Home / Relaksasi / Renungan / Mangkuk dan Rambut

Mangkuk dan Rambut

MMRSuatu kali Rasulullah saw bersama Abu Bakar, Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan bertamu ke rumah Ali bin Abi Thalib. Fatimah, putri Rasul sekaligus istri Ali, menghidangkan madu dalam mangkuk yang cantik.

Ketika madu itu dihidangkan, sehelai rambut terikut di dalam mangkuk. Rasul lalu meminta Semuanya membuat perbandingan terhadap mangkuk, madu dan sehelai rambut itu.

Abu Bakar memulai, “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang beriman lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman lebih susah dari meniti sehelai rambut.”

Umar segera menyahut, “Kerajaan lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Seorang raja lebih manis dari madu, dan Memerintah dengan adil lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Utsman pun dengan kalem bertutur, “Ilmu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimilikinya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Tak mau kalah, Ali menyusul, “Tamu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu lebih manis dari madu, dan Membuat tamu senang sampai kembali pulang lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Fatimah pun menyahut, “Seorang wanita lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Wanita yang berpurdah (bercadar) lebih manis dari madu, dan mendapatkan wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Rasulullah tersenyum, kemudian bersabda, “Seseorang yang mendapat taufik untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik. beramal baik lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Jibril pun turut berkata, “Menegakkan pilar-pilar agama lebih cantik dari mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Kemudian Allah swt berfirman, “Surga-Ku lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Nikmat surga-Ku lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”

Begitulah keseharian Rasulullah dan sahabat, senantiasa berlomba mencari dan memberi yang terbaik. Bagaimana dengan kita??

Subhanallah….

http://kelakarpena.wordpress.com

 

About admin

Check Also

Syaikh Jalaluddin Rumi Berbicara Cinta (1)

“Demi mengenang kerinduan kepada gurunya, Syamsuddin Tabriz, Rumi menulis banyak Syair yang kemudian dihimpun dalam ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *