Wudlu atau wudhu adalah kegiatan membersihkan diri menggunakan air bersih sebelum melakukan shalat bagi kaum muslimin. Meski wudlu adalah kegiatan membersihkan diri, namun wudlu tidak bisa digantikan dengan mandi. Dengan demikian, seorang muslim yang akan melaksanakan shalat tetap harus berwudlu walau ia baru selesai mandi sekalipun. Dari uraian tersebut, tentulah kegiatan wudlu memiliki arti tersendiri dan bukan sekedar membersihkan bagian-bagian indrawi.
Bagian-bagian tubuh yang dibersihkan saat berwudlu harus berurutan, tidak boleh dilakukan dengan acak. Urutan berwudlu yang wajib adalah membasuh wajah, membasuh lengan, membasuh kepala bagian atas/rambut, dan membasuh telapak kaki (berkumur, membersihkan lubang hidung, dan membasuh telinga merupakan tambahan yang tidak bersifat wajib).
Jika wudlu bukan sekedar membersihkan bagian-bagian indrawi belaka, maka pastilah memiliki makna filosofis yang merupakan pesan non verbal yang biasanya bernilai edukasi. Makna filosofis berwudlu menurut Penulis (mudah-mudahan menjadi diskusi yang bermanfaat) sebagai berikut :
1. Membasuh Wajah. Membasuh wajah dalam wudlu adalah pula membasuh ‘wajah ruhani’ agar kembali segar (refresh) dan otentik, terbebas kembali dari debu-debu kehidupan yang mengotori batin. Wajah ruhani meliputi ideologi, pandangan hidup, dan kepribadian. Mata adalah bagian dari wajah. Mata selain bermakna pandangan hidup, juga bermakna sebenarnya, yakni mata badani. Membasuh mata berarti membasuh kembali (refresh) dari penglihatan-penglihatan maksiat baik yang disengaja maupun yang tak disengaja ! Mulut adalah bagian terpenting lainnya dari wajah. Membasuh mulut berarti membasuh diri dari dosa-dosa yang berasal dari omongan. Saat membasuh wajah, mungkin sebaiknya batin kita berkata, “Ya Allah, bersihkanlah hamba dari ideologi yang melenceng, dari pandangan hidup yang keliru, dari penglihatan maksiat, dan dari pembicaraan yang tidak berguna.”
2. Membasuh Lengan. Lengan memiliki makna ‘kuasa’ atau ‘perbuatan’. Berbagai pekerjaan sehari-hari dilakukan dengan lengan. Saat membasuh lengan, mungkin sebaiknya batin kita berkata,”Ya Allah, hamba mohon ampun dari pekerjaan dan perbuatan yang keji, dan hindarilah hamba dari perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat.”
3. Membasuh Kepala. Kepala bermakna ‘pikiran’ atau ‘cara berpikir’. Membasuh kepala bermakna membersihkan batin dari pikiran atau cara berpikir yang keliru. Kesalahan berpikir bukanlah persoalan langka, kesalahan berpikir bisa saja kita lakukan berkali-kali dalam 24 jam. Membasuh kepala bermakna pula membasuh batin dari pikiran-pikiran kotor dan jahat. Saat membasuh kepala, mungkin ada baiknya batin kita berucap, ” Ya Allah, hamba berlindung kepadaMu dari pikiran-pikiran yang kotor dan jahat, dan dari cara berpikir yang salah.”
4. Membasuh Telapak Kaki (hingga mata kaki). Kaki bermakna ‘jalan hidup.’ Membasuh telapak kaki bermakna membersihkan batin dari ‘jalan hidup’ yang melenceng, bermakna pula menghapus jejak jejak hidup yang kelabu untuk kembali kearah yang benar. Saat membasuh kaki, mungkin ada baiknya batin kita berucap, “Ya Allah, tutuplah aib masa lalu hamba, dan tunjukilah hamba jalanMu yang lurus.”
…….
Menutup tulisan ini, berkenaan dengan makna wudlu, adik saya punya pengalaman menarik yang sungguh tidak rasional. Saat bermalam di gunung Galungung sekitar tahun 90-an ia berbincang dengan seseorang yang ternyata bukan manusia. Dalam bincang-bincangnya itu, mahluk tersebut bertanya tentang makna wudlu. Adik saya menjawab setahunya seperti yang diajarkan di sekolah. Mahluk itu tertawa kecil … kemudian berkata,”wudlu itu sebenarnya adalah sindiran buat kita, bahwa kalau berniat berjumpa Allah, maka bersihkanlah dulu jiwamu dengan membersihkan badanmu dari perbuatan-perbuatan tercela.”
Sumber: hamdanarfani.blogspot.com