Home / Agama / Thariqat/Tasawwuf / Mencintai Takdir

Mencintai Takdir

Apapun yang terjadi, apapun yang aku alami, apapun yang dihadapkan kepadaku, aku tidak akan pernah menghiraukan apa peristiwanya. Melainkan aku kan melihat Dzat Yang Maha di balik segalanya.

Sungguh, setiap ujian yang datang dari-Nya adalah demi kebaikan hamba. Demikian pula dengan setiap kepedihan yang dialami manusia. Tidak mungkin ada keburukan yang datang dari-Nya. Ini adalah tidak mungkin. Karena Dzat Yang Maha sumber segala cinta dan kasih sayang tidak lain hanyalah akan memberikan kebaikan bagi hamba-Nya.

Kebanyakan manusia saling mengeluhkan takdir yang dihadapinya. Saling menggerutu dengan kesusahan yang dialaminya. Namun bagiku apapun yang terjadi, apapun yang aku alami, aku mencintai takdir atas diriku demi cintaku kepada Dzat yang Maha Pencipta takdir itu.

Namun kita sering menganggap setiap permasalahan sebagai kepedihan. Karena seringnya kita terlelap dalam tidur. Padahal jika saja kita mampu merenungi dengan sedikit lebih mendalam, niscaya kita akan menemukan hakikat di baliknya.

Apa yang telah dikatakan oleh Maulana Jalaluddin Rumi untuk kita? “Hidup adalah ibarat dalam alam tidur. Saat kematianlah manusia akan terbangun dari tidurnya. Karena itu, bangunlah engkau sebelum engkau dibangunkan.” Maksud dari apa yang dikatakan oleh Maulana ini adalah ‘jadilah engkau seorang wali, terangilah hidupmu, merenunglah.

Manusia hidup dalam kandungan ibunya selama sembilan bulan. Mungkinkah jika sekarang engkau mengingat kembali kehidupan dalam kandungan itu? Ini adalah tidak mungkin. Karena pikiran manusia tidak mungkin sampai untuk melakukan itu.

Demikianlah, akal manusia juga tidak mungkin bisa memahami sepenuhnya kehidupan dunia ini. Manusia hanyalah mengira, menerka saja. Manusia mengira kalau kehidupan ini adalah nyata. Padahal dunia ini adalah alam mimpi yang diciptakan oleh Allah Swt.

Semua keluh kesahmu hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang membuatmu hidup dalam kendali akalmu. Sehingga segalanya engkau pandang dengan logika. Sedangkan aku lebih cenderung jika engkau hidup dengan hatimu. Hidup menemukan ruhmu yang sejati.

Sungguh hidup dengan mengetahui diri adalah perjalanan yang penuh kesulitan. Bangun dari mimpi bukanlah pasrah pada takdir. Perhatikanlah satu hal di sini. Saya tidak sedang membahas tentang kepasrahan kepada takdir. Saya juga tidak sedang membahas tentang bagaimana mengekang diri. Melainkan saya hanyalah membahas mengenai kerelaan hati pada Dzat yang membuat takdir.

Iya, karena ‘mengetahui diri’ adalah berawal dari meninggalkan sikap ‘mengeluh’. Berawal dari memejamkan mata yang salah melihat. Janganlah lupa bahwa mata yang salah melihat adalah salah. Untuk itu berusahalah menerangkan diri sendiri daripada selalu menerangkan orang lain. Karena mencari kesalahan orang lain akan menghabiskan waktumu. Sedang upaya memahami diri akan membawamu kepada dirimu sendiri.

Apalah yang mempengaruhi pandanganmu? dia adalah akal. Sehingga pandanganmu akan menjadi kabur. Jika saja engkau bisa melewati tirai akal itu untuk melihat dengan pandangan mata hatimu, niscaya engkau akan melihat kenyataan. Jiwa yang melihat dengan cinta selalu melihat ‘hatinya’. Ini adalah langkah pertama yaitu mengingat Dzat Yang memberi napas saat menarik napas.

Hanya saja kebanyakan dari kita tanpa disadari hidup dengan sering marah kepada yang lain, dengan membawa energi negatif dari kemarahan itu, sehingga hidup dengan selalu menggerutu, hidup dengan membawa hukuman, hidup dengan meracik racun untuk kita sendiri. Padahal saat kebanyakan dari kita sibuk dengan segala hal yang di luar, betapa indahnya kejadian yang ada di dalam hati.

Takdir tidaklah ada yang benar dan salah, yang ada hanyalah baik. Sedangkan Dzat Yang menuliskan takdir itu adalah Yang Maha paling baik dari yang baik…[]

Dikutip dari : Allah De Otesini Birak_Katakan Allah! Selebihnya Serahkan kepada-Nya; Ugur Kosar; 2015

*) dear friend, thank you for sending me e-mail. How sweet you are. This note is an answer for you. After ups and downs, after long rough times. Alhamdulillah. Semoga Allah merahmatimu…

Source: Demi Maha Cinta

About admin

Check Also

Kitab Rahasia-Rahasia Puasa

”Selama syahwat itu subur, maka hilir mudik setan pada diri manusia senantiasa ada. Selama pengaruh ...