Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Kesombongan adalah sifat yang dimiliki iblis ketika diperintah oleh Allah SWT untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalâm. Iblis menolak perintah Allah SWT dengan kesombongan.
Dalam diri manusia terdapat potensi kesombongan yang muncul dari hawa nafsunya. Sebuah sifat yang diwariskan iblis untuk menggoda manusia hingga manusia terjerumus ke lubang kehinaan.
Ada sebuah qaul (perkataan) ulama yang cukup masyhur;
اَلتَّكَبُّرُ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ صَدَقَةٌ
At-takabbur ‘alal mutakabbir shadaqah
“Kesombongan atas orang yang sombong adalah sedekah.”
Dalam redaksi lain, qaul ulama tersebut berbunyi;
اَلتَّكَبُّرُ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ حَسَنَةٌ
At-takabbur ‘alal mutakabbir hasanah
“Kesombongan atas orang yang sombong adalah kebaikan.”
Penyataan di atas bukanlah hadits, melainkan qaul (perkataan) ulama, salah satunya adalah sebagaimana diucapkan Syaikh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful Khafâ, dengan menukil keterangan dari Syaikh Ali Al-Qariy. Kemudian, Syaikh Al-Qariy mengatakan, “Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa ulama.”
Dalam kitab Bariqah Mahmûdiyyah dikatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah. Karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali’.”.
Imam Az-Zuhri mengatakan, “Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh”.
Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan”.
Sementara, ulama yang lain mengatakan, “Terkadang bersikap sombong kepada orang yang sombong, bukan untuk membanggakan diri adalah termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap sombong kepada orang yang kaya atau orang bodoh (yang sombong)”.
Syaikh Muhammad bin Darwisy bin Muhammad rahimahullâh berkata:
هو من كلام الناس قاله الرازى
Ini adalah termasuk perkataan manusia, seperti dikatakan oleh Ar-Razi di dalam Kitab Asna al-Mathâlib Syarh Rawdh al-Thâlib, tetapi secara makna benar.
Imam Ali Al-Qariy rahimahullâh berkata:
قال الرازى هو كلام مشهور قلت لكن معناه مأثور
Ar-Razi berkata ini adalah perkataan terkenal. Aku (Ali Al-Qariy) berkata: Tetapi maknanya ma’tsûr (sesuai Sunnah Nabi SAW).
Hal itu sebagaimana tertulis dalam Kitab Al-Asrâr al-Marfû’ah fi al-Akhbâr al-Maudhû’ah (Rahasia-Rahasia yang Terangkat dalam Hadits-Hadits Palsu) yang disusun oleh Ali bin Muhammad bin Sulthan/al-Mulla Ali al-Qari (w. 1014 H.)
Jadi, secara makna benar, bahwa bersikap sombong kepada orang sombong adalah sedekah buat dia, yakni agar dia tidak terus-menerus berbuat sombong. Sebagaimana kesombongan tukang sihir Fir’aun yang ditumbangkan oleh mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalâm, sehingga membuat mereka tersadar.
Syaikh Abdullah Al-Faqih hafidzahullâh mengatakan (mengutip dari kitab Bariqah Mahmûdiyyah):
التكبر على المتكبر صدقة، لأنه إذا تواضعت له تمادى في ضلاله وإذا تكبرت عليه تنبه، ومن هنا قال الشافعي تكبر على المتكبر مرتين، وقال الزهري التجبر على أبناء الدنيا أوثق عرى الإسلام، وعن أبي حنيفة رحمه الله تعالى أظلم الظالمين من تواضع لمن لا يلتفت إليه، وقيل قد يكون التكبر لتنبيه المتكبر لا لرفعة النفس فيكون محموداً كالتكبر على الجهلاء والأغنياء، قال يحيى بن معاذ: التكبر على من تكبر عليك بماله تواضع.
“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, sebab jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dia terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong kepadanya maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikap sombonglah kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia adalah bagian dari ikatan Islam yang kokoh.’ Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan’.”
Wallâhu A’lam bish-Shawâb