Rahbar dalam pertemuan dengan masyarakat dan para pejabat tinggi negara, menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas tersebut. Tentunya Rahbar menekankan bahwa persatuan antarmasyarakat dan umat Islam lebih penting dari persatuan antarpemerintahan. Beliau mengatakan, “Umat Islam adalah inti dari struktur ini. Berkah dan kebaikan terdapat dalam struktur besar ini dan tekad mereka dapat memindahkan gunung-gunung. Gerakan mereka dapat memperluas dan menyebarkan nilai-nilai Islam ke seluruh penjuru dunia.” Menurut Rahbar, dalam beberapa abad terakhir, faktor utama perpecahan umat Islam adalah faktor eksternal, yakni makar musuh-musuh Islam khususnya makar para penjajah Barat. Kaum imperialis Barat mencampuri urusan dalam negeri negara-negara dunia ketiga dan merampas kekayaan dan sumber-sumber alam negara-negara itu dengan menebar perpecahan di tengah masyarakat. Pemerintah Barat kini menggunakan berbagai macam cara untuk menyulut perpecahan antar umat Islam.
Seraya menyeru kembali umat Islam pada persatuan, Rahbar juga memperingatkan faktor-faktor perpecahan dan perselisihan. Dikatakannya, “Saya kembali menyatakan seruan bangsa Iran untuk ke-100 dan ke-1.000 kalinya, kepada saudara-saudara Muslim di seluruh penjuru dunia, jagalah persatuan kalian. Jangan sampai kalian menjadi permainan musuh-musuh kolektif kalian yang ingin menyulut perpecahan dengan mengemukakan isu etnis arab dan ajam, sunni atau Syiah, atau berbagai isu lainnya.” Rahbar berharap umat Islam untuk tidak menanti sikap dari para pemerintah dan menghindari perpecahan. Apalagi di dunia Islam, sejumlah pemerintahan yang tergantung pada pihak asing sengaja mengobarkan perpecahan demi melanggengkan dan menjaga kepentingan mereka. Makar ‘Bulan Sabit Syiah’ dan propagandanya di media massa yang berafiliasi dengan sejumlah pemerintahan Arab di kawasan, juga dalam rangka menyulut perpecahan dalam umat Islam.
Akan tetapi Rahbar tidak mendefinisikan persatuan dengan menjadi satu, karena perbedaan antarmanusia merupakan hal yang alami dan lumrah. Beliau berpendapat bahwa perselisihan pendapat di jalan yang benar adalah hal yang berguna dan dapat menjadi faktor perkembangan dan kemajuan. Pada saat yang sama, Rahbar menekankan bahwa perselisihan seperti ini jangan sampai dimanfaatkan oleh musuh. Dalam hal ini Rahbar mengatakan, “Jelas bahwa dua madzhab di sebagian masalah ushul dan furu’ berbeda pendapat, namun dalam banyak sisi juga memiliki persamaan pendapat. Akan tetapi perbedaan pendapat itu tidak berarti permusuhan.” Ayatullah Khamenei berpendapat bahwa perbedaan pendapat dua madzhab Sunni dan Syiah tidak boleh berubah menjadi dendam dan permusuhan. Apalagi kedua pihak memiliki kekolektifan pendapat di berbagai bidang ushul dan furu’ agama seperti Keesaan Allah swt, kenabian Muhammad saaw, AlQuran, kiamat, dan berbagai ibadah seperti shalat, puasa, haji, jihad, dan lain-lain.
Dalam menjelaskan pentingnya toleransi terhadap keyakinan pihak lain, Rahbar menjelaskan, “Fatwa-fatwa para fuqaha Syiah dalam banyak hal berbeda 180 derajat. Fatwa-fatwa para ahli fiqih Sunni juga berbeda-beda dalam banyak hal. Namun kita tidak perlu saling melontarkan olokan atau cacian. Si polan bermadzhab ini dan si polan bermadzhab itu. Rahbar menegaskan, “Tentunya, hal yang menggembirakan adalah keyakinan sebagian besar umat Islam terhadap solidaritas dan persatuan Islam, serta penghindaran perpecahan. Masalah kebangkitan umat Islam yang seiring dengan berlalunya waktu juga semakin meningkat. Menurut beliau pentingnya persatuan kini telah dirasakan semua pihak. Oleh karena itu, upaya musuh pun juga akan semakin meningkat. Lebih lanjut Rahbar mengatakan, “Dewasa ini serangan terhadap Islam dan nilai-niai sucinya semakin gencar. Ini bukan dikarenakan kekuatan mereka semakin meningkat, melainkan karena mereka semakin khawatir atas gerakan besar umat Islam. Sebab itu mereka mengerahkan seluruh senjata propaganda mereka untuk menakut-nakuti bangsa dan pemerintahan Islam. Dan satu-satunya cara terbaik untuk menghadapi makar tersebut adalah dengan menjaga persatuan.”
Mengingat eskalasi kebangkitan Islam dan kecenderungan terhadap persatuan dan solidaritas Islam, sejumlah oknum dan kelompok menyimpang dan fanatik, serta anasir pihak-pihak asing, berupaya menyulut perpecahan dalam umat Islam. Rahbar berulangkali menyatakan bahwa pihak-pihak tersebut sadar atau tidak telah dijadikan alat oleh musuh Islam. Beberapa waktu lalu, dalam kunjungannya ke Propinsi Kurdistan yang sebagian besar warga di wilayah ini bermadzhab Sunni, Rahbar secara gamblang menyatakan bahwa penebaran perpecahan dari pihak manapun, bertentangan dengan syariat Islam. Beliau mengatakan, “Terkadang sebagian orang menjadi antek-antek musuh namun mereka tidak menyadarinya. Banyak orang salafi dan wahabi yang didukung dengan ‘dolar-dolar minyak’ untuk melancarkan aksi teror di sana-sini, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi antek-antek musuh. Oknum Syiah yang menistakan nilai-nilai suci kaum Sunni juga antek-antek musuh, meski ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah dilakukannya. Saya katakan bahwa faktor-faktor utama perpecahan ini adalah musuh.”
Sayang sekali pemikiran dan perspektif keliru sejumlah ulama yang terbelakang kian memperparah perselisihan tersebut. Fatwa-fatwa pengkafiran terhadap kaum Syiah juga bersumber dari keyakinan menyimpang dan anti-persatuan ini. Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran ini menjelaskan, “Dewasa ini, kelompok Wahabi dan Salafi, menyebut kaum Syiah kafir, begitu pula dengan kaum Sunni yang mencintai Ahlul Bait. Dari mana asalnyanya pemikiran keliru seperti ini?” Fanatisme dan penyimpangan sejumlah ulama Wahabi membuat mereka terjerumus dalam kelompok orang yang memperjuangkan kepentingan ilegal musuh. Padahal berdasarkan berbagai hadis terpercaya, setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadah adalah Muslim dan mengalirkan darahnya adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Namun sayang sekali kita menyaksikan di Irak, Afghanistan, dan Pakistan, muncul oknum-oknum yang mengaku Muslim namun setiap hari melakukan pengeboman yang menewaskan puluhan orang termasuk perempuan dan anak-anak. Rahbar menyebut aksi pengeboman itu sebagai ‘Bom anti-persatuan’ dan menyatakan, “Salah satu tujuan pasti dari aksi-aksi berdarah itu adalah menyulut perpecahan antara Syiah dan Sunni.”
Tentang kecintaan terhadap Ahlul Bait yang biasanya dinisbatkan kepada kaum Syiah, Rahbar menegaskan, “Tidak ada pihak yang boleh beranggapan bahwa Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah hanya untuk orang-orang Syiah saja. Tidak. Mereka adalah milik seluruh dunia Islam. Siapa yang tidak mengakui Fatimah Az-Zahra sa? Siapa yang tidak menerima Imam Hasan dan Husain as, penghulu pemuda penghuni sorga? Siapa yang tidak mengakui para imam Syiah yang mulia?” Dengan demikian, Rahbar berupaya untuk menghapus kesalahpahaman dan perspektif menyimpang, serta menyeru seluruh umat Islam untuk bersatu. Beliau berpendapat bahwa tuntutan utama dunia Islam saat ini adalah persatuan dan solidaritas. Beliau menandaskan, “Jika seruan persatuan Islam ini terwujud, kalian saksikan fenomena besar seperti apa yang akan terjadi.” Persatuan seperti itu telah disebutkan dalam AlQuran. “Dan berpegang teguhlah kalian pada tali Allah dan jangan kalian berpecah-belah.” (IRIB Indonesia)