Home / Ensiklopedia / Sejarah / Mengenal Syaikh Bahauddin An-Naqsyabandi; Pendiri Tarekat Naqsyabandiyyah
Lukisan Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandy al-Uwaisy al-Bukhary

Mengenal Syaikh Bahauddin An-Naqsyabandi; Pendiri Tarekat Naqsyabandiyyah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Was-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Sayyid Muhammad Bahauddin an-Naqsyabandi merupakan salah seorang Waliyyullah yang mendirikan tarekat yang masyhur dan memiliki jumlah pengikut yang cukup besar, yakni tarekat Naqsyabandiyah. Beliau terkenal memiliki karamah yang sangat luar biasa dan sangat meneladani akhlak Rasulullah SAW.

Bahkan, tidak hanya sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW sebagai Sayyid, beliau juga pewarisnya, mulai dari sisi ucapan, perbuatan, dan amaliah kesehariannya.

Semua orang mengenalnya, mengakui kewaliannya, dan ketekunannya dalam melaksanakan kewajiban agama dan dalam menjauhi larangan-larangannya. Kedekatannya dengan Allah terlihat dari berbagai karamah yang diberikan kepadanya, yang​​​​​​ tidak pernah menjenuhkan untuk diceritakan, didengarkan, dan ditulis oleh siapa saja.

Profil Singkat Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi

Dilansir dari NU Online, Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi memiliki nama lengkap Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Uwaisi al-Bukhari, dan lebih masyhur dengan sebutan Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi. Ia juga memiliki julukan (laqab) Muhammad al-Bukhari.

Sayyid Bahauddin merupakan keturunan Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali, suami Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada Muharram 717 H/1317 M, di daerah Qashrul Arifan, salah satu desa di dekat kota Bukhara.

Sayyid Bahauddin lahir dari keluarga yang sangat agamis. Orang tuanya merupakan sosok yang memiliki pengetahuan luas dan ahli ibadah. Kedua orangtuanya tak henti-henti mendoakan puteranya agar kelak menjadi orang yang berguna, dan bisa meneruskan perjuangan kakeknya, Rasulullah SAW. (Muhammad as-Shayadi, al-Inayah ar-Rabbaniyah, [Beirut, Darul Fikr], halaman 4).

Beberapa hari sebelum Sayyid Bahauddin lahir, di tanah kelahirannya tercium bau harum semerbak. Bau harum ini tercium ketika Syekh Muhammad Baba as-Syamasi, seorang wali besar dari desa Sammas, Bukhara, dan murid-muridnya melewati desa tersebut. Kemudian ia mengatakan:

“Bau harum yang kita cium sekarang ini, datang dari seorang laki-laki yang akan lahir di desa ini.”

H-3 dari kelahirannya, Syekh Baba as-Syamasi kembali menegaskan bahwa bau harum semerbak itu semakin harum.

Setelah Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi lahir, ia segera dibawa oleh ayahnya menuju Syekh Baba as-Syamasi untuk mendapatkan doa dan keberkahan darinya. Sesampainya di sana, ia sangat gembira melihat siapa yang datang kepadanya, kemudian berkata:

اِنِّيْ قَبِلْتُ هَذَا الطِّفْلَ وَلَدًا لِيْ. وَبَشَّرَ مُرِيْدِيْهِ بِأَنَّ هَذَا الْمَوْلُوْدِ سَيَكُوْنُ اِمَامًا لِزَمَانِهِ

“Sungguh aku menerima bayi ini sebagai anakku”. Kemudian ia memberi kabar gembira kepada murid-muridnya, bahwa bayi ini akan menjadi imam pada masanya.” (Abu Saud al-Kayali, al-Fuyudlat al-Ihsaniyah Syarhil Aurad al-Bahaiyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], halaman 11).

Apa yang disampaikan Syekh Baba as-Syamasi akhirnya menjadi kenyataan. Sayyid Bahauddin an-Naqsabandi tumbuh menjadi sosok dengan penguasaan ilmu yang sangat luas. Namun, yang sangat masyhur darinya adalah ilmu tarekat, di mana ia menjadi pelopor tarekat Naqsyabandiyyah.

Inti Ajaran Syekh Bahauddin an-Naqsabandi

Dalam ajarannya, ia meletakkan rumusan-rumusan dasar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara berdzikir kepada-Nya. Ia mengajarkan bahwa menjauh dari keramaian manusia untuk mendekat kepada Allah SWT, dan menjadikan batin (hati) hanya murni kepada Allah SWT, sekalipun raga bersama manusia, menjadi ajaran pokok dalam tarekatnya, sebagaimana disebutkan:

سُئِلَ عَنْ مَعْنَى طَرِيْقَتِهِ. فَقَالَ: اَلْخَلْوَةُ فِي الْكَثْرَةِ وَتَوَجُّهُ الْبَاطِنِ اِلَى الْحَقِّ وَالظَّاهِرِ اِلَى الْخَلْقِ. وَاِلَيْهِ يَشِيْرُ قَوْلُ اللهِ: رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ

“(Sayyid Bahauddin) pernah ditanya perihal tarekatnya. Kemudian ia berkata: ‘Menyendiri dalam keramaian, menghadapkan batin (hati) kepada al-haqq (Allah), dan (menghadapkan) badan pada makhluk. Dalam hal ini, terdapat isyarat firman Allah (An-Nur: 37), yaitu: “Orang yang perdagangan tidak melalaikannya dari mengingat Allah.” (Abdul Halim, al-Budha’atul Muzjah li man Yuthali’ul Mirqah fi Syarhil Misykah, [Beirut, Darul Kutub ‘Ilmiyah], halaman: 24).

Sayyid Bahauddin menjadikan dzikir dengan hati atau secara diam (sirri), dengan cara tidak bergerak dan berbunyi sebagai salah satu dzikir pokok dalam tarekatnya. Ia juga meletakkan kemurnian dzikir dan ibadah hanya karena Allah SWT semata. Hal ini sebagaimana tergambar dalam doa-doanya yang diajarkan kepada para muridnya, yaitu:

اِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ

“Tuhanku, Engkaulah yang kumaksud dan ridha-Mu yang kuharapkan.” (Husain al-Kasyifi, Rasyahatu ‘Ainil Hayah fi Manaqibi Masyayikhit Thariqah an-Naqsyabandiyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], halaman 61).

Nasehat Sayyid Bahauddin an-Naqsabandi

Ada beberapa nasihat-nasihat Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi yang perlu diingat dan diamalkan oleh orang-orang yang sedang menuju Allah, khususnya pengikutnya dalam tarekat Naqsyabandiyah. Di antara nasihatnya, yaitu:

وَجَدْتُ طَرِيْقًا أَقْرَبُ الطُّرُقِ الىَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَهِيَ الْمُخَالَفَةُ مَعَ النَّفْسِ

“Saya menemukan sebuah metode yang paling dekat menuju Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu melawan hawa nafsu.”

اَلْمَقْصُوْدُ مِنَ الذِّكْرِ أَنْ يَكُوْنَ الْقَلْبُ دَائِمًا حَاضِرًا مَعَ الْحَقِّ تَعَالَى بِوَصْفِ الْمَحَبَّةِ وَالتَّعْظِيْمِ لِأَنَّ الذِّكْرَ طَرْدُ الْغَفْلَةِ

“Maksud dari dzikir adalah keberadaan hati yang terus-menerus bisa menghadirkan al-Haqq (Allah) dengan rasa cinta dan memuliakan-Nya, karena dzikir itu mengusir lupa (dari Allah).” (Abdul Ghani an-Nablusi, Miftahul Ma’iyah Syarhu Risalah Thariqah Sadah an-Naqsyabandiyah, [Beirut, Darul Fikr], halaman 107).

Itulah profil singkat Sayyid Bahauddin an-Naqsyabandi, pendiri tarekat Naqsyabandiyah yang namanya sangat terkenal seantero dunia. Dengan mengetahuinya, semoga bisa menjadi penyebab bagi kita untuk terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana yang telah ditempuh olehnya. Semoga bermanfaat.

____________

Oleh: Muhammad Rizqy Fauzi
Source: NU Online

About admin

Check Also

Orang Sombong Tidak Diperkenankan Melihat Allah SWT

”Allah Ta’ala memudahkan siapa yang dikehendakiNya untuk dapat melihatNya”. Oleh: Admin بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ...