Serangan bom di Boston Marathon cukup menarik untuk dibahas dan dianalisa oleh para ahli pakar bom dan terorisme. Walaupun Presiden AS, Barack Obama menyatakan agar jangan terlalu cepat diambil kesimpulan siapa pelaku penyerangan, Richard Deslauriers, agen khusus FBI yang bertanggung jawab atas kantor biro Boston, pada konferensi persnya menyatakan sebagai “penyelidikan kriminal yang merupakan penyelidikan teroris potensial” (a criminal investigation that is a potential terrorist investigation).
Menurut teori intelijen, setiap serangan terhadap sebuah sasaran, khususnya publik baik berupa serangan senjata, bom, dan tindakan kekerasan lainnya yang kemudian menyebabkan kepanikan, korban dan rasa takut yang amat sangat dapat disebutkan sebagai sebuah tindakan teror. Dalam sebuah serangan teror, yang paling penting ditelisik adalah apa tujuan si penyerang yang hendak dicapai, bisa berupa pesan ataupun upaya menekan pemerintah, dikaitkan dengan dengan apa dia menyerang. Setiap teroris melakukan serangan dengan karakter tersendiri yang khusus.
Di Indonesia misalnya, para teroris pada masa lalu mampu membuat dan menyerang target AS di Indonesia dengan bom berdaya ledak tinggi dan sangat menghancurkan. Tiga sasaran yang diserang hancur dengan korban yang cukup banyak dan mengerikan. Bom Bali-1, Bom Marriot-1 dan Bom Kedubes Australia Jakarta. Ketiganya kemudian terdeteksi dan terbukti lebih menyerang kepada kepentingan AS atau simbol AS di Indonesia. Serangan terkait dengan Jamaah Islamiyah dan Al-Qaeda.
Nah, bagaimana membaca bom di AS, khususnya Boston Marathon tersebut?Bom yang pertama tampaknya ditempatkan di tong sampah dan diledakan sekitar pukul 02:50 waktu Boston. Ledakan pertama terjadi di tengah kerumunan penonton di Boylston Street, tak jauh dari Copley Square di jantung kota Boston. Tiga belas detik kemudian, bom kedua meledak lagi beberapa ratus meter jauhnya dari lokasi bom pertama. Bom pertama diledakkan setelah hampir tiga perempat dari 23.000 orang pelari yang berpartisipasi dalam lomba sudah melewati garis finish.
Penegak hukum resmi di Boston menyatakan kepada media bahwa diketahui ada empat bom yang disiapkan untuk penyerangan. Dua yang meledak di maraton dan dua lainnya yang berhasil dinonaktifkan oleh polisi. Pejabat itu mengatakan bahwa bom telah dibuat dengan bubuk hitam berbentuk bantalan bola yang bulat, tetapi peneliti belum mengetahui bagaimana dua bom lagi dibuat. Dari korban yang jatuh, para dokter mengatakan bahwa ditubuh korban ditemukan material keras yang diperkirakan merupakan bagian dari bom, disamping beberapa korban mengalami putus kakinya.
Hingga Senin malam tidak jelas siapa yang bertanggung jawab melakukan pemboman tersebut. Surat kabar di AS mengabarkan bahwa pada awal minggu adalah hari penting bagi kelompok radikal anti pemerintah Amerika, dimana tanggal 15 April adalah batas waktu untuk pengajuan pajak, dan Hari Patriots ‘di Massachusetts. Sedang tanggal 19 April adalah ulang tahun pemboman yang terjadi pada tahun 1995 di Alfred P. Murrah Federal Building di Oklahoma City.
Menurut pejabat keamanan setempat kepada media, peledak yang digunakan dalam serangan pada hari Senin tersebut mirip dengan ukuran perangkat yang digunakan dalam serangan 27 Juli 1996 di Centennial Olympic Park di Atlanta, Georgia. Tempat tersebut dirancang sebagai “town square” dari Olympiade, dimana ribuan penonton berkumpul untuk menonton konser band Jack Mack. Bom pipa sebanyak tiga buah dibuat dengan dikelilingi paku diletakkan dibawah tempat duduk dekat pengeras suara. Bom diketemukan petugas keamanan, diketahui dibuat dari bahan nitroglicerin dinamit dan dibalut karet dengan kelengkapan jam peledak. Walaupun diketemukan, sebelum penonton meninggalkan arena, bom meledak dan dua orang meninggal dan 111 orang mengalami luka-luka. FBI salah melakukan penangkapan terhadap Jewell yang kemudian dibebaskan.
Setelah Jewell bebas, FBI mengaku tidak memiliki tersangka lainnya, dan penyelidikan mendapat sedikit kemajuan pada awal tahun 1997, ketika dua bom lainnya meledak pada klinik aborsi dan klub malam lesbian, di Atlanta. Dalam serangan Atlanta, sebuah bom pipa meledak di dekat pejalan kaki, menewaskan 2 orang dan melukai lebih dari 100, jumlah korban yang mirip dengan bom Boston Marathon. Kesamaan dalam desain bom memungkinkan penyidik menyimpulkan bahwa dibuat oleh pelaku yang sama. Satu bom lagi meledak di klinik aborsi, kali ini di Birmingham Alabama, yang menewaskan seorang polisi yang bekerja sebagai penjaga keamanan. Perawat Emily Lyons memberikan petunjuk penting kepada FBI tentang perangkat bom berupa informasi plat baja..
Plat baja dan petunjuk lain mengarahkan FBI untuk mengidentifikasi Eric Robert Rudolph sebagai tersangka. Rudolph kemudian melarikan diri dan menjadi DPO . Pada tanggal 5 Mei 1998, FBI menawarkan hadiah US$1.000.000 hadiah untuk informasi yang mengarah langsung ke penangkapan. Pada tanggal 14 Oktober 1998, Departemen Kehakiman resmi mendakwa R udolph sebagai tersangka dalam keempat pengeboman.
Setelah lebih dari lima tahun dalam pelarian, Rudolph ditangkap pada tanggal 31 Mei 2003, di Murphy, North Carolina. Pada tanggal 8 April 2005, pemerintah mengumumkan Rudolph menyatakan mengaku bersalah atas keempat pemboman, termasuk serangan Centennial Olympic Park. Dia dihukum seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat.
Kejadian pemboman lainnya terjadi di Oklahoma City, dimana pelaku menggunakan truk berisi bom, hingga menewaskan lebih 168 orang dan mengakibatkan 650 orang mengalami luka-luka. Ledakan itu dilakukan oleh militan anti-pemerintah Timothy McVeigh, mantan militer Darat AS yang pada tahun 2001 telah dipenjara karena kejahatannya. Rekan McVeigh yang merupakan konspirator, Terry Nichols diganjar hukuman penjara seumur hidup. Sampai dengan peristiwa serangan WTC, tanggal 11 September 2001, pengeboman Oklahoma City adalah serangan teroris terburuk terjadi di tanah AS.
Yang jelas bom di Boston kali ini telah menghentikan denyut nadi kota Boston, jalan-jalan ditutup dan tamu hotel diperintahkan polisi tetap tinggal di kamar masing-masing. Masyarakat AS secara tak langsung menjadi gelisah karena belum jelas apakah bom hanya akan menyerang di Boston atau masih ada rangkaiannya di kota lainnya.
Nah, dari beberapa informasi tersebut, bom pada acara marathon yang sangat diminati masyarakat, legendaris, sudah dilaksanakan selama 100 tahun dan mampu menarik setengah juta penonton, kini membuat langit AS menjadi kelabu. Petugas keamanan yang sudah melakukan antisipasi dengan pengosongan jalur mobil, untuk menghindari kemungkinan serang seperti di Oklahoma City, ternyata kecolongan dengan bom kecil tetapi berdaya ledak cukup besar.
Menurut penulis, si penyerang bertujuan menyerang publik AS secara langsung untuk membuat gentar pemerintah AS. Tekanan semacam ini biasa dilakukan oleh para teroris yang motifnya dapat dinilai beberapa macam. Ada motif tidak puas, dendam, benci khususnya terhadap pemerintah AS, disamping adanya alasan politis. Dari kasus serangan teror tercatat bersumber dari gerakan militan anti pemerintah (Timothy McVeigh) yang mantan AD Amerika, menyerang dengan bom mobil. Motif kedua alasan politis, dimana Rudolh tersangka empat pemboman di Atlanta dan Alabama, dengan tujuan menggagalkan Olympiade dengan alasan mereka yang datang ke AS akan merayakan global sosialisme.
Nah, penyerangan yang spektakuler dilakukan oleh Al Qaeda pada 11 September 2001 (peristiwa 911), dimana menara WTC simbol kejayaan perekonomian AS kedua towernya runtuh setelah ditabrak pesawat terbang yang dikendalikan teroris.
Jadi dalam kasus Bom di Boston Marathon, kemungkinannya serangan dilakukan oleh orang/kelompok radikal di dalam negeri AS sendiri atau kemungkinan kedua dilakukan oleh jaringan Al Qaeda. Kemungkinan pertama jauh lebih besar, dimana jaringan Al Qaeda walaupun masih ada di pelbagai belahan dunia, motivatornya (Osama bin Laden) sudah tewas. Masyarakat AS sendiri lebih memungkinkan membeli bahan kimia untuk membuat bom, dibandingkan orang asing. Kedua karena jumlah bom diketahui ada empat buah, dan ada yang diletakkan di daerah yang sudah di steril, kemungkinan pelaku tidak hanya seorang tetapi beberapa orang.
Demikian iseng-iseng penulis mencoba membahas dan ikut menelisik siapa sebenarnya penyerang tersebut. Yang jelas, penulis percaya aparat keamanan AS akan cepat membongkar kasus ini, karena paling tidak mereka sudah lebih memiliki data base lengkap dan peralatan yang canggih. Kita tunggu seberapa lama mereka mampu membongkar kasus ini.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : japantimes.co.jp