Home / Agama / Kajian / Misteri Hadits Nabi SAW yang Disembunyikan Abu Hurairah

Misteri Hadits Nabi SAW yang Disembunyikan Abu Hurairah

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Sahabatku terkasih, telah tercatat dalam sejarah bahwa Abu Hurairah RA telah meriwayatkan 5.734 hadits Rasulullah SAW. Beliau merupakan periwayat hadits terbanyak dalam sejarah dan lebih dari 800 orang ulama hadits yang kemudian meriwayatkan hadits darinya.

Sahabat Rasulullah SAW yang satu itu mempunyai nama asli Abdurrahman bin Shakhr al-Azdi ad-Dausi. Betapa pentingnya nama Abu Hurairah RA dalam khazanah ilmu riwayat hadits lantaran posisi hadits dalam sumber hukum Islam juga sangat penting.

Jika Al-Quran adalah sumber hukum Islam yang paling teratas dalam hirarki pengambilan hukum Islam, maka hadits merupakan sumber hukum yang kedua yang berada di bawahnya. Keduanya terkait secara erat dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Meski demikian, selain 5.734 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ternyata ada hadits Rasulullah SAW yang tidak diungkapkan oleh beliau. Bahkan ekspresi kata-katanya ketika mengungkapkan hadits yang tidak bisa beliau ungkap tersebut menggambarkan sebuah situasi yang “gawat” dan bisa beresiko bagi keselamatan dirinya.

Abu Hurairah RA pernah mengatakan;

حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَائَيْنِ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا الْبُلْعُومُ

“Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dua bejana ilmu. untuk satu bejana sudah saya sampaikan kepada kalian. Untuk bejana yang kedua, andai saya sampaikan kepada kalian maka kepalaku akan dipenggal”. (HR. Bukhari 120)

Abu Hurairah RA mengungkap suasana bathin yang “berbahaya” jika hadits itu diungkap sehingga beliau memilih untuk menyembunyikannya. Apa yang dirahasiakannya, beliau simpan hingga menjelang akhir hayatnya.

Ungkapan Abu Hurairah RA tentang misteri hadits yang disembunyikannya itu sempat menyisakan spekulasi yang beraneka macam. Namun, ada satu kesimpulan bahwa menjelang akhir hayatnya, Abu Hurairah RA sempat “membocorkan” rahasianya itu kepada salah satu Tabi’in generasi ke-2.

Beberapa orang ulama berspekulasi tentang misteri hadits yang dirahasiakan Abu Hurairah RA tersebut. Sebagian yang lain mengatakan bahwa hadits yang disembunyikan Abu Hurairah bukanlah hadits yang berkaitan tentang hukum ‘Aqidah dan Syari’ah, tapi hadits yang berkaitan dengan fitnah dan kejadian di masa mendatang.

Hadits ini akan aman apabila berada di tangan orang yang amanah dan berilmu. Tapi kalau dipegang orang jahil, maka resikonya besar sekali, karena dapat membahayakan beliau sendiri dan orang lain, akan timbul huru-hara, akan banyak fitnah kepada yang tidak bersalah, dan perpecahan di tubuh umat muslim, dll.

Karena itulah, Abu Hurairah RA merahasiakannya sampai beliau meninggal. Karena jika beliau sampaikan, bisa jadi beliau akan dibunuh.

Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan;

قَالَ عُلَمَاؤُنَا: وَهَذَا الَّذِيْ لَمْ يَبُثُّهُ أَبُو هُرَيْرَةَ وَخَافَ عَلَى نَفْسِهِ فِيْهِ الْفِتْنَةُ أَوِ الْقَتْلُ إِنَّمَا هُوَ مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِأَمْرِ الْفِتَنِ، وَالنَّصُّ عَلَى أَعْيَانِ الْمُرْتَدِيْنَ، وَالْمُنَافِقِيْنَ، وَنَحْوَ هَذَا مِمَّا لَا يَتَعَلَّقُ بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى، وَاللّٰهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .

Para guru kami mengatakan, “Ilmu yang tidak disebarkan Abu Hurairah dan beliau khawatir akan terkena fitnah dengannya atau bahkan dibunuh, adalah pengetahuan tentang masalah fitnah yang akan terjadi. Atau keterangan tentang orang-orang yang murtad, nama-nama orang munafik. Dan ilmu semacam ini tidak ada kaitannya dengan keterangan agama dan petunjuk taqwa. Allahu a’lam.” (al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, 2/186).

Hal yang sama juga disampaikan Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah;

حَمَلَ الْعُلَمَاءُ الْوِعَاءَ الَّذِيْ لَمْ يَبُثُّهُ عَلَى الْأَحَادِيْثِ الَّتِيْ فِيْهَا تَبْيِيْنُ أَسَامِي أَمْرَاءِ السُّوْءِ وَأَحْوَالِهِمْ وَزَمَنِهِمْ، وَقَدْ كَانَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ يُكَنِّيْ عَنْ بَعْضِهِمْ وَلَا يُصَرِّحُ بِهِ خَوْفًا عَلَى نَفْسِهِ مِنْهُمْ .

“Para ulama memahami bahwa hadits-hadits yang tidak disebarkan Abu Hurairah adalah hadits yang menyebutkan tentang nama-nama pemimpin yang jelek, keadaan mereka dan kondisi zaman ketika pemimpin itu berkuasa. Abu Hurairah terkadang menyebutkan sebagiannya secara isyarat dan tidak beliau tegaskan, karena beliau khawatir akan menimbulkan kekacauan di masyarakat dan ancaman masyarakat kepadanya”.

Lalu al-Hafidzh Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan pendapat yang lain,

وَقَالَ غَيْرُهُ: يَحْتَمِلُ أَنْ يَكُوْنَ أَرَادَ مَعَ الصِّنْفِ الْمَذْكُوْرِ مَا يَتَعَلَّقُ بِأَشْرَاطِ السَّاعَةِ وَتَغَيُّرِ الْأَحْوَالِ وَالْمَلَاحِمِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ، فَيُنْكِرُ ذَلِكَ مَنْ لَمْ يَأْلَفْهُ، وَيَعْتَرِضُ عَلَيْهِ مَنْ لَا شُعُوْرَ لَهُ بِهِ .

“Ulama lain mengatakan, kemungkinan, yang dimaksud dengan ilmu yang disembunyikan adalah informasi terkait tanda-tanda kiamat. Terjadi perubahan besar dan kekacauan di akhir zaman. Sehingga jika disampaikan akan diinkari orang yang tidak bisa menerimannya, dan ditolak oleh orang yang tidak menyadarinya. (Fathul Bari, 1/216)

Bukankah ini yang dinamakan menyembunyikan ilmu? Apakah boleh seseorang menyembunyikan ilmu atau hadits? Bukankah orang yang menyembunyikan ilmu akan dilaknat oleh Allah SWT?

Begini sahabatku terkasih, bahwa menyembunyikan ilmu dalam arti menyembunyikan kebenaran, hukum, aqidah dan iman adalah sesuatu yang tercela dan akan dilaknat oleh Allah SWT. Inilah karakter Yahudi, sebagaimana Allah SWT tegaskan dalam firman berikut;

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ ۞

“Orang-orang yang menyembunyikan keterangan dan petunjuk yang Kami turunkan, setelah kami jelaskan kepada umat manusia dalam al-Kitab, mereka itulah orang yang dilaknat Allah dan dilaknat semua yang melaknat.” (QS. al-Baqarah: 159)

Menyembunyikan ilmu yang dilaknat oleh Allah SWT di sini adalah ilmu yang berkaitan dengan masalah iman dan hukum. Jika orang itu tidak diberitahukan, maka dia akan terjerumus ke dalam kesesatan dan dia akan melanggar syariat. Orang yang tidak memberitahu tentang hukum akan sesuatu hal, maka orang itu telah menyembunyikan ilmu. Patutlah orang tersebut dilaknat oleh Allah SWT.

Sementara dalam hal sikap Abu Hurairah RA yang menyembunyikan suatu hadits tidaklah ada hubungannya dengan ketaqwaan, keimanan atau hukum tentang sesuatu. Jika hal itu tidak diberitahu kepada orang lain, tidak akan membuat orang itu jadi sesat atau melanggar syari’at. Namun tidak sebaliknya, jika ilmu itu disiarkan secara umum, justru dikhawatirkan akan dimanfaatkan oleh orang jahil sesuka hawa nafsunya sehingga mengakibatkan terjadinya gejolak dan fitnah besar. Karena itu, menyembunyikan ilmu atau hadits semacam ini bukan hanya sekedar tidak tercela, tapi justru mulia.

Sebagaimana yang dialami Hudzaifah bin al-Yaman. Beliaulah satu-satunya sahabat yang mengetahui daftar orang munafik di Madinah. Ketika Nabi SAW meninggal, hanya Hudzaifah satu-satunya sahabat yang tahu daftar orang munafik di Madinah. Namun sampai Hudzaifah meninggal, beliau tidak membocorkan pengetahuan itu kepada orang lain. Karena itulah, Hudzaifah digelari, ‘Shâhibu sirrin Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam’ (Pemegang rahasia Nabi SAW).

Al-Hafidzh al-Dzahabi rahimahullah berkata;

وَقَدْ صَحَّ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَتَمَ حَدِيْثًا كَثِيْرًا مِمَّا لَا يَحْتَاجُهُ الْمُسْلِمُ فِي دِيْنِهِ، وَكَانَ يَقُوْلُ: لَوْ بَثَثْتُهُ فِيْكُمْ، لَقُطِعَ هَذَا الْبُلْعُوْمُ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ بَابِ كِتْمَانِ الْعِلْمِ فِيْ شَيْءٍ، فَإِنَّ الْعِلْمَ الْوَاجِبَ يَجِبُ بَثَّهُ وَنَشْرَهُ، وَيَجِبُ عَلَى الْأُمَّةِ حِفْظُهُ .

“Dan dalam hadits yang telah shahih sesungguhnya Abu Hurairah menyembunyikan banyak hadits yang tidak dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam agamanya, dan beliau pernah berkata; ‘Jika aku menyiarkannya kepada kalian, niscaya kerongkongan ini akan dipenggal’. Hal ini bukanlah termasuk ke dalam bab tentang menyembunyikan ilmu sedikit pun, karena sesungguhnya ilmu yang wajib itulah yang wajib disiarkan dan disebarkan, dan wajib atas ummat ini menjaganya.” (Siar A’lamunnubala’ 10/603. Muassasah Arrisalah).

Ketika ad-Dzahabi rahimahullah menjelaskan tentang sikap Abu Hurairah RA ini, beliau mengatakan;

هَذَا دَالٌّ عَلَى جَوَازِ كِتْمَانِ بَعْضِ الْأَحَادِيْثِ الَّتِيْ تُحَرِّكُ فِتْنَةٌ فِي الْأُصُوْلِ أَوِ الْفُرُوْعِ، أَوِ الْمَدْحِ وَالذِّمِّ، أَمَّا حَدِيْثٌ يَتَعَلَّقُ بِحِلٍّ أَوْ حَرَامٍ فَلَا يَحِلُّ كِتْمَانَهُ بِوَجْهٍ، فَإِنَّهُ مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى .

“Sikap Abu Hurairah ini adalah dalil bolehnya menyembunyikan hadits yang bisa menimbulkan fitnah di masyarakat, baik terkait prinsip atau masalah cabang, isinya pujian atau celaan. Adapun hadits yang terkait masalah halal-haram, jelas tidak boleh disembunyikan sama sekali. Karena ini bagian dari ilmu dan kebenaran.” (Siyar A’lam Nubala, 2/597).

Menjelang wafatnya, ada yang meriwayatkan bahwa Abu Hurairah RA sempat membocorkan informasi kepada orang-orang dekat di kalangan Tabi’in yaitu generasi ke-2 setelah Rasulullah SAW tentang hadits-hadits yang disembunyikan tersebut.

Berkaitan dengan itu, di Perpustakaan Nasional Istambul Turki, ada manuskrip yang berasal dari zaman abad ke-2 Hijriyah yang ditulis oleh Tabi’ut Tabi’in dari Syam generasi ke-3 setelah Rasulullah SAW. Judul tulisan tersebut; ”Salâm wa harb fî âkhir zamâni ar-Rabb”.

Dalam manuskrip tersebut tertulis kejadian-kejadian besar dunia, lengkap dengan nama-nama tokoh pelakunya. Lalu, apakah manuskrip tersebut berkaitan dengan hadits-hadits yang disembunyikan oleh Abu Hurairah RA? Kita simak dalam artikel berikutnya.

Wallâhu A’lam bish-Shawâb.

 

About admin

Check Also

Meraih Rahmat dengan Fitnah

“Setiap pengalaman pahit yang dihadapi manusia, terutama terkait hubungan dengan manusia lain, perlu dimaknai sebagai ...