Pakar-pakar operasi khusus intelijen di Timur Tengah, analis intelijen kemanan nasional, dan aktivis gerakan pro-Palestina di dunia cyber mulai fokus menyingkap manuver agresif operasi-operasi Cyber Clandestine Intelligence gabungan AS-Israel-Saudi di berbagai negara. Ini termasuk di Indonesia paska tertangkapnya Osman Khalid al-Amin, pengelola Unit 999-Cyber Propaganda Intelligence, proyek intelijen gabungan AS-Israel-Saudi yang menyamar sebagai direktur media propaganda AMAQ milik kelompok ISIS.
Ambisi Liar AIPAC
Salah satu poin penting yang diputuskan oleh konferensi organisasi pro-Israel sedunia, AIPAC (America-Israel Public Affair Committe) yang menjadi kesepakatan adalah mengupayakan merangkul Arab Saudi sebagai sekutu melawan Iran di Timur Tengah. Langkah itu mendapat sambutan semua anggota AIPAC yang menghadiri konferensi tersebut.
Bersamaan dengan lahirnya kesepakatan AIPAC, Arab Saudi juga ternyata tengah membangun persekutuan serupa. Hal tersebut tergambar dari kunjungan Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman ke Inggris pada Kamis (8/3) yang mencapai kesepakatan dengan PM Inggris Theresa May untuk bekerja sama dalam melawan aktivitas regional Iran yang dinilai membuat Timur Tengah kian tak stabil seperti dikutip oleh Al-Arabiyaa, Sabtu (10/3).
Menghadapi tudingan tersebut, Pemerintah Iran langsung bereaksi menangapi kesepakatan Inggris-Saudi tersebut. ”Alangkah lucu pejabat Britania mengambil sikap itu mengingat Saudi yang melakukan agresi ke Yaman dan menyebabkan bencana kemanusiaan serta kejahatan perang,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Jubir Kemenlu) Iran Bahram Qassemi dalam pernyataan resmi yang dilansir kemarin. Sebaliknya, ia mendesak negara-negara di dunia menekan Saudi menghentikan aksi militer mereka di Yaman.
Sebelumnya, dalam konferensi AIPAC yang dimulai sejak Minggu (4/3) di Washington, Amerika Serikat (AS) salah satu dukungan yang diagendakan adalah membantu Israel membatasi pengaruh Iran di Timur Tengah. Ketua Konferensi dan Presiden Organisasi Yahudi Amerika di AS Stephen Greenberg juga mendesak kelompok lobi pro-Israel tersebut mendukung Pangeran Muhammad bin Salman dan pimpinan Uni Emirat Arab dalam memerangi Iran.
Dilansir Aljazirah, Selasa (6/3), Stephen Greenberg mengatakan, pada konferensi tahunan yang sedang berlangsung di Washington tersebut, dia mengunjungi kedua negara dan didorong oleh para pemimpin UEA untuk mendukung toleransi dan komitmen untuk memerangi terorisme.
Sikap progresif serupa diungkapkan petinggi AIPAC, mantan Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon yang juga berbicara dalam konferensi tersebut mengaku memiliki hubungan baik dengan para pemimpin Saudi. ”Israel memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara Teluk, Arab Saudi, UEA, dan Bahrain, terutama dalam melawan kekuatan Iran yang meningkat di wilayah tersebut,” ujarnya.
Operasi Cyberwar “Penunggang Kuda Kuda Hitam”
Untuk mendukung misi AIPAC tersebut, Sekretaris Negara AS Bidang Energi Rick Perry ditunjuk memimpin delegasi AS melakukan perundingan dengan pihak Saudi di London pada Minggu (9/3) bersama tiga orang konsultan intelijen eksternal Pemerintah AS.
Pertemuan itu menyusul keinginan Saudi berintegrasi secara intelijen dengan badan-badan intelijen luar negeri AS- Inggris-Israel dan kerja sama khusus dengan Kementerian Luar Negeri ketiga negara tersebut untuk melawan Iran-Rusia-Turki-China, di bawah komando strategis pemerintah AS.
Agenda Pematangan kerja sama ini akan disepakati dalam kunjungan pangeran Saudi Muhammad bin Salman ke AS pada 20 Maret 2018. MBS yang sangat berpengaruh di Saudi itu, diketahui memiliki hubungan yang sangat baik dengan Trump dan menantunya, Jared Kushner. Putra Mahkota Saudi itu dipuji negara-negara Barat karena menjanjikan masyarakat Saudi yang lebih terbuka.
“Presiden menantikan untuk membahas cara-cara memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi,” kata Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders saat mengumumkan perihal pertemuan Trump dan Putra Mahkota Saudi tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (13/3).
Dalam rangka mendukung misi AIPAC merangkul Saudi Arabia dan menyambut kunjungan resmi pangeran Saudi, Muhammad Bin Salaman ke Gedung Putih, Presiden AS, Donald Trump langsung menggantikan jabatan Rex Tillerson, Menlu AS dengan Mike Pompeo, direktur badan intelijen luar negeri CIA. Sedangkan direktur CIA yang baru dijabat Gina Haspel.
“Mike Pompeo, direktur CIA akan menjadi menteri luar negeri baru kita. Dia akan melakukan pekerjaan menakjubkan! Terima kasih kepada Rex Tillerson untuk tugasnya! Gina Haspel akan menjadi direktur baru CIA, dan wanita pertama terpilih. Selamat kepada semua,” kata Trump di Twitter. Demikian laporan Reuters, Selasa (13/3).
Delapan Tahun Operasi Proxy Cyberwar
“Kuartet Kutuk Tindakan Israel” ini adalah judul berita, media online kompas.com, Sabtu, 20 Maret 2010. Peristiwa yang menjadi berita dunia delapan tahun lalu tersebut, bertepatan tanggal dan bulannya dengan rencana kunjungan Pangeran Saudi Muhammad Bin Salman, ke AS pada 20 Maret 2018, minggu depan.
Diberitakan bahwa dalam pertemuan kuartet perdamaian, Jumat (19/3/2010) di Moskwa, Rusia mengutuk pengumuman rencana pembangunan 1.600 unit rumah baru Yahudi di Jerusalem Timur.
Pernyataan kuartet perdamaian (AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa) dibacakan Sekjen PBB Ban Ki-moon. Kuartet meminta Israel menghentikan semua aktivitas pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Namun ditolak tegas PM Israel Benyamin Netanyahu dengan alasan masih melobi AS dengan menelepon Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Netanyahu mengusulkan Hillary untuk membangun rasa saling percaya sebagai jalan keluar dari krisis hubungan AS-Israel, yang dipicu dengan pelecehan terhadap Wakil Presiden AS, Joe Biden. Netanyahu dan Hillary juga sepakat bertemu di Washington DC di sela kongres kelompok lobi Yahudi di AS (AIPAC). Sebaliknya, Hillary menyampaikan kepada Netanyahu bahwa utusan khusus AS, George Mitchell, akan mengunjungi Israel pada Minggu (21/3/2010) untuk menggalang perundingan tidak langsung Israel-Palestina.
Kuartet juga menyerukan agar Israel-Palestina segera memulai lagi perundingan damai untuk mencapai kesepakatan atas isu-isu yang bisa mengantarkan ke arah berdirinya negara Palestina dalam kurun waktu dua tahun, yakni pada 2012
Putin Simpan Rahasia Operasi Cyberwar
Serangan Presiden Rusia Vladimir Putin dan sikap kritis mantan Menlu AS Hillary Clinton kepada PM Israel Benyamin Netanyahu delapan tahun lalu soal pembangunan perumahan di wilayah Tepi Barat dan Jerusalem Timur membuat nama mereka berdua “saling diadu ” sebagai dalang operasi sabotase dan serangan Cyber kelompok “Penunnggang Kuda Hitam”.
Presiden Vladimir Putin menyebutkan, orang Yahudi dan minoritas lainnya di Rusia berada di belakang campur tangan pemilu presiden AS. Rusia selama ini kerap disebut-sebut ikut campur dalam pemilu presiden AS yang dimenangkan oleh Donald Trump.
“Mungkin mereka bahkan bukan orang Rusia. Mungkin mereka orang Ukraina, Tatar, Yahudi, hanya dengan kewarganegaraan Rusia. Bahkan itu perlu diperiksa,” kata Putin kepada NBC seperti dikutip dari Independent, Minggu (11/3).
CIA menyimpulkan bahwa Moskow mencampuri pemilihan presiden pada 2016 dengan membocorkan komunikasi Partai Demokrat yang dibajak dan membanjiri media sosial dengan informasi yang keliru.
Bulan lalu, FBI mendakwa 13 orang Rusia dan tiga perusahaan atas perannya apa yang diklaim sebagai aksi perang siber yang berbasis di kota Rusia St. Petersburg. Tapi Putin mengatakan bahwa ia “tidak peduli” jika mereka orang Rusia.
“Memang kenapa kalau mereka orang Rusia? Ada 146 juta orang Rusia. Terus?” katanya. “Mereka tidak mewakili kepentingan negara Rusia. Mungkin mereka memiliki kewarganegaraan ganda atau mungkin Green Card. Mungkin orang Amerika yang membayar mereka untuk pekerjaan ini. Bagaimana Anda tahu? Saya tidak tahu,” imbuhnya.
Putin mengatakan, jika penyelidikan FBI menemukan bahwa warga negara Rusia dan perusahaan-perusahaan tersebut bersalah karena ikut campur dalam pemilihan di AS, hal itu mungkin tidak berarti sebuah kejahatan di Rusia.
- Dynno Chressbon, Pengamat Intelijen
- Source: Indopos.Co.Id