Pasca kegagalan kebijakan rezim Al Saud dalam urusan keamanan internal dan luar negeri, Raja Arab Saudi mencopot Pangeran Bandar bin Sultan dari jabatannya sebagai kepala dinas intelijen negara itu.
Kantor berita SPA mengutip sebuah pernyataan kerajaan Saudi hari Selasa (15/4) melaporkan, sejak dua bulan lalu Pangeran Bandar yang memimpin misi kerajaan Saudi di Suriah digantikan oleh Pangeran bin Nayef, dan kemarin, (Selasa, 15/4) Raja mengeluarkan keputusan menggantikan Bandar bin Sultan dengan Youssef al-Idrisi sebagai kepala dinas intelijen Arab Saudi.
Penunjukkan al-Idrisi memicu pertanyaan besar dari berbagai kalangan. Selama 35 tahun lalu, untuk pertama kalinya raja Abdullah menunjuk seorang pejabat tinggi di luar anggota dinasti kerajaan kaya minyak itu. Sebelumnya, pada 5 Oktober 2012 lalu, Raja Saudi mengangkat al-Idrisi sebagai wakil ketua intelijen Saudi menggantikan Abdul Aziz bin Bandar bin Abdul Aziz. Kurang dari 10 bulan berikutnya, pada 15 Juli 2013, Raja Saudi kembali menaikkan pangkat al-Idrisi sebagai brigadir jenderal. Dan sembilan bulan kemudian Al-Idrisi diangkat menggantikan Bandar bin Sultan.
Media regional melaporkan pencopotan Bandar dari jabatannya sebagai ketua dinas intelijen Saudi berkaitan erat dengan friksi antara raja dengn pangeran yang pernah menjabat sebagai dubes Saudi untuk AS selama 22 tahun itu. Meski media resmi mengungkapkan alasan pencopotan Bandar karena pertimbangan kesehatan pangeran, tapi sejumlah media mengungkapkan sebab lainnya sebagai pemicu pencopotan jabatan strategis itu.
Bandar bin Sultan dianggap gagal menjalankan misi kerajaan Saudi untuk menggulingkan pemerintah Suriah dengan mengerahkan teroris takfiri yang direkrut dari berbagai negara dunia. Selain itu, Bandar juga dinilai gagal meredam perlawanan rakyat Arab Saudi terhadap pemerintah Riyadh, dan protes ratusan ribu buruh migran yang menimbulkan masalah keamanan serius bagi kerajaan Al Saud.
Kini, para pejabat teras Arab Saudi menyadari kebijakan keliru mereka di tangan Bandar di Suriah. Selama tiga tahun lalu, koalisi Arab-Barat gagal menumbangkan pemerintah Damaskus. Dan Saudi telah mengeluarkan dana besar-besaran untuk mewujudkan tujuan yang kandas tersebut.
Pencopotan Bandar dari jabatannya oleh Raja Abdullah berlangsung di saat persaingan antarpangeran untuk memperebutkan jabatan pangeran mahkota semakin menguat. Alasan medis yang disampaikan media pemerintah Saudi dan afiliasinya hanya dalih untuk menutupi friksi yang semakin memanas antara Raja dan para pangeran yang bersaing menentukan posisi orang nomor satu di negeri kaya minyak itu.(IRIB Indonesia/PH)