Home / Agama / Kajian / Kisah Sayyidah Aminah Saat Mengandung Rasulullah SAW

Kisah Sayyidah Aminah Saat Mengandung Rasulullah SAW

“Bertebaran petunjuk dan cahaya, betapa haru biru perasaan Sayyidah Aminah saat mengandung bayi Nabi Suci umat akhir zaman, Rasulullah SAW”

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku terkasih, Syaikh Nawawi al-Bantani di dalam kitab Maulid “Al-Ibrîz Ad-Dâniy“, halaman 17-19, menuliskan sebuah kisah fenomenal.

Kisah itu menceritakan tentang keistimewaan yang dialami oleh Sayyidah Aminah ketika sedang mengandung Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Didatangi Para Nabi Selama Sembilan Bulan Berturut-turut 

Secara berturut-turut, sejak bulan pertama kehamilan hingga bulan kesembilan, sang Ibunda selalu didatangi para Nabiyyullah ‘alaihimush shalâtu was-salâm. 

Dalam kitab tersebut dituliskan:

قَالَتْ آمِنَةُ، لَمَّا حَمِلْتُ بِحَبِيْبِيْ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى أَوَّلِ شَهْرٍ مِنْ حَمْلِيْ وَهُوَ شَهْرُ رَجَبَ الْأَصَمِّ بَيْنَمَا أَنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ فِى لَذَّةِ الْمَنَامِ إِذْ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ مَلِيْحُ الْوَجْهِ طَيِّبُ الرَّآئِحَةِ وَأَنْوَارُهُ لَائِحَةٌ وَهُوَ يَقُوْلُ مَرْحَبًا بِكَ يَا مُحَمَّدٌ، قَالَتْ آمِنَةُ، فَقُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا آدَمُ أَبُو الْبَشَرِ، فَقُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ اَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِسَيِّدِ الْبَشَرِ وَفَخْرِ رَبِيْعَةٍ وَمُضَرٍ. 

Sayyidah Aminah berkata, “Ketika aku mengandung “Kekasihku” Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, di awal masa kehamilanku, yaitu bulan Rajab.

Suatu malam, ketika aku dalam kenikmatan tidur, tiba-tiba masuk seorang laki-laki yang sangat elok parasnya, wangi aromanya, dan tampak sekali pancaran cahayanya.

Dia berkata: “Selamat datang untukmu Wahai Muhammad”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Adam, ayah sekalian manusia”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lalu ia menjawab: “Aku ingin membawa kabar gembira. Berbahagialah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Sayyidul Basyar”  (Pemimpin Manusia)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ الثَّانِيْ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، قُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا شِيْتٌ، قُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ، أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِصَاحِبِ التَّأْوِيْلِ وَالْحَدِيْثِ .

Pada bulan kedua datang seorang laki-laki, seraya berkata, “Salam untukmu wahai Rasulullah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Tsits”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan”.

Lalu ia menjawab: “Aku ingin menggembirakanmu, bergembiralah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Shâhibut Ta’wîl wal-Hadîts” (Pemilik Ta’wil dan Hadits)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ الثَّالِثُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَانَبِيَّ اللّٰهِ، قُلْتُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا إِدْرِيْسٌ، قُلْتُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِالنَّبِيِّ الرَّائِيسْ.

Pada bulan ketiga datang seorang laki-laki yang berkata: “Salam untukmu wahai Nabi Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”.

Ia menjawab: “Aku Idris”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lalu ia menjawab: “Bergembiralah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyyir-Raîs” (Nabi Pemimpin)”.

وَلمَّا كَانَ الشَّهْرُ الرَّابِعُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَاحَبِيْبَ اللّٰهِ، قُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا نُوْحٌ، قُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ: أَبْشِرِىْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِصَاحِبِ النَّصْرِ وَالْفُتُوْحِ، 

Pada bulan keempat datang seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai Kekasih Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Nuh”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lalu ia menjawab: “Berbahagialah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Shâhibun Nashri wal-Futûh” (Pemilik Pertolongan dan Kemenangan)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ الْخَامِسُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا صَفْوَةَ اللّٰهِ، قُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا هُوْدٌ، قٌلْتُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ: أَبْشِرِىْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِصَاحِبِ الشَّفَاعَةِ الْعُظْمَى فِي الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ، 

Pada bulan kelima datang seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai Sahabat Karib Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Hud”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”

Lalu ia menjawab: “Bergembiralah wahai ibu Aminah, engkau sedang mengandung “Shâhibusy Syafâ’atil ‘Udzhmâ fil-Yaumil Mau’ûd” (Pemilik Syafa’at di Hari yang Dijanjikan)”.

وَلَمَّاكَانَ الشَّهْرُ السَّادِسُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَحْمَةَ اللّٰهِ، قُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا إِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلِ، قُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ، أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِالنَّبِيِّ الْجَلِيْلِ، 

Pada bulan keenam datang seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai kasih sayang Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Ibrahim Al-Khalîl”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lalu ia menjawab: “Berbahagialah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyyil Jalîl” (Nabi yang Agung)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ السَّابِعُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا مَنْ اِخْتَارَهُ اللّٰهُ، قُلْتُ لَهُ مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا إِسْمَاعِيْلُ الذَّبِيْحِ، قُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ قَالَ، أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِالنَّبِيِّ الرَّجِيْحِ الْمَلِيْحِ،

Pada bulan ketujuh datang seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai orang yang telah dipilih Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Isma’il Adz-Dzabîh (Yang disembelih)”

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lali ia menjawab: “Bergembiralah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyyir Rajîhil Malîh” (Nabi yang Elok)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ الثَّامِنُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا خَيْرَةَ اللّٰهِ، فَقُلْتُ لَهُ، مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ أَنَا مُوْسَى ابْنُ عِمْرَانَ، قُلْتُ لَهُ مَا تُرِيْدُ؟ أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِمَنْ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ،

Pada bulan kedelapan datang seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai pilihan Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Musa putra Imran”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”.

Lalu ia menjawab: “Bergembiralah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Man Yunzalu ‘alaihil Qur’ân” (Orang yang akan diuturunkan padanya Al-Qur’an)”.

وَلَمَّا كَانَ الشَّهْرُ التَّاسِعُ دَخَلَ عَلَيَّ رَجُلٌ وَهُوَ يَقُوْلُ، اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا خَاتَمَ رَسُوْلِ اللّٰهِ، دَنَى الْقُرْبُ مِنْكَ يَا رَسُوْلِ اللّٰهِ، قُلْتُ لَهُ مَنْ اَنْتَ؟ قَالَ، أَنَا عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ، قُلْتُ مَا تُرِيْدُ؟ أَبْشِرِيْ يَا آمِنَةَ فَقَدْ حَمِلْتِ بِالنَّبِيِّ الْمُكَرَّمِ وَالرَّسُوْلِ الْمُعَظَّمِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَزَالَ عَنْكَ الْبُؤْسَ وَالْعَنَاءَ وَالسَّقَمَ وَالْأَلَمَ .

Pada bulan kesembilan, yakni bulan Rabi’ul Awwal, datang lagi seorang laki-laki yang berkata, “Salam untukmu wahai utusan Allah”.

Aku bertanya: “Siapa engkau?”

Ia menjawab: “Aku Isa putra Maryam”.

Aku bertanya: “Apa yang engkau inginkan?”

Lalu ia menjawab: “Bergembiralah engkau wahai Aminah, engkau sedang mengandung “Nabiyyil Mukarram war Rasûlil Mu’adzhdzham” (Nabi yang dimuliakan dan Rasul yang diagungkan), lenyaplah dari dirimu segala kesengsaraan, kesusahan, kepedihan dan rasa sakit”.

وَكُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمْ يَقُوْلُ لَهَا فِي نَوْمِهَا يَا آمِنَةَ إِذَا وَضَعْتِ شَمْسَ الْفَلَاحِ وَالْهُدَى فَسَمِّيْهِ مُحَمَّدًا، ثُمَّ حَدَثَتْ آمِنَةُ عَبْدَ الْمُطَلِّبِ بِأَنَّهُ آتَاهَا آتٍ وَقَالَ لَهَا ذَلِكَ فَسَمَّاهُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُ الْمُطَلِّبِ يَوْمَ السَّابِعِ وِلَادَتِهِ بِمُحَمَّدٍ وَأَوْلَمَ وَلِيْمَةً جُمِعَ فِيْهَا أَهْلُ مَكَّةَ .

Setiap yang datang dari mereka itu selalu saja berkata kepada Sayyidah Aminah di dalam tidurnya: “Wahai Aminah, apabila nanti engkau melahirkan ‘Matahari Kemenangan dan Petunjuk’, maka namailah ia dengan Muhammad”.

Kemudian Sayyidah Aminah mengadukan hal tersebut kepada Abdul Muthalib pada saat mengunjunginya. Maka Abdul Muthalib menamai Shallallâhu ‘Alaihi wa sallam pada hari ketujuh dengan nama Muhammad. Lalu Abdul Muthalib mengumpulkan para penduduk Mekkah dan membuat walimah (kenduri).

Detik-detik Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Telah disebutkan bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan Sayyidah Aminah yakni di bulan Rabî’ul-Awwal, saat hari-hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sudah semakin dekat, Allah SWT semakin melimpahkan bermacam anugerah kepada Sayyidah Aminah. Hal itu terjadi sejak tanggal 1 hingga malam tanggal 12 Rabî’ul-Awwal malam kelahiran Al-Musthafa Muhammad SAW.

Pada Malam Pertama (tanggal 1), Allah SWT melimpahkan segala kedamaian dan ketenteraman yang luar biasa sehingga Sayyidah Aminah merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Pada malam tanggal 2, datang berita gembira kepada ibunda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan dirinya akan mendapatkan anugerah luar biasa dari Allah SWT.

Pada malam tanggal 3, datang seruan yang memanggil: “Wahai Aminah…, sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad Rasulullah SAW yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT…”.

Pada malam tanggal 4, Sayyidah Aminah mendengar seruan beraneka ragam tasbih para Malaikat dengan nyata dan jelas.

Sayyidah Aminah melihat para Malaikat silih berganti, saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.

Pada malam tanggal 8, Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dari mana-mana. Suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan: “Berbahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi Agung, Kekasih Allah SWT, Pencipta Alam Semesta …

Pada malam tanggal 9, Allah SWT semakin mencurahkan kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada sedikitpun rasa sakit, sedih, susah, dalam jiwa Sayyidah Aminah.

Pada malam tanggal 10, Sayyidah Aminah melihat tanah Tha’if dan Mina ikut bergembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pada malam tanggal 11, Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina Muhammad SAW.

Kemudian pada malam tanggal 12 Rabî’ul-Awwal, detik-detik menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, di sepertiga malam, langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun.

Saat itu, Sayyid Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad SAW) sedang bermunajat kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah. Sedangkan Sayyidah Aminah seorang diri di rumah, tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Tiba-tiba Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah dan perlahan-lahan muncul 4 wanita yang sangat jelita, anggun dan cantik, diliputi dengan cahaya kemilau yang memancar serta semerbak harum memenuhi seluruh ruangan.

Wanita pertama datang berkata: ”Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah, sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi yang agung, junjungan semesta alam. Beliaulah Nabi Muhammad SAW. Kenalilah aku, bahwa aku adalah istri Nabi Allah Adam ‘alaihis salâm, ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu…”.

Datanglah wanita kedua dengan membawa kabar gembira dan berkata: “Aku adalah istri Nabi Allah Ibrahim ‘alaihis salâm. Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu…”.

Lalu wanita ketiga menghampiri dan berkata: “Aku adalah Asiyah binti Muzahim. Aku juga diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu…”.

Kemudian datanglah wanita keempat dan berkata: ”Aku adalah Maryam, ibunda Nabi Allah ‘Isa ‘alaihis salâm. Aku datang untuk menyambut kehadiran putramu, Muhammad Rasulullah…

Sehingga semakin memuncaklah rasa kedamaian dan kebahagiaan ibunda Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata.

Keajaiban berikutnya, Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya berdatangan silih berganti memasuki ruangannya dan mereka memanjatkan puji-pujian kepada Allah SWT dengan berbagai macam bahasa yang berbeda.

Detik berikutnya, Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau bermacam-macam bintang di angkasa beterbangan yang sangat indah berkilau cahayanya.

Detik berikutnya, Allah SWT memerintahkan Malaikat Ridhwan untuk memerintahkan seluruh bidadari surga agar berdandan cantik dan rapi, memakai kain sutera dan segala macam bentuk perhiasan bermahkotakan emas, intan permata yang bergemerlapan, dan menebarkan wangi-wangian surga yang harum semerbak ke segala penjuru.

Lalu beribu-ribu bidadari itu dibawa ke alam dunia oleh Malaikat Ridhwan. Terlihat wajah para bidadari itu berseri-seri. Lalu Allah SWT memanggil:

Wahai Jibril…, serukanlah kepada seluruh arwah para Nabi, para Rasul, para Wali agar berkumpul, berbaris rapi, bahwa sesungguhnya Kekasih-Ku, cahaya di atas cahaya, agar disambut dengan baik dan suruhlah mereka menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW“.

Wahai Jibril…, perintahkanlah kepada Malaikat Malik agar menutup pintu-pintu neraka dan perintahkan kepada Malaikat Ridhwan untuk membuka pintu-pintu surga dan berhiaslah engkau dengan sebaik-baiknya keindahan demi menyambut kekasih-Ku, Nabi Muhammad SAW“.

Wahai Jibril…, bawalah beribu-ribu Malaikat yang ada di langit, turunlah ke bumi, ketahuilah Kekasih-Ku Muhammad SAW telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruz-Zaman…”.

Maka turunlah semua Malaikat, sehingga penuhlah isi bumi ini dengan beribu-ribu Malaikat. Sayyidah Aminah melihat Malaikat itupun berdatangan membawa kayu-kayu gahru yang wangi dan memenuhi seluruh jagat raya.

Pada saat itu pula mereka semua berdzikir, bertasbih, bertahmid, dan pada saat itu pula datanglah burung putih yang berkilau cahayanya mendekati Sayyidah Aminah dan mengusapkan sayapnya sambil bershalawat: “Yâ Nabi Salâm ‘Alaika… Yâ Rasûl Salâm ‘Alaika… Yâ Habîb Salâm ‘Alaika…  Shalawatullâh ‘Alaika…

Saat Nabi Muhammad SAW lahir, Jabang bayi Kekasih Allah SWT itu langsung mengucapkan kalimat pertama dari mulutnya: “Allâhu Akbar…, Allâhu Akbar…, wal-Hamdulillâhi katsîrâ…, wa Subhânallâhi bukrataw wa ashîlâ…”.

Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW bercerita tentang dirinya. Ibnu Ishaq berkata bahwa Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari sebagian orang berilmu dan aku kira dari Khalid bin Ma’dan Al-Kalaiyyu, bahwa beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah: “Ceritakan kepada kami tentang dirimu, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda:

“Ya. Aku adalah doa ayahku Ibrahim, dan berita gembira saudaraku Isa bin Maryam. Ketika ibuku mengandungku, ia melihat sinar keluar dari perutnya, dan karena sinar itu istana-istana Syam menjadi bercahaya. Aku disusui di Bani Sa’ad bin Bakr. Ketika aku bersama saudaraku di belakang rumah sedang menggembalakan kambing, tiba-tiba dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan membawa baskom dari emas yang penuh berisi salju. Kedua orang tersebut mengambilku lalu membelah perutku, mengeluarkan hatiku, membelahnya, mengeluarkan gumpalan hitam dari hatiku, dan membuangnya. Setelah itu, keduanya mencuci hatiku dan perutku dengan salju yang telah dibersihkan. Salah seorang dari keduanya berkata kepada sahabat satunya, Timbanglah dia dengan sepuluh orang dari umatnya.’ Dia menimbangku dengan sepuluh orang umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka. Orang pertama berkata, ‘Timbanglah dia dengan seratus orang dari umatnya.’ Orang kedua menimbangku dengan seratus orang dari umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka. Orang pertama berkata lagi, ‘Timbanglah dia dengan seribu orang dari umatnya.’ Orang kedua menimbangku dengan seribu orang dan umatku, ternyata aku lebih berat daripada mereka.’ Orang pertama berkata, ‘Biarkan dia. Demi Allah, seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, ia lebih berat daripada mereka’.” Masya Allah! Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

دَعْوَةِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ وَبِشَارَةِ عِيسَى قَوْمَهُ، وَرُؤْيَا أُمِّي الَّتِي رَأَتْ كَأَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ الشَّامِ

“Aku adalah doanya kakekku Ibrahim, kabar gembira yang dikabarkan oleh Nabi Isa kepada kaumnya, dan mimpi ibuku yang ia lihat, seakan-akan keluar darinya cahaya yang menyinari istana-istana negeri Syam.” (HR Ahmad 17163, shahih)

Demikian kisah kelahiran Nabi Muhammad shallallãhu ‘alaihi wa sallam. Semoga kisah ini membuat kita semakin cinta dan meneladani Beliau SAW, manusia dengan puncak keteladanan yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Referensi:

1. Syaikh Nawawi Banten, Al-Ibrîz Ad-Dâniy, hal. 17-19
2. Imam Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-syafi’i, an-Ni’matul-Kubrâ ‘alal-‘Alam.

___________

* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita

 

About admin

Check Also

Meraih Rahmat dengan Fitnah

“Setiap pengalaman pahit yang dihadapi manusia, terutama terkait hubungan dengan manusia lain, perlu dimaknai sebagai ...