Tidak seorang pun menyanggah kenyataan bahwa anasir yang merusak, baik di bidang ekonomi maupun sosial di dunia sekarang ini, bukan saja diawaki, tetapi juga didanai oleh dan untuk kepentingan kaum Yahudi. Beberapa waktu setelah Kongres Zionisme Internasional ke-1 di Basel (1897) itu kecenderungan politik kaum Yahudi bekerja untuk dua arah, yang satu dilakukan secara diam-diam ditujukan untuk menghancurkan dan menguasai negara-negara non Yahudi di seluruh dunia.
Adapun yang lain lagi untuk membentuk sebuah negara Yahudi di Palestina. Yang paling mengkhawatirkan bagi kita di Indonesia adalah kecenderungan politik diam-diam kaum Yahudi. Mereka bahkan sudah menginfiltrasi Indonesia sejak zaman pra kemerdekaan hingga kini. Apalagi sepanjang kiprahnya gerakan ini bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak tatanan politik, ekonomi, dan sosial di negeri-negeri yang mereka tempati.
Di Indonesia upaya membendung gerakan Yahudi ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Presiden Soekarno. Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961 Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 th 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry segala “derivat”nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary Club, dan Baha’isme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara.
Namun di Era Presiden Abdurrahman Wahid Keppres nomor 264/1962 tersebut dicabut dan mengeluarkan Keppres nomor 69 th 2000 tgl 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia)/Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians dan Organisasi Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.
Politik diam-diam kaum Yahudi kini menampakkan hasil, keturunan Yahudi Belanda merintis sebuah pemukiman dengan simbol didaerah Minahasa Sulut. Tugu Manorah setinggi 62 kaki berdiri kokoh di atas gunung yang menghadap langsung dengan kota Manado. Menorah ini mungkin adalah yang terbesar di dunia. Pembangunan menorah raksasa tersebut telah menghabiskan dana APBD sebesar $ 150.000.
Gambar Tugu Manorah di Manado
Menorah adalah salah satu lambang suci peribadatan Yahudi. Tidak hanya itu, di Manado bendera Israel dapat dilihat dengan mudah di stand ojek sekitar wisata Tugu Manorah. Belakangan yang paling mengejutkan seorang legislator lokal Denny Wowiling, mengusulkan kepada pemerintah daerah di Indonesia agar membangun kembali gedung Manorah untuk menarik wisatawan dan pengusaha dari Eropa.
New York Times, dalam laporannya yg bertajuk “In Sliver of Indonesia, Public Embrace of Judaism” 22 Nov 2010 menyebutkan, walaupun Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik namun diam-diam hubungan militer dan ekonomi telah terjalin selama puluhan tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, pengusaha Yahudi dari Israel dan tempat lain diam-diam melakukan perjalanan ke Indonesia untuk mencari peluang bisnis. Moshe Kotel (47), yang lahir di El Salvador dan memiliki kewarganegaraan Israel dan Amerika, telah datang ke Manado setiap tahun sejak tahun 2003.
Kotel, yang istrinya adalah warga asli dari daerah itu, mengatakan ia merasa gugup mendarat di bandara di sini untuk pertama kalinya, “Tapi sejak aku melihat bendera Israel di taksi di bandara, saya selalu merasa diterima di sini”. Menurut laporan Jerusalem Post, 29 Desember 2010 ada sekitar dua sinagog yang dibuka pada tahun-tahun terakhir di Manado dan Tondano.
Kedua rumah ibadat tersebut dioperasikan oleh sedikit orang yang nenek moyangnya orang Belanda Yahudi yang menjadi Kristen atau Islam karena untuk bersembunyi mencari keamanan. Belanda Yahudi yang menjadi Kristen atau Islam karena untuk bersembunyi mencari keamanan. Setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1949- sekarang keturunan mereka diduga berjuang utk belajar tentang Yudaisme dan untuk menjadi orang-orang Yahudi setelah menemukan akar Yahudi mereka.
Toar Palilingan, (27) merupakan keluarga keturunan imigran Yahudi Belanda abad ke-19, dosen hukum di Universitas Sam Ratulangi ia memiliki seorang ayah yang beragama Kristen, dan ibu seorang Muslim yang juga mengajar di Universitas yang sama. Palilingan melakukan kontak dengan rabbi yang secara fisik paling dekat, yaitu Mordechai Abergel, seorang utusan di Singapura gerakan Lubavitch Brooklyn berbasis Chabad.
Rabbi Abergel: bahwa Palilingan telah melakukan “pekerjaan besar”. Palilingan juga berkomitmen untuk “kemurnian” ultra-Ortodoks Yudaisme. Mengerikan ternyata Klaim keberhasilan perkembangan Yahudi di Manado, dikemukakan pula di dalam ‘Protokol yang ke-9. Ini adalah fakta, bahwa: “Agar supaya tidak menghancurkan institusi-institusi kaum non-Yahudi sebelum waktunya, ‘kita telah meletakkan’ ikhtiar dan menggenggam pegas mekanisme mereka.
Mekanisme itu semula ada dalam keadaan kuat dan tertib, tetapi ‘kita telah’ menggantikannya dgn suatu administrasi bebas yang membuatnya kacau. ‘Kita telah’ melakukan campur-tangan terhadap yurisprudensi waralabanya, persnya, kebebasan pribadinya, dan yang paling penting, pendidikan dan budayanya, yang merupakan sokoguru dari eksistensi kebebasan.” Kenyataan ini tidak lagi bisa dipendam, mereka kaum Yahudi dengan halus telah mengeliminasi budaya yang ada di sekitar Tugu Manorah ditemukan pernyataan yang sangat menarik bagi mereka yang ingin bekerja-sama dengan kaum Yahudi di bidang pemikiran keagamaan dalam rangka membangun saling-mengerti dan toleransi.
“Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniwan non-Yahudi dalam rangka menghancurkan misi mereka, “Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para rohaniwan non-Yahudi dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita.
Pengaruh mereka atas masyarakat berkurang dari hari-kehari. Kebebasan hati-nurani yang bebas dari paham agama telah dikumandangkan di mana-mana. Tinggal masalah waktu agama-agama itu akan bertumbangan”. Sebelumnya bangunan maupun simbol-simbol Yahudi banyak tersebar di Indonesia. Misal saja Gedung BAPPENAS, yang dulunya merupakan Loji Adhucstat. Bundaran Air Mancur Hotel Indonesia yang telah direnovasi dengan tema sentral cahaya (Lucifer).
Jika dilihat dari atas terlihat bagai sebuah mata (Horus) di pusat Ibukota. Kemudian Peta pusat wilayah elit Menteng, Jakarta Pusat setelah diputar 180 derajat, di mana sebelah bawah adalah arah utara. Salah satu bangunan yang berada di dalam kapal binatang bertanduk (Baphomet). Baphomet adalah lokasi Loji Adhucstat/yang kini dijadikan Gedung BAPPENAS.
Tugu Monumen Nasional merupakan Obelisk sebagai simbol dominasi Iblis atas bumi ini, kehadiran beberapa obelisk tertentu (di lokasi tertentu juga) merupakan “tanda tangannya”. Penjelasan detail mengenai hal tersebut akan mencengangkan siapa pun. Bahwa benda-benda mati yang disembah dan dihormati ternyata berunsurkan kekuatan-kekuatan spiritual yang tidak main-main dan dipercaya (sebagai tradisi ritual) oleh mereka kaum Yahudi. Dan obelisk adalah salah satunya, bukan satu-satunya.
sumber : timfourth.blogspot.com