بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT. Seorang yang sudah mencapai maqamat khusus, dalam hal meminta kepada Allah SWT, guru kami, Syaikh Ahmad bin ‘Athaillah Assakandari dalam al-Hikam-nya pernah mengatakan:
رُبَّمَا اسْتَحْيَا الْعَارِفُ اَنْ يَرْفَعَ حَاجَتَهُ اِلىٰ مَوْلَاهُ لِاكْتِفَائِهِ بِمَشِيْئَتِهِ فَكَيْفَ لَا يَسْتَحْيِى اَنْ يَرْفَعَهَا إِلىَ خَلِيقَتِهِ
“Terkadang seorang ‘Arif itu malu meminta hajatnya kepada Tuhannya karena sudah merasa rela (puas dengan kehendakNya, maka bagaimana tidak malu meminta hajat/kebutuhannya kepada makhlukNya”.
Pada hikmah ke 185-186 Kitab Al-Hikam ini, telah banyak dibahas tentang lebih utama mana antara meminta/berdo’a atau tidak dengan merasa puas akan pembagian dan pilihan Allah. Pada hikmah ini Syaikh ibnu ‘Athaillah menerangkan tentang sikap para ‘Ãrif yang malu meminta hajatnya kepada Allah, karena sudah merasa puas dengan kehendak Allah. Lalu bagaimana mungkin ia meminta kepada makhluk.
Syakih Sahl bin Abdullah ra. berkata: “Tiada suatu nafas atau hati melainkan diperhatikan oleh Allah pada tiap detik, baik siang maupun malam, maka apabila Allah melihat dalam hati itu ada hajat kepada sesuatu selain Allah, niscaya Allah mendatangkan iblis untuk hati itu.”
Syaikh Abu Ali Ad-daqqaq berkata: “Suatu tanda dari makrifat itu, tidak meminta hajat/kebutuhan kecuali kepada Allah, baik besar maupun kecil. Contoh nabi Musa AS yang rindu ingin melihat Allah ia berkata: “Rabbî arinî andzhur ilaika (Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku agar aku bisa melihat-Mu)”. Dan ketika ia membutuhkan roti ia berdo’a: “Rabbî innî lammã anzalta ilayya min khairin faqîr. (Ya Tuhan sungguh aku terhadap apa yang engkau berikan kepadaku dari makanan itu sangat membutuhkan)”.”
Nabi Ibrahim AS ketika akan dilemparkan ke dalam api, ia didatangi malaikat Jibril dan ditanya: “Apakah engkau ada hajat?” Jawabnya: “kepadamu tidak. Dan kepada Allah? Ya”. Lalu Jibril berkata: “Jika demikian, mintalah kepada Allah”. Jawab Ibrahim: “Hasbî min su’ãli ilmuhu billãhi. (Cukup bagiku, Ia mengetahui keadaanku sehingga tidak usah saya minta kepadaNya)”.
Syaikh Abul Hasan As-Syadzili RA ketika ditanya tentang ilmu kimia, ia menjawab: “Keluarkanlah semua makhluk dari dalam hatimu, dan putuskan harapanmu untuk mendapat sesuatu selain yang telah ditentukan oleh Tuhanmu untuk kamu.” Allah berfirman: “Sabarlah, terhadap hukum Tuhanmu karena engkau selalu di bawah pengawasan Kami”.
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb