“Surat al-Fãtihah adalah salah satu surat yang paling utama dalam al-Qur’ãn, di dalamnya terkandung ajaran tauhid, keimanan, janji Allah serta kabar gembira bagi mereka yang beriman.”
Oleh: Admin
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Surat al-Fãtihah adalah surat yang menjadi salah satu bacaan dan rukun dalam shalat, sehingga sangat wajib diketahui dan dihafalkan oleh setiap muslim. Meski bukan surat yang pertama turun, namun surat al-Fãtihah diletakkan pada urutan paling pertama dalam al-Qur’ãn.
Diletakkannya surat al-Fãtihah pada urutan pertama dalam al-Qur’ãn menunjukkan salah satu keistimewaannya. Bagaimana bisa seperti itu? Simak riwayat turunnya dan inti kandungan yang terdapat di dalamnya pada artikel singkat di bawah ini.
Sejarah Turunnya Surat al-Fãtihah
Surat al-Fãtihah diturunkan di Mekkah. Salah satu dalil penguatnya adalah ayat 87 dari surat al-Hijr [15]:
وَلَقَدْ اٰتَيْنٰكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْاٰنَ الْعَظِيْمَ ۞
“Sungguh, Kami benar-benar menganugerahkan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.”
Maksud dari tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang pada ayat tersebut adalah surah al-Fãtihah yang terdiri atas tujuh ayat. Namun sebagian mufassir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tujuh surah yang panjang, yaitu al-Baqarah, Āli ‘Imrān, al-Mā’idah, an-Nisā’, al-A‘rāf, al-An‘ām, dan al-Anfāl yang digabung dengan at-Taubah.
Dalam ayat tersebut, Allah mengingatkan Nabi-Nya shallallãhu ‘alaihi wa sallam atas karunia diturunkannya surat al-Fãtihah. Hal ini menunjukkan bahwa surat al-Fãtihah diturunkan sebelum surat al-Hijr.
Karena surat al-Hijr adalah makkiyyah (diturunkan di Mekkah), maka, dengan demikian, surat al-Fãtihah pun digolongkan ke dalam surat makkiyyah [Lihat: Tafsîr al-Baghawi (I/49) dan Tafsîr al-Qurthubi (I/177)].
Selain itu, tempat turunnya hukum kewajiban shalat adalah di Mekkah, dan tidak ada perbedaan pendapat antara para ulama dalam hal ini. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa salah satu rukun shalat adalah membaca surat al-Fãtihah. Hal ini menunjukkan bahwa surat al-Fãtihah telah diturunkan di Mekkah sebelum turunnya perintah shalat [Lihat: Tafsîr al-Qurthubi (I/177)].
Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (al-Fãtihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallãhu ‘anhu).
Dalam sabda yang lain Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
كُلُّ صَلَاةٍ لَا يُقْرَأُ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ
“Barangsiapa yang shalat tidak membaca Ummul Qur’an (surat al-Fãtihah) maka shalatnya pincang (khidaaj).” (HR. Muslim)
Surat al-Fãtihah diturunkan sebagai inti dari seluruh ajaran dalam Islam. Maka dari itu, surat ini pun diletakkan di awal urutan surat dalam al-Qur’an.
Dari Abu Hurairah radhiyallãhu ‘anhu, Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أُمُّ الْقُرْآنِ، وَأمُّ الْكِتَابِ، وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ .
“Al-Hamdulillah (al-Fãtihah) adalah Ummul Qur’ãn, Ummul Kitab, As-Sabul Matsãni dan al-Qur’ãnul Adzhim”. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih)
Menurut al-Qurthubi, surat al-Fãtihah memiliki 12 nama, yakni:
(1) al-Fãtihah (pembuka),
(2) Fãtihatul Kitãb (Pembuka al-Kitab),
(3) Fãtihatul Qur’ãn (Pembuka al-Qur’an)
(4) al-Shalãh (shalat, doa),
(5) Ummul kitãb (induk al-Qur’ãn),
(6) al-Matsãni (berulang-ulang),
(7) asy-Syifã (penawar, obat, penyembuh),
(8) al-Qur’ãnul ‘adzhîm (al-Quran yang agung),
(9) ar-Ruqyah (rukyah),
(10) al-Asãs (fondasi),
(11) al-Wãfiyah (yang menyeluruh, komprehensif),
(12) al-Kãfiyah (yang sempurna).
Keutamaan Surat al-Fãtihah
Surat al-Fãtihah mengandung inti Islam berupa ajaran tauhid, keimanan, janji Allah serta kabar gembira bagi mereka yang beriman. Seluruhnya dijabarkan dalam sebuah surat sehingga membuat surat al-Fãtihah menjadi salah satu surat yang utama.
Dari Abu Sa’id Rafi’ Ibnul Mu’alla radhiyallãhu ‘anhu, beliau mengatakan:
كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ حَتَّى صَلَّيْتُ، قَالَ: فَأَتْيْتُهُ، فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِي؟ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللّٰهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي، قَالَ: أَلَمْ يَقُلِ اللّٰهُ تَعَالَى: « يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيْبُوا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ »؟ ثُمَّ قَالَ: لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ، قَالَ: فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ، قَالَ: نَعَمْ « الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ » هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ .
Ketika aku sedang shalat, Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam memanggilku namun aku tidak menjawabnya sampai aku selesai shalat, lalu aku mendatangi beliau shallallãhu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Apa yang menahanmu untuk mendatangiku?” Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku sedang shalat”. Lalu beliau shallallãhu ‘alaihi wa sallam berkata: “Bukankah Allah SWT telah berfirman ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu…’ (QS. al-Anfãl [8]: 24)”. Lalu beliau shallallãhu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam Al-Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti?” Maka beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar, maka aku pun berkata;
Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda, “Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung dalam al-Qur’ãn?” Maka beliau bersabda, “Ya, (surat itu adalah) al-hamdulillãhi rabbil ‘ãlamîn (surat al-Fãtihah), itulah as-Sab’ul Matsãni (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam shalat) serta al-Qur’ãn al-‘Adzhîm yang dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari, dinukil dari Riyadhush Shalihin cet. Darus Salam, hal. 270)
Dari Anas bin Malik radhiyallãhu ‘anhu berkata:
Tatkala Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah perjalanan lalu turun dari kendaraannya, turun pula seorang lelaki di samping beliau. Lalu Nabi menoleh ke arah lelaki tersebut kemudian berkata:
“Maukah kamu aku beritahukan surat yang paling utama di dalam al-Quran? Anas berkata: Kemudian Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat ‘segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam (al-hamdulillãhi rabbil ‘ãlamîn [surat Al Fatihah]).’
Amr bin Shalih bertutur kepada kami:
“Ayahku bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi shallallãhu ‘alaihi wa sallam berdiri di Mekkah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah radhiyallãhu ‘anhu, ia berkata,
“Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda saat Ubai bin Ka’ab membacakan Ummul Qur’ãn pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-Sab’ul Matsãni (tujuh kalimat pujian) dan al-Qur’ãn al-‘Adzhîm yang diberikan kepadaku.”
“Surat al-Fãtihah merupakan surat yang sangat istimewa. Surat al-Fãtihah juga diturunkan langsung dari ‘Arsy oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad shallallãhu ‘alaihi wa sallam. Peristiwa bersejarah turunannya al-Fãtihah tersebut diabadikan oleh Imam al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak. Rasullullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berimanlah kamu kepada kitab Taurat, Zabur, dan Injil, serta apa saja yang dibawa oleh para nabi dari Tuhan mereka. Kitab Al-Qur’an dan segala keterangan yang tercantum di dalamnya akan memberi kelapangan kepadamu. Sesungguhnya Al-Quran itu pemberi syafa’at, sesuatu yang tidak pandai berbicara tetapi membawa kebenaran. Sedangkan surah al-Fãtihah diberikan kepadaku langsung dari ‘Arsy”
Selain itu, Surat al-Fãtihah juga disebut as-Sab’ul Matsãni atau tujuh ayat yang di ulang-ulang. Surat al-Fãtihah juga dikenal bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, hal tersebut telah dibuktikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Kesaksian Ibnu Qayyim diabadikan dalam kitab ad-Da’ã wad-Dawã.
Selain istimewanya surat al-Fãtihah, surat ini juga bisa membuat iblis terkapar dan tak berdaya. Dalam Kitab yang berjudul Abwãbul Faraj karya Sayyid Muhammad Alawi, diceritakan bahwa:
“Ketika surat al-Fãtihah turun, iblis pun terbaring lemah dan tak berdaya. Sakitnya iblis pada saat itu bisa diibaratkan melebihi sakit gigi. Melihat pimpinan iblis terbaring lemah dan tak berdaya, para balad tentaranya merasa kebingungan dan bertanya-tanya. Maka iblis pun berkata ”Kalian tidak usah menjengukku dan mendatangkan obat atau dokter. Aku ini bukan sakit fisik, sesungguhnya aku sakit karena turun sebuah surat, yang ketika surah-surah itu dibacakan pasti manusia akan selamat dari neraka. Hal itu bisa menjadi penghalang bagi kita untuk menjerumuskan manusia ke dalam neraka, karena surat tersebut (al-Fãtihah) bisa menjadi tamengnya.” (Kitab Abwãbul Faraj).
Sementara itu, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang membaca surah al-Fãtihah sebanyak 100 kali, maka ia akan memperoleh segala sesuatu yang diinginkan dengan segera. Orang tersebut juga akan terlindung dari segala perkara yang ditakuti dan terpelihara dari kezaliman.
Itulah tadi kisah singkat dibalik peristiwa turunnya surat al-Fãtihah yang membuat iblis terkapar dan tak berdaya.
Masih banyak keistimewaan surat al-Fãtihah yang belum Kita ketahui. Esensinya, sudah menjadi keharusan bagi umat muslim untuk membaca Al-Qur’an sebagai pedoman dan tuntunan hidup, yang diawali dengan surat al-Fãtihah. Barangsiapa yang kembali dan menjalankan tuntunan agama dengan baik, maka baginya keselamatan Dunia hingga Akhirat, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
Mari kita tutup artikel ini dengan do’a rahasia al-Fãtihah:
اَللّٰهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ، وَبِسِرِّ الْفَاتِحَةِ، وَبِبَرَكَةِ الْفَاتِحَةِ، وَبِكَرَامَةَ الْفَاتِحَةِ، أَنْ تَفْتَحَ لَنَا أَبْوَابَ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ الْخَيْرِ، وَأَنْ تَجْعَلَنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْرِ، سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلَامٌ، وآخِرُ دَعْوَاهُمْ عَنِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Allãhumma bi haqqil fãtihah, wa bi sirril fãtihah, wa bi barakatil fãtihah, wa bi karãmatil fãtihah, an taftaha lanã abwãbal khair, wa an tatafadhdhala ‘alainã bi kullil khair, wa an taj’alanã min ahlil khair, subhãnakallãhumma wa tahiyyatuhum fîhã salãm, wa ãkhiru da’wãhum ‘anil hamdulillãhi rabbil ‘ãlamîn.
“Ya Allah, dengan kebenaran al-Fãtihah, dengan rahasia al-Fãtihah, dengan keberkahan al-Fãtihah, dengan kemuliaan al-Fãtihah, Engkau bukakan untuk kami pintu-pintu kebaikan, dan Engkau istimewakan kami dengan semua kebaikan, dan Engkau jadikan kami bagian dari ahli kebaikan. Maha Suci Engkau Ya Allah, dan penghormatan mereka adalah sebuah salam, dan akhir doa mereka adalah ‘segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam’.”
____________
* Source: Dikutif dari berbagai sumber
Artikel lain yang berkenaan dengan surat al-Fãtihah silahkan diklik:
- Kedahsyatan Surat al-Fatihah dan Makna Titik pada Huruf Ba
- Tafsir Surah Al-Fatihah Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
- Tafsir Sufistik Hakikat Basmalah
- An’amta ‘Alaihim (Golongan yang Engkau Beri Nikmat)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (1)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (2)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (3)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (4)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (5)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (6)
- Mbah Shaleh Darat, Tafsir Sufistik Surat Al-Fatihah (7)