“Kisah Bahtera Nabi Nuh AS yang berlayar di atas banjir dideskripsikan oleh puteranya yang dihidupkan oleh Nabi Isa AS atas izin Allah SWT”.
Oleh: Ustadz M. Tatam Wijaya*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT, setiap nabi pasti membawa mukjizat sebagai bukti kenabiannya. Tak terkecuali Nabi Isa as yang terkenal dengan salah satu mukjizatnya bisa menghidupkan orang yang sudah mati.
Dalam Tafsir ath-Thabari, Ibnu ‘Abbas mengisahkan,
فَقَدْ أَخْرَجَهُ الطَّبَرِي فِي “تَفْسِيْرِهِ” (12/395) مِنْ طَرِيْقِ الْحُسَيْنِ بْنِ دَاوُدَ، عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُفَضَّلِ بْنِ فَضَالَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مِهْرَانَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: « قَالَ الْحَوَارِيُّونَ لِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ: لَوْ بَعَثْتَ لَنَا رَجُلًا شَهِدَ السَّفِينَةَ فَحَدَّثَنَا عَنْهَا قَالَ: فَانْطَلَقَ بِهِمْ حَتَّى انْتَهَى بِهِمْ إِلَى كَثِيبٍ مِنْ تُرَابٍ ، فَأَخَذَ كَفًّا مِنْ ذَلِكَ التُّرَابِ بِكَفِّهِ ، قَالَ: أَتَدْرُونَ مَا هَذَا؟ قَالُوا: اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذَا كَعْبُ حَامِ بْنِ نُوحٍ. قَالَ: فَضَرَبَ الْكَثِيبَ بِعَصَاهُ ، قَالَ: قُمْ بِإِذْنِ اللّٰهِ فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ يَنْفُضُ التُّرَابَ عَنْ رَأْسِهِ قَدْ شَابَ. قَالَ لَهُ عِيسَى: هَكَذَا هَلَكْتَ؟ قَالَ: لَا ، وَلَكِنْ مِتُّ وَأَنَا شَابٌّ ، وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّهَا السَّاعَةُ ، فَمِنْ ثَمَّ شِبْتُ. قَالَ: حَدِّثْنَا عَنْ سَفِينَةِ نُوحٍ .. »
Pada suatu ketika orang-orang Hawari berkata kepada Nabi Isa bin Maryam, “Seandainya engkau mampu membangkitkan seorang laki-laki yang pernah menyaksikan bahtera Nabi Nuh, tentu ia bisa bercerita kepada kami tentangnya.”
Kemudian, Nabi Isa as pun pergi bersama mereka hingga sampailah di sebuah gundukan tanah.
Kemudian Nabi as mengambil segenggam tanah darinya, seraya berkata, “Apakah kalian tahu segenggam tanah ini?” Mereka menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi menerangkan, “Ini adalah Ka‘ab Ham bin Nuh.
Sang Nabi as lantas memukul gundukan tanah tadi dengan tongkatnya, sambil berkata, “Bangunlah atas izin Allah!” Tiba-tiba Ham bin Nuh bangkit sambil menggoyang-goyangkan tanah yang ada di kepalanya yang sudah beruban.
Kemudian Nabi Isa bertanya kepadanya, “Apakah seperti itu keadaanmu saat meninggal?”
Ia menjawab, “Tidak. Saat meninggal dunia, justru aku masih muda. Namun, aku mengira sekarang ini Kiamat. Karenanya, aku sudah beruban.”
Nabi Isa lalu berkata lagi kepadanya, “Sekarang berceritalah engkau kepada kami tentang bahtera Nuh.” Ham pun kemudian bercerita, “Panjangnya bahtera Nuh 1200 hasta dan lebarnya 600 hasta. Ia terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berisi hewan peliharaan dan hewan liar, lantai kedua manusia, dan lantai ketiga burung. Tatkala kotoran hewan peliharaan sudah mulai banyak, Allah kemudian mengilhami Nuh untuk menggelitik ekor gajah. Setelah ia menggelitiknya, tiba-tiba keluar darinya seekor babi jantan dan babi betina. Sepasang babi itu kemudian menyapu bersih kotoran-kotoran tersebut.
Tak lama kemudian, masalah lain datang. Beberapa ekor tikus muncul menggerogoti tali-tali kapal. Allah akhirnya kembali mengilhami Nuh as untuk memukul bagian di antara dua mata singa. Tiba-tiba keluar dari lubang hidungnya seekor kucing jantan dan kucing betina. Kedua kucing itulah yang memangsa tikus-tikus tersebut.
Isa as juga bertanya kepada Ham, “Bagaimana Nuh mengetahui negeri-negeri yang sudah tenggelam?” Ham bin Nuh menjawab, “Beliau mengutus burung gagak untuk memberi kabar kepada dirinya. Sayangnya, dalam menjalankan tugas, gagak mendapati bangkai sehingga asyik memakannya. Nabi Nuh as berdoa agar gagak dihantui ketakutan. Akibat rasa takutnya itu, gagak tidak senang memiliki sarang. Untuk menjalankan tugas yang sama, Nabi Nuh as kini mengutus burung merpati. Berbeda dengan gagak, merpati mengemban tugasnya dengan baik. Ia pulang membawa daun zaitun di paruhnya dan tanah liat di kedua kakinya. Dari dua benda itu, Nabi Nuh bisa mengetahui daerah mana saja yang masih terendam dan mana daerah yang kering. Sebagai bentuk penghargaan, Nabi Nuh memberikan kalung warna kehijauan di leher merpati. Tak lupa ia mendoakan agar merpati menjadi burung yang jinak dan tidak membahayakan. Berkat doa Sang Nabi, merpati menjadi burung yang senang dengan kandang.”
Orang-orang Hawari berkata lagi kepada Isa, “Wahai utusan Allah, bisakah kita membawa Ham ini kepada keluarga kami, supaya bisa duduk dengan kami dan berbincang dengan kami?” Nabi Isa menjawab, “Bagaimana bisa orang yang sudah tak diberi rezeki kehidupan bisa ikut kepada kalian?”
Kemudian, Nabi Isa berkata kepada Ham, “Kembalilah engkau atas izin Allah!” Saat itu pula, Ham kembali menjadi tanah. (Lihat: Tafsir ath-Thabari, juz XV, halaman 312).
Dari kisah di atas, dapat kita petik beberapa pelajaran:
1. Allah maha kuasa atas segala sesuatu, termasuk menghidupkan orang yang sudah mati di tangan Nabi Isa as di hadapan murid-muridnnya.
2. Kebangkitan orang yang sudah meninggal di tangan Nabi Isa as adalah gambaran nyata kebangkitan pada hari Kiamat.
3. Betapa besarnya bahtera Nabi Nuh. Memiliki tiga tingkat untuk menampung hewan peliharaan, manusia, dan burung. Panjangnya 1200 hasta (siku) dan lebarnya 600 hasta. Sungguh, peradaban luar biasa yang dicapai oleh Nabi Nuh di tengah keterbatasan yang ada pada zaman itu.
4. Akibat sikap tidak amanah, burung gagak didoakan Nabi Nuh as selalu merasa ketakutan. Buah dari ketakutannya, sampai-sampai ia tidak mau memiliki sarang. Demikian pula manusia. Siapa pun yang tidak jujur dan tidak menjaga amanah, tidak akan mendapat ketenangan hati.
5. Sebaliknya, burung merpati yang jujur dalam menjalankan tugas, didoakan oleh Nabi Nuh dan diberi kalung penghargaan berwarna hijau. Artinya, siapa pun yang bersikap jujur dalam menjalankan tugas, maka doa terbaik, penghargaan, serta pembalasan siap diterimanya.
6. Meski babi tercipta sebagai hewan kotor, tetapi Allah menyimpan hikmah dan manfaat untuk manusia di balik penciptaannya. Dengan kata lain, tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan Allah. Termasuk hewan kotor dan najis sekalipun.
Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.
_____________
* Penulis adalah alumnus PP Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Source: NU Online