Home / Agama / Improvisasi Salik / Makna “Tampak Saking”

Makna “Tampak Saking”

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Dalam metode penyusunan Sanad Silsilah Tharekat Sathariyyah di Tatar Sunda, salah satunya diketahui bahwa “estafet kemursyidan” rangkaian sambungannya menggunakan istilah “Tampak Saking”. Pada rantai silsilah itu disebutkan ketersambungannya hingga kepada Rasulullah SAW dan berpuncak kepada Allah SWT.

Istilah “Tampak Saking” adalah merupakan sebuah kode “muwashshalan” (ketersambungan) antar-Mursyid hingga kepada Rasulullah SAW. Inilah ilmu yang aku khususkan untuk Murid tentang makna “Tampak Saking” yang tercantum dalam sanad silsilah tersebut agar lebih meresap.

Singkatnya, bahwa seorang Mursyid dalam sanad silsilah adalah bayangan dari Mursyid-mursyid yang disebutkan dalam silsilah. Perkataan dan fatwanya adalah fatwa dari pendahulunya dan tidak bergeser dari itu. Inilah ilmu tarekat yang tidak bisa dianggap remeh oleh siapapun.

Terkadang penampilan dan tingkah laku dari seorang mursyid merupakan hijab dari seorang mursyid agar tidak dimuliakan atau dielu-elukan oleh orang-orang di sekelilingnya. Walaupun sebenarnya, jatidiri sang Mursyid adalah sebagai “Muhaqqiq” (seorang Khalifatullah yang memberikan semacam “validasi”) atas prilaku baik seorang murid.

Mengenai istilah “Tampak Saking” sebagai bentuk ittishaal bayna al-mursyid (ketersambungan antar-Mursyid) secara gamblang telah termaktub dalam sebuah Kitab. Berikut penjelasan dari Mursyid terdahulu yang kami dapatkan:

وَشَيْخُ الْبَيْعَةِ وَالتَّلْقِيْنِ هُوَ خَلِيْفَةُ اللّٰهِ وَنَائِبُهُ بَلْ عَيْنُهُ لَا غَيْرُهُ لِأَنَّ الْخَلِيْفَةَ صُوْرَةُ الْمُسْتَخْلَفِ وَالْمُسْتَخْلَفُ مَعْنَاهُ فَتَحَقَّقْ ذَلِكَ اِنْ كُنْتَ مِنْ اَهْلِ التَّحْقِيْقِ ثُمَّ لَمَّا كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَايَعَ النَّاسَ مِنَ الْاَصْحَابِ فَحِيْنَئِذٍ يَتَجَلَّى اللّٰهُ تَعَالَى عَلَيْهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالتَّجَلِّى الْعَيْنِيّ وَالْعَيْنُ الْوَحْدِيّ بِحَيْثُ لَا يَتَمَيَّزُ الْمُتَجَلَّى لَهُ عِنْدَ شُهُوْدِهِ وَالْعَارِفُ الْمُحَقِّقُ

Wa Syaikhul bay’ati wat-talqiin huwa khaliifatullaah wa naaibuhu bal ‘aynuhu laa ghairuhu liannal khaliifata shuuratul mustakhlafi ma’naahu fatahaqqaqa dzaalika in kunta min ahlit tahqiiqi tsumma lammaa kaana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam baaya’an naasa minal ash-haabi fahiinaidzin yatajallallaahu Ta’aalaa ‘alaihi shallallaahu ‘alaihi wasallam bit-tajallil’ainiy wal’aynil wahdiy bihaitsu laa yatamayyazul mutajallaa lahu ‘inda syuhuudihi wal ‘aariful muhaqqiq.

Terjemahan bebas dari petikan kalimat di atas adalah sebagai berikut:

“Dan Syeikh Bay’at Talqin adalah sebagai ‘Pengganti Allah’ (Khalifatullah) dan wakilNya, terutama sebagai ‘MataNya’ dan bukan sebagai yang lainnya, karena Khalifah (Pengganti) itu adalah gambaran yang Digantikan (Mustakhlaf) secara maknawi. Maka engkau membenarkan hal itu jika engkau termasuk ke dalam golongan ‘ahlut-tahqiiq‘ (‘Arief Billah/Orang yang membenarkan). Kemudian ketika Rasulullah SAW mengambil bay’at dari para sahabat, maka saat itu Allah Ta’ala bertajalli (menampakkan Diri) kepada Rasulullah SAW dengan penampakan mata (Tajally al-‘Ainiy) dan Rasulullah SAW dalam penyaksiannya melihat dengan kesatuan pandangan (pandangan tajam) tanpa keterpisahan dengan yang dinampakkan kepadanya, dan beliau sebagai orang yang membenarkan (‘Ariful Muhaqqiq)”.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

 

About admin

Check Also

Menakar Ulang Sya’ban sebagai Bulan Turunnya Ayat Shalawat

“Ayat shalawat, dimana terdapat perintah bershalawat kepada Nabi SAW (QS. Al-Ahzab [33]: 56), apakah turun ...