Home / Relaksasi / Renungan / Malaikat Pernah Berebut Haknya Atas Seorang Pembunuh

Malaikat Pernah Berebut Haknya Atas Seorang Pembunuh

Oleh: H. Derajat

Pangeran Karanggayam: “Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung, kang wus tanpa sama, iya iku wong kang bangkit, amenaki manahe sasama-sama.”

“Yang dimaksud dengan hidup yang luhur, yang tanpa tandingan, yaitu orang yang mampu membahagiakan sesamanya”

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Saudaraku yang dimuliakan Allah, Mursyidku yang mulia Kyai Muhammad Arjaen dan juga Mbah Maimoen Zubair sangat memuliakan malam Selasa sebagai malam barokah ilmu, maka alangkah lebih baiknya jika malam Selasa ini kita mengisinya dengan renungan tentang perselisihan dua malaikat yang mungkin sangat jarang kita ketahui. Inilah kisah yang baik agar kita tidak berputus asa di dalam memohon ampunan Allah SWT.

Perselisihan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab tentang Pembunuh yang Hendak Bertaubat.

Dari Abu Said Saad bin Malik bin Sinan al- Khudriy ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. Kemudian dia bertanya kepada penduduk sekitar tentang seseorang yang alim, maka dia ditunjukkan kepada seorang rahib (pendeta Bani Israil)”.

Setelah mendatanginya, dia menceritakan bahwa dia telah membunuh 99 orang, kemudian dia bertanya apakah dirinya bisa bertaubat?

Ternyata pendeta itu menjawab, “Tidak.”

Maka pendeta itupun dibunuhnya juga sehingga genaplah jumlahnya seratus.

Kemudian dia bertanya lagi tentang seseorang yang paling alim di atas bumi ini. Dia ditunjukkan kepada seorang laki-laki alim. Setelah menghadap dia bercerita bahwa dirinya telah membunuh seratus jiwa, dan bertanya, “Bisakah aku bertaubat?”

Orang alim itu menjawab, “Ya, siapakah yang akan menghalangi orang bertaubat? Pergilah engkau ke kota ini (menunjukkan ciri-ciri kota yang dimaksud) sebab di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta`ala. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kotamu. Karena kotamu kota yang buruk!”

Lelaki itupun berangkat, ketika menempuh separuh perjalanan maut menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara Malaikat Rahmat dengan Malaikat Azab, siapakah yang lebih berhak membawa rohnya.

Malaikat Rahmat beralasan bahwa, “Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, lagi pula menghadapkan hatinya kepada Allah.”

Sedangkan Malaikat Azab (yang bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa) beralasan, “Orang ini tidak pernah melakukan amal baik.”

Kemudian Allah swt mengutus malaikat yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah itu dan berkata, “Ukurlah jarak kota tempat dia meninggal antara kota asal dan kota tujuan. Manakah yang lebih dekat? Maka itulah bagiannya. Para malaikat itu lalu mengukur, ternyata mereka mendapati si pembunuh meninggal dekat kota tujuan, maka Malaikat Rahmatlah yang berhak membawa roh orang tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)

Pada riwayat lain di dalam kitab ash-Shahih disebutkan, “Dia lebih dekat sejengkal untuk menuju daerah tujuan, maka dia dimasukkan dalam kelompok mereka.”

Dalam riwayat lain, di dalam kitab ash-Shahih disebutkan, “Kemudian Allah Ta`ala memerintahkan kepada daerah hitam itu untuk menjauh dan memerintahkan kepada daerah yang baik itu untuk mendekat kemudian menyuruh kedua malaikat itu mengukurnya, akhirnya mereka mendapatkan daerah yang baik itu sejengkal lebih dekat sehingga dia diampuni.”

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Allah mengarahkan hatinya untuk menuju ke daerah yang baik itu.”

Source: Dikutip dari Imam Nawawi, Kitab Riyadhus Shalihin, Bab Taubat, Hadis No. 8.

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...