Home / Agama / Kajian / Kelebihan dan Karamah Sayyidah Fathimah Az-Zahra

Kelebihan dan Karamah Sayyidah Fathimah Az-Zahra

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Fathimah az-Zahra radhiyallâhu ‘anhâ (RA) adalah salah seorang puteri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam (SAW). Ia merupakan wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliaannya diperoleh sejak menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani oleh empat wanita suci, radhiyallâhu ‘anhunna.

Menjelang kelahirannya, ibunda tercintanya, Sayyidah Khadijah al-Kubra RA meminta tolong kepada wanita-wanita Quraisy, tetangganya. Tapi mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia telah mengkhianati mereka yang mendukung Muhammad.

Saat itu, ia bingung kepada siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri tercintanya. Di tengah kebingungan, Khadijah RA mengatakan: “Aku terkejut luar biasa ketika aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik dilingkari cahaya, yang sebelumnya aku tidak mengenal mereka. Mereka mendekatiku, saat aku dalam keadaan yang cemas”.

Salah seorang dari mereka menyapaku: “Aku adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang menyertaiku adalah Maryam ibunda Isa, Asiyah puteri Muzahim, dan Ummu Kaltsum saudara perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia. Sambil mengatakan hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberikan pelayanan sampai puteriku Fathimah RA lahir.”

Berbicara Saat Dalam Kandungan

Sejak masih dalam kandungan ibundanya, Sayyidah Fathimah RA sering menghibur dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah SAW bersabda: “Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah, lalu ia mengandung Fathimah“.

Khadijah RA berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah, janin dalam kandunganku mengajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membantu melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang, bahkan mereka berkata: “Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad”.

Saat itu, datanglah empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya. Salah seorang di antara mereka berkata: “Aku adalah ibumu Hawa’”,  yang satu lagi berkata: “Aku adalah Asiyah binti Muzahim”, yang lain berkata: “Aku adalah Kaltsum, saudara perempuan Musa”, dan yang lain lagi berkata: “Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa, kami datang untuk menolong urusanmu ini”.

Kemudian Khadijah RA berkata: “Maka lahirlah Fathimah dalam keadaan sujud dan jari-jarinya terangkat seperti orang yang sedang berdoa.” (Dzakhâir Al-‘Uqbâ, halaman 44)

Menjelang usia 5 tahun, Fathimah RA ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi ibunya, berkhidmat kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah SAW. Sehingga ia mendapat gelar “Ummu Abîhâ” (ibu dari ayahnya).

Tidak jarang Fathimah RA menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan Fathimah-lah, yang masih berusia kanak-kanak, yang membersihkan kotoran di kepala ayahnya saat kafir Quraisy melempari Rasulullah SAW dengan kotoran.

Fathimah RA adalah buah surga, karenanya ia tidak pernah haid. ‘Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Ketika aku diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fathimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku mencium wangi Fathimah.” (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)

Digelari Az-Zahra (Berkilauan)

Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq RA: “Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra?” Ia menjawab: “Karena Fathimah RA memancarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhahu tiga kali di siang hari”.

Pertama, ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada Rasulullah SAW dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi SAW menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah RA. Lalu mereka mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat Fathimah RA sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar dari wajah Fathimah RA”.

Kedua, ketika Fathimah RA melakukan shalat sunnah di tengah hari, cahaya kuning memancar dari wajahnya. Cahaya itu menembus ke kamar rumah orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya tentang apa yang mereka saksikan. Nabi SAW menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah RA, saat itu mereka melihat dia sedang berdiri dalam keadaan shalat sunnah di mihrabnya. Cahaya kuning itu memancar dari wajahnya kepada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal dari cahaya wajah Fathimah RA”.

Ketiga, ketika Fathimah RA melakukan shalat sunnah di penghujung siang saat mega merah matahari telah tenggelam, wajah Fathimah RA memancarkan cahaya merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga dinding rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka datang lagi kepada Rasulullah SAW menanyakan kejadian itu. Nabi SAW menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah RA. Ketika sampai di rumah Fathimah RA, mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan memuji Allah. Mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya wajah Fathimah RA. Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya, dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya yang suci hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadits ke 2)

Digelari “Penghulu Semua Perempuan”

Fathimah RA mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil ‘âlamîn). ‘Aisyah RA berkata: “Fathimah RA datang kepada Nabi SAW dengan berjalan seperti jalannya Nabi SAW. Kemudian Nabi mengucapkan: “Selamat datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fathimah RA menangis.

Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya: “Mengapa kamu menangis?”. Kemudian Nabi SAW berbisik lagi kepadanya, lalu ia tertawa dan berkata: “Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini”.

Lalu aku (‘Aisyah RA) bertanya kepada Fathimah RA tentang apa yang dikatakan oleh Nabi SAW. Fathimah RA menjawab: “Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah SAW sehingga beliau wafat”.

Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi SAW berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah SAW), “Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.” Lalu Fathimah RA menangis.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian Fatimah RA tertawa. (Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam; Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)

Mirip Ayahnya SAW

‘Aisyah Ummul mukminin RA berkata: “Aku tidak pernah melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah SAW dalam sikapnya, berdiri dan duduknya, kecuali Fathimah RA, puteri Rasulullah SAW”.

Selanjutnya, ‘Aisyah RA berkata lagi: “Jika Fathimah RA datang kepada Nabi SAW, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga, jika Nabi SAW datang kepadanya, ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…” (Shahih At-Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah)

Membuatnya Marah Sama dengan Membuat Rasulullah SAW Marah

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ فَاطِمَةَ بِضْعَةٌ مِنِّي، يُؤْذِينِي مَا آذَاهَا، وَيُغْضِبُنِي مَا أَغْضَبَهَا

Fathimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah ia telah membuatku marah.” (Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib keluarga dekat Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadits ke 34222)

Menyakitinya Sama dengan Menyakiti Rasulullah SAW

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّيْ يٌرِيْبُنِيْ مَا أَرَابَهَا وَيُؤْذِيْنِيْ مَا آذَاهَا

Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku apa saja yang menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.” (Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin Hanbal 4: 328, hadis ke 18447)

Karamah Sayyidah Fathimah yang Lain

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Zanjilah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai’ah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi SAW, berkisah:

أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَامَ أَيَّامًا لَمْ يَطْعَمْ طَعَامًا، حَتَّى شَقّ ذَلِكَ عَلَيْهِ، فَطَافَ فِي مَنَازِلِ أَزْوَاجِهِ فَلَمْ يَجِدْ عِنْدَ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ شَيْئًا،

Bahwa Rasulullah Saw. pernah tinggal selama beberapa hari tanpa makan sesuap makanan pun hingga kelihatan beliau sangat berat. Kemudian beliau mendatangi isteri-isterinya untuk mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di rumah mereka.

فَأَتَى فَاطِمَةَ فَقَالَ: “يَا بُنَيَّة، هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ آكُلُهُ، فَإِنَّي جَائِع؟” فَقَالَتْ: لَا، وَاللّٰهِ بِأَبِيْ أَنْتَ وَأُمِّيْ،

Lalu beliau mendatangi Fathimah RA dan berkata: “Wahai puteriku, apakah kamu punya makanan untuk aku? Aku lapar”. Fathimah RA berkata: “Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan”.

فَلَمَّا خَرَج مِنْ عِنْدِهَا بَعَثَتْ إِلَيْهَا جَارَةٌ لَهَا بِرَغِيفَيْنِ وَقِطْعَةِ لَحْمٍ، فَأَخَذَتْهُ مِنْهَا فَوَضَعَتْهُ فِي جَفْنَةٍ لَهَا، وَقَالَتْ: وَاللّٰهِ لَأُوْثِرَنَّ بِهَذَا رَسُولَ اللّٰهِ (صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) عَلَى نَفْسِيْ وَمَنْ عِنْدِي، وَكَانُوْا جَمِيْعًا مُحْتَاجِيْنَ إِلَى شِبْعَةِ طَعَامٍ،

Ketika Rasulullah SAW keluar dari rumah Fathimah RA, ada seorang perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong daging, lalu Fathimah RA mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar dan menutupinya. Fathimah RA berkata: “Sungguh makanan ini aku akan utamakan untuk Rasulullah SAW daripada diriku dan keluargaku”, padahal mereka semua membutuhkan sesuap makanan.

فَبَعَثَتْ حَسَنًا أَوْ حُسَيْنًا إلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ (صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) فَرَجَعَ إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ: بِأَبِيْ وَأُمِّيْ قَدْ أَتَى اللّٰهُ بِشَيْءٍ فخَبَّأْتُهُ لَكَ، قَالَ: “هَلُمِّي يَا بُنيَّة”،

Fathimah RA berkata: “Lalu aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada kakeknya, Rasulullah SAW (untuk mengajaknya ke rumah). Kemudian Rasulullah SAW datang padaku, aku berkata: “Ya Rasulullah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannya untuk kupersembahkan kepadamu”. Nabi SAW bersabda, “Cepat berikanlah kepadaku, hai anakku.”

قَالَتْ: فَأَتَيْتُهُ بِالْجَفْنَةِ. فَكَشَفَتْ عَنِ الْجَفْنَةِ فَإِذَا هِيَ مَمْلُوءَةٌ خُبْزًا وَلَحْمًا، فَلَمَّا نَظَرَتْ إِلَيْهَا بُهِتَتْ وَعَرَفَتْ أَنَّهَا بَرَكَةٌ مِنَ اللّٰهِ، فَحَمِدَتِ اللّٰهَ وَصَلَّتْ عَلَى نَبِيِّهِ، وَقَدَّمَتْهُ إِلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،

Fathimah RA berkata: “Ada seseorang membawakan panci kepadaku, lalu ia menyuguhkan panci tersebut dan membukanya. Tiba-tiba panci itu telah penuh berisikan roti dan daging. Ketika Fathimah melihat ke arah panci itu, maka ia merasa kaget dan sadar bahwa hal itu adalah berkah dari Allah SWT. Karena itu, ia memuji kepada Allah dan mengucapkan shalawat buat Nabi-Nya. Lalu Fatimah menyuguhkan makanan tersebut kepada Rasulullah SAW.

فَلَمَّا رَآهُ حَمِدَ اللّٰهَ وَقَالَ: “مِنْ أيْنَ لَكِ هَذَا يَا بُنَية؟” فَقَالَتْ يَا أَبَتِ، [1]هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ إِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

Ketika Rasulullah SAW melihatnya, lalu memuji Allah dan berkata: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?” Fathimah RA menjawab (sambil menyitir sebuah ayat QS. Ali Imran: 37) : “Wahai ayahku, [2]“makanan ini datang dari sisi Allah, sesungguhnya Allah SWT mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah yang tak terduga””.

فَحَمِدَ اللّٰهَ وَقَالَ: “اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي جَعَلَكِ، يَا بُنَيَّة، شَبِيْهَةِ بِسَيِّدَةِ نِسَآء بَنيِ إسْرَآئِيْلَ، فَإِنَّهَا كَانَتْ إذَا رَزَقَهَا اللّٰهُ شَيْئًا فَسُئِلَتْ عَنْهُ قَالَتْ: [3]هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ إِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

Maka Nabi SAW memuji Allah dan bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu, hai anakku, mirip dengan penghulu kaum wanita Bani Israil; karena sesungguhnya dia bila diberi rezeki sesuatu (makanan) oleh Allah, lalu ditanya mengenai asal makanan itu, ia selalu menjawab, [4]“Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.

فَبَعَثَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عَلِيٌّ  ثُمَّ أَكَلَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكَلَ عَلِيٌّ، وَفَاطِمَةُ، وَحَسَنٌ، وَحُسَيْنٌ، وَجَمِيعُ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُ بَيْتِهِ جَمِيعًا حَتَّى شَبِعُوْا،

Kemudian Rasulullah SAW mengutus seseorang untuk memanggil Ali KWH, lalu beliau makan bersama Ali KWH, Fathimah RA, Al-Hasan RA, Al-Husein RA dan semua isteri Nabi SAW serta ahli baytnya makan makanan itu sehingga mereka merasa kenyang.

قَالَتْ: وَبَقِيَتِ الْجَفْنَةُ كَمَا هِيَ، فَأَوْسَعَتْ بِبَقِيَّتِهَا عَلَى جَمِيْعِ الْجِيْرَانِ، وَجَعَلَ اللّٰهُ فِيْهَا بَرَكَةً وَخَيْرًا كَثِيْرًا

Fathimah RA melanjutkan kisahnya, bahwa makanan dalam panci itu masih utuh seperti sediakala, lalu sisanya dapat dikirimkan kepada semua tetangganya. Allah telah menjadikan keberkahan dan kebaikan yang banyak dalam makanan itu.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Fathimah RA dan Ali KWH: “Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah SWT menjadikan bagimu (Ali KWH) apa yang telah terjadi pada Zakariya AS, dan menjadikan bagimu wahai Fathimah RA apa yang telah terjadi pada Maryam RA“.

Inilah kisah sebagaimana dimaksudkan juga dalam firman Allah SWT:

… كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“… Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali-Imran: 37).

Kisah dan riwayat ini terdapat di dalam: (1). Tafsir Al-Kasysyaf, Az-Zamakhsyari, tentang tafsir surat Ali ‘Imran: 37; (2). Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini; dan (3). Tafsir Ibnu Katsir, tentang tafsir turat Ali Imran, ayat 37.

Ini hanyalah sebagian kisah dari pribadi Sayyidah Fathimah Az-Zahra RA yang bisa kami ungkapkan. Masih banyak lagi tentang keutamaan dan karamahnya yang tak mungkin diungkapkan dalam tulisan yang sangat singkat ini. Semoga Allah SWT melimpahkan di dalam hati kita kecintaan yang dalam kepada Rasulullah SAW, keluarganya, ahlu baitnya, dan para sahabatnya, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Catatan Kaki[+]

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...