Home / Relaksasi / Renungan / Lahirkan Kembali Bayi Maknawimu Sebelum Matimu

Lahirkan Kembali Bayi Maknawimu Sebelum Matimu

Lahirkan kembali bayi maknawimu sebelum matimu… Itulah amanah Allah bagimu.

Syeikh Abdul Qadir al-Jailani adalah Sulthanul atau Qutubul Aulia’ yakni penghulu segala wali-wali Allah, maka wajarlah kita dalam mencari jalan pulang menjadikan beliau sebagai salah satu sumber rujukan dalam perjalanan kerohanian kita.

Tulisan kali ini disertakan beberapa petikan dari kitab “Sirrur Asrar” karangan beliau.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menamakan kandungan itu sebagai “Thiflul Ma’ani” atau bayi maknawi dan menjelaskan bahwa istilah itu merujuk kepada Ruh Suci di dalam diri yang disebutnya sebagai Ruh al-Qudsi yang dilantik sebagai Khalifah Allah yang diamanah untuk membimbing kegelapan jasad kepada Allah sebelum dipanggil pulang, sebagai ujian bagi menyempurnakan janji yang pernah ter-materai dengan penciptanya. Inilah beberapa petikan-petikan tersebut:

  • Makhluk pertama yang diciptakan Allah (ditajallikan) adalah Ruh Muhammad diciptakan dari cahaya Jamal Allah.
  • Ruh Muhammad adalah Ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk. Dari Ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua Ruh-Ruh di alam lahut yakni negeri asal bagi seluruh manusia. Maka kita sebut kita ini sebagai umat Muhammad.
  • Selanjutnya Ruh-Ruh (perhatikan: bukan Ruh, tetapi Ruh-Ruh) diturunkan ke alam terendah dimasukkan pada makhluk terendah yakni jasad setelah membuat pengakuan di hari perjanjian di mana Allah bertanya “alastu birabbikum” = bukankah aku ini Tuhan kalian? Ruh menjawab, benar engkaulah Tuhan kami.
  • Proses turunnya (Ruh) adalah setelah Ruh diciptakan di alam lahut, maka diturunkan ke alam jabarut dan dibalut dengan cahaya jabarut sebagai pakaian antara dua haram disebut sebagai Ruh Sulthani. Selanjutnya diturunkan lagi ke alam malakut dan dibalut dengan cahaya malakut dinamakan sebagai Ruh Ruhani. Kemudian diturunkan lagi ke alam mulki dan dibalut dengan cahaya mulki dinamakan Ruh Jasmani.
  • Untuk kembali (jalan pulang) ke negeri asalnya (alam lahut) manusia perlu beribadah, maksudnya ibadah disini adalah ibadah dengan tauhid hakiki yakni ma’rifatullah. Ma’rifat hanya terwujud bila manusia dapat melihat indahnya sesuatu yang terpendam dan tertutup di dalam diri dan didalam rasa di lubuk hati disebut sebagai kanzan makhfiyyan = terpendam dan tertutup, firman Allah: “kuciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku”.
  • Alam Ma’rifat = alam lahut = negeri asal kita = tempat Ruh al-Qudsi = bayi yang perlu dilahirkan semula sebelum mati = aku yang diberi hak-hak kepada dia yakni Allah.
  • Yang dimaksudkan dengan Ruh al-Qudsi adalah hakikat manusia yang disimpan di lubuk hati, keberadaannya akan diketahui dan dicapai dengan mengamalkan secara terus menerus kalimah syahadah “laa ilaha illa Allah
  • Ahli tasawwuf menamakan Ruh al-Qudsi dengan sebutan “Thiflul Ma’ani” (bayi maknawi) karena ia dari ma’nawiyah qudsiyyah.

TajalliPemberian nama Thiflul Ma’ani didasarkan kepada:

  • Ia lahir dari hati seperti lahirnya bayi dari rahim ibu dan ia diurus dan dibesarkan hingga dewasa (dengan gerak rasa), dipupuk dan di asuh oleh bapak rohani yaitu Mursyid dan Murobbi.
  • Bayi bersih dari segala kotoran dosa lahirriyah. Thiflul Ma’ani juga bersih dari syirik dan ghaflah (lupa kepada Allah).
  • Thiflul Ma’ani halus dan suci dan hanya bergantung kepada yang berupaya dalam mengupayakannya.
  • Ia berwujud seperti rupa manusia (itu) juga karena manisnya bukan karena kecilnya dan dilihat dari awal ada-Nya, ia adalah manusia hakiki (yang sebenar-benarnya kita atau manusia = aku) karena dialah yang berhubungan langsung dengan Allah. (jasad tak mampu berhubung dengan Allah secara langsung /terus-menerus).
  • Firman Allah melalui Hadith Qudsi: “aku mempunyai waktu khusus dengan Allah, malaikat terdekat, nabi dan rasul tidak akan memilikinya”. “kamu sekalian akan melihat Tuhanmu seperti kamu melihat sinar bulan purnama”.

Al-Quran:

wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berser-seri”. Yang dimaksudkan dengan malaikat terdekat = Ruh Ruhani yang diciptakan di alam jabarut.

Bila segala sesuatu selain Ruh al-Qudsi masuk ke alam lahut maka pasti akan terbakar hangus.

Dalil dari Hadits Qudsi yang lainnya:

“Ilmu batin adalah rahasia diantara rahasia-Ku. Aku jadikan di dalam hati hamba-hamba-Ku dan tidak ada yang menempatinya kecuali Aku”.

“Aku ini berada pada sangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Bila dia mengingat-Ku pada hatinya, Akupun mengingatnya pada Dzat-Ku.

Source: Mistikus Cinta

About admin

Check Also

Amalan Malam Nisfu Sya’ban dan Dahsyatnya Doa Nabi Yunus

“Nabi Yunus ‘alaihis salãm (Dzul-Nun) ketika berada di dalam perut ikan paus memanjatkan sebuah doa ...