Home / Relaksasi / Renungan / Luapan Cinta Seekor Unta kepada Rasulullah SAW

Luapan Cinta Seekor Unta kepada Rasulullah SAW

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Dulu, jika seseorang ingin berangkat ibadah haji masyarakat sekitar Kota Mekkah akan menggunakan binatang sebagai kendaraan untuk menuju ke Madinah, misalnya saja unta.

KH. Maimoen Zubair sering bercerita bahwa dulu ayahanda beliau, KH Zubair masih melihat momen jamaah haji menggunakan unta sebagai alat transportasi.

Unta-unta tersebut seketika melaju tak terkendali ketika melihat kubah hijau yang di bawahnya terdapat makam Rasulullah SAW. Kubah hijau yang berada di atas makam Rasulullah itu menjadi akan membuat unta atau keledai berlari kencang tanpa kendali.

Mereka berlari kencang karena kerinduan yang teramat besar kepada Rasulullah SAW, sehingga baik unta atau keledai akan berlari kencang agar cepat sampai di makam Rasulullah SAW.

Imam Ibnu Daiba’ pernah menceritakan fenomena luar biasa tersebut, beliau berkata hal tersebut merupakan luapan cinta yang teramat besar.

أَلَمْ تَرَهَا وَقَدْ مَدَّتْ خَطَاهَا وَسَالَتْ مِنْ مَدَامِعِهَا سَحَائِبْ

Alam tarahâ wa qad maddat khathâhâ wa sâlat min madâmi’ihâ sahâib

“Tidakkah engkau lihat unta itu semakin cepat langkahnya, bercucuran deras dari matanya, bagaikan hujan yang tercurah dari mendung.”

فَدَعْ جَذْبَ الزَّمَامِ وَلَا تَسُقْهَا فَقَائِدُ شَوْقِهَا لِلْحَيِّ جَاذِبْ

fada’ jadzbaz zamâmi wa lâ tasuqhâ faqâidu syauqihâ lil-hayyi jâdzib

“Maka biarkanlah, jangan tarik tali kekang dan janganlah kau menggiringnya karena yang menariknya adalah kerinduan pada Nabi Muhammad.”

فَهِمْ طَرَبًا كَمَا هَامَتْ وَإِلَّا فَأَنَّكَ فِى طَرِيْقِ الْحُبِّ كَاذِبْ

fahim tharaban kamâ hâmat wa illâ fa annaka fî tharîqil hubbi kâdzib

“Luapkanlah rasa cintamu sebagaimana yang dilakukan unta dan jika tidak maka cintamu pada Nabi adalah dusta.”

‏اَمَّا هَذَا الْعَقِيْقُ بَدَا وَهَذِى قِبَابُ الْحَيِّ لَاحَتْ وَالْمَضَارِبْ

Ammâ hâdzal ‘aqîqu badâ wa hâdzi qibâbul hayyi lâhat wal-madhârib

“Perhatikan, kota Aqiq telah nampak dan inilah kubah Nabi yang terang cahayanya.”

وَتِلْكَ الْقُبَّةُ الْخَضْرَاءُ وَفِيْهَا نَبِيٌّ نُوْرُهُ يَجْلُو الْغَيَاهِبْ

Wa tilkal qubbatul khadhrâu wa fîhâ nabiyyun nûruhu yajlul ghayâhib

“Dan itulah kubah hijau dan Nabi bermakam di sana, cahayanya menerangi kegelapan.”

Mbah Maimoen juga menjelaskan bahwa banyaknya umat Muslim yang tertipu dengan amal yang telah dikerjakan (mungkin karena kebodohannya). Saat memasuki Kota Madinah, mereka tak memiliki niat untuk berziarah ke makam Nabi SAW, mereka lebih memilih melaksanakan Shalat Arba’in (jamaah 40 waktu) di Kota Nabi, atau mereka memilih beribadah di Raudhah.

Pesan yang teramat jelas disampaikan oleh Mbah Moen supaya umat Islam yang beribadah haji untuk berziarah ke makam Rasulullah SAW. Bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau sebagai rasa hormat, dan mengenang kebaikan serta perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam.

‏مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ وَلَمْ يَزُرْنِيْ فَقَدْ جَفَانِيْ

“Barang siapa berhaji namun tidak menziarahiku maka sungguh ia telah sombong kepadaku.”

اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا فِي الدُّنْيَا زِيَارَتَهُ وَفِي الْآخِرَةِ شَفَاعَتَهُ وَلَا تَحْرِمْنَا فِي الْجِنَانِ رُؤْيَتَهُ … آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ .

Allâhumma urzuqnâ fid-dunyâ ziyâratahu wa fil-âkhirati syafâ’atahu wa lâ tahrimnâ fil-jinâni ru’yatahu…, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kemampuan untuk menziarahinya (Nabi Muhammad SAW) saat di dunia, dan anugerahkanlah syafa’atnya saat di akhirat, dan jangan halangi kami untuk bisa melihatnya saat di surga, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn”.

 

Disadur dari RM Sutowijoyo
Source: Laduni

About admin

Check Also

Orang Sombong Tidak Diperkenankan Melihat Allah SWT

”Allah Ta’ala memudahkan siapa yang dikehendakiNya untuk dapat melihatNya”. Oleh: Admin بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ...