya, saya tidak lagi terpinggir dan sendirian. Tempat tinggal saya saat ini tidak ada orang muslim sampai sejauh 100 mil. Terima kasih karena membaca kisah saya. Semoga Allah memberi karunia kepada anda sekalian. (IRIB Indonesia/revert muslim)


About admin

Check Also

Syaikh Jalaluddin Rumi Berbicara Cinta (1)

“Demi mengenang kerinduan kepada gurunya, Syamsuddin Tabriz, Rumi menulis banyak Syair yang kemudian dihimpun dalam ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *