Home / Relaksasi / Renungan / Komitmen Bersedekah Meski Lapar

Komitmen Bersedekah Meski Lapar

“Inilah kisah haru dua orang anak-mantu Nabi SAW, Sayyidina Ali dan Fathimah az-Zahra radhiyallahu ‘anhuma, yang tetap mementingkan perut orang lain meski perutnya sendiri sangat lapar”

Oleh: Admin*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Para pembaca budiman, Sayyidina Ali bin Ali Thalib merupakan salah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW. Istrinya, Fatimah Az-Zahra adalah putri yang sangat dicintai baginda Rasulullah SAW. Keduanya pernah berpuasa nazar. Tapi saat akan berbuka puasa, mereka justru bersedekah kepada orang-orang yang kelaparan.

Dalam buku “Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Sahabat Nabi” karya Siti Nurlaela diceritakan bahwa suatu ketika salah seorang anak Ali jatuh sakit. Demi kesembuhan anaknya, ia pun bernazar. Jika anaknya sembuh, ia akan berpuasa selama tiga hari berturut-turut.

Setelah Allah SWT memberikan kepada anak keduanya kesembuhan, Sayyidina Ali dan Fatimah pun menjalankan puasa nazar. Namun, saat akan berbuka puasa di hari pertama, mereka kedatangan seseorang yang berpakaian lusuh dan kelaparan. Dia pun meminta makanan kepada Sayyidina Ali.

Ali dan Fatimah  memberikan rotinya kepada orang itu. Akhirnya, mereka pun hanya berbuka puasa dengan air putih. Pada puasa di hari kedua, mereka kembali kedatangan seorang anak yatim yang kelaparan. Ia telah beberapa hari ditinggal ibunya bekerja, sehingga ia terpaksa meminta makanan kepada Ali karena kelaparan.

Ali sangat sedih mendengar cerita anak yatim tersebut. Tanpa pikir panjang, Ali kembali memberikan rotinya kepada anak yatim tersebut. Apa yang dilakukan Ali lagi-lagi ditiru oleh Fatimah. Ia juga menyerahkan roti bagiannya kepada si anak yatim.

Hingga hari berikutnya, kejadian itu masih berulang. Menjelang berbuka puasa, mereka kembali kedatangan seseorang. Orang itu adalah bekas tawanan perang. Ia baru saja dibebaskan orang kafir. Tubuhnya lemah karena kelaparan.

Ali dan Fatimah pun saling berpandangan. Sejak mereka berpuasa nazar, tak sebutir kurma atau sepotong roti pun masuk ke dalam perut mereka. Selama tiga hari itu, mereka hanya berbuka puasa dengan air putih.

Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa beramal baik, infaq, dan sedekah sangatlah penting. Memberi apapun, walau hanya sedikit, akan sangat berarti bagi kaum miskin. Selain akan meringankan beban orang yang diberi, amalan itu juga sebagai pembersih harta kita.

Menurut Ibnu Abbas, Allah SWT telah menurunkan ayat al-Qur’an atas kedermawanan Ali dan Fathimah tersebut. Dalam surat Al-Insan ayat 7-10, Allah SWT berfirman:

يُوفُونَ بِٱلنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُۥ مُسْتَطِيرًا ۞

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.”

وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ۞

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللّٰهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا ۞

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”

إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا ۞

“Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.”

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

__________

Source: Republika

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...