Home / Relaksasi / Renungan / Menjadi Penghuni Langit Karena Cinta Kepada Rasul dan Ibunya

Menjadi Penghuni Langit Karena Cinta Kepada Rasul dan Ibunya

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammad

Saudaraku terkasih, seringkali aku selalu mengingatkan agar selalu mengasihi kedua orang tua terutama ibu. Dan aku sendiri selalu menaruh perhatian besar kepada sahabatku yang mencintai ibunya. Hal ini tentu saja bukan tidak berdasar karena Mursyidku yang agung Sayyidina Rasul pun melakukan hal yang sama kepada sahabatnya yang mencintai ibunya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Uwais bekerja sebagai penggembala kambing dan onta milik orang lain. Walaupun upah yang diterimanya hanya cukup untuk kebutuhan dirinya dan ibunya, beliau tetap sabar dan senantiasa selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Uwais dikenal sebagai sosok yang ahli ibadah. Beliau selalu berpuasa di siang hari dan selalu bermunajat kepada Allah SWT pada malam harinya untuk beristighfar dan meminta petunjuk. Uwais hidup semasa dengan Rasulullah dan dia adalah seorang pemuda yang memiliki kecintaan yang sangat luar biasa kepada Baginda Nabi.

Uwais merasa sedih ketika mendengar orang-orang bercerita tentang perjumpaannya dengan Baginda Nabi, karena beliau memang belum pernah sekalipun bertemu dengan Nabinya. Rasa rindu Uwais semakin lama semakin mendalam, dia sangat ingin sekali segera bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW.

Uwais ingin memandang wajah Rasulullah dari dekat dan ingin mendengar suaranya. Namun, kecintaan pada ibunya juga sangat luar biasa. Beliau merasa tak tega jika harus meninggalkan ibunya sendirian untuk bertemu Baginda Nabi.

Di luar dugaan ternyata sang ibu mengetahui keinginan Uwais. “Wahai Uwais anak ibu, pergilah engkau menemui Rasulullah SAW di rumahnya. Setelah berjumpa, segeralah engkau pulang”. Kata ibu Uwais.

Mendengar pernyataan ibunya, Uwais merasa sangat bahagia luar biasa. Beliaupun segera berkemas dan tak lupa menyiapkan semua kebutuhan untuk ibunya selama dia pergi untuk menemui Baginda Nabi. Uwais juga berpesan kepada orang-orang terdekatnya agar selalu menjenguk ibunya ketika ia pergi ke Madinah.

Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, Uwais akhirnya tiba di Madinah. Beliaupun langsung menuju ke rumah Rasulullah SAW. Selepas mengucapkan salam, pintu rumah Nabi pun terbuka, namun yang beliau temui hanya Aisyah r.a. Sedangkan Baginda Nabi saat itu sedang berada di medan perang.

Uwais pun merasa sedih dan kecewa karena ingin segera bertemu Baginda Nabi, dan ingin segera pulang sebagaimana pesan ibunya. Akhirnya, Uwais pun memilih untuk pulang dan menitipkan salam dan pesannya untuk sang Rasulullah kepada Sayyidatina Aisyah r.a.

Setelah perang usai, Rasulullah SAW kembali ke Madinah dan Beliau langsung bertanya kepada Aisyah mengenai orang yang mencari beliau. Belum sempat Aisyah menjawab, Nabi SAW bersabda “Uwais anak yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit”. Aisyah pun sangat kaget dengan penuturan Nabi, karena Rasulullah SAW rupanya sudah mengetahui siapa tamu yang ingin bertemu dengannya jauh-jauh hari.

Para sahabatpun tertegun, kemudian Nabi Muhammad SAW meneruskan keterangannya mengenai Uwais yang menjadi salah satu orang yang menghuni langit kepada para sahabat yang berada di situ. Baginda Nabi bersabda “jika kamu ingin berjumpa dengannya, perhatikanlah dia memiliki tanda putih di telapak tangannya”.

Nabi juga berpesan kepada para sahabat “suatu saat apabila kalian bertemu dengannya, mohonlah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi”.

Selepas Rasulullah wafat, akhirnya Umar dan Ali r.a. bisa berjumpa dengan Uwais. Kemudian mereka berdua memohon do’a dan istighfar dari Uwais. Umar juga berjanji untuk menyumbangkan uang dari Baitul Mal kepada Uwais. Namun dengan bijaksana Uwais berkata “hamba mohon hanya untuk hari ini saja hamba diketahui oleh orang. Untuk hari-hari selanjutnya biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui oleh orang lagi”.

Subhaanallaah …

About admin

Check Also

Maqamat Orang yang Berpuasa

”Sulthanul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani membagi puasa menjadi tiga tingkatan; Puasa Syari’at, Puasa Thariqat ...