Dengan ditetapkannya Sutiyoso sebagai Ketua BIN, isyarat bahwa Jokowi sudah mengaktifkan unit intelijen lain yang langsung berada dalam komando kantor kepala staf kepresidenan. Jadi BIN itu cuma buat operasi-operasian.
Jadi, pertanyaan kita apakah Bang Yos mampu dan kompeten atau tidak jadi Ketua BIN, ya tidak relevan. Sekadar hadiah hiburan gitu lho.
Sebetulnya ga aneh juga sih. Zaman SBY dia juga mengaktifkan unit intelijennya sendiri. Kalau ga salah, namanya Delta I.
Ke depan, saya kira komunitas intelijen kita memang harus dibenahi mindsetnya. Reputasi Para suhu intelijen kita seperti Zulkifli Lubis, Sukendro, Yoga Sugama, Sutopo Yuwono, Nichlani, dan Ali Murtopo, Papi Maelowa, harus kembali jadi rujukan para agen-agen intelijen generasi ketiga dan keempat seperti sekarang ini.
Kalau tidak, intelijen kita dengan mudah akan jadi sasaran operasi kontra intelijen pihak musuh. Entah dari dalam atau luar negeri.
Substansi kerja intelijen itu, persis seperti menguasai Ilmu penyingkap tabir. Jadi orang-orang yang punya bakat khusus membaca yang tersirat, dan menikmati kerja-kerja “senyap” tanpa ada orang yang tahu, itulah sejatinya kerja intelijen. Tak terlihat prestasinya, tapi terasa manfaat dan hasilnya.
Perlu juga belajar dari dua agen andalan Mossad, Iser Berry dan Isser Harel. Ini contoh bahwa kerja intelijen bukan soal apa dia berasal dari militer atau sipil, tapi merupakan orang-orang yang memang jiwanya terpanggil untuk masuk bidang itu. Kedua orang ini, sudah bisa kita golongkan sebagai seniman-seniman dalam bidang intelijen.
Kalau nengok beberapa gembong CIA di masa silam. Allen Dulles, dia sipil dan pengacara. Tapi suhu yang merekrut dia, William Donovan, justru mantan militer yang beralih jadi pelaku pasar modal. William Casey, Ketua CIA di era Ronald Reagan, juga berasal dari sipil dan sebelumnya dikenal sebagai pemain vallas di pasar modal. Orang-orang macam ini biasa berpikir out of the box. Entah dia militer atau spil. Dan kalaupun sipil, juga bukan sipil asal sipil aja.
Penulis : Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Eksekutif global future Institute