Home / Relaksasi / Renungan / Kekasaran Dibalas dengan Kelembutan

Kekasaran Dibalas dengan Kelembutan

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Kisah ini saya sampaikan karena bosannya melihat orang saling mengejek, saling mencaci, dan ketika kekasaran merajalela sebagai suatu kebiasaan. Marilah kita simak bagaimana Rasulullah menghadapi orang Badui yang berbuat kasar kepadanya.

Rasulullah saw adalah sebaik-baiknya teladan. Beliau tidak pernah membalas kekasaran yang dilakukan oleh oleh orang yang memusuhinya atau orang yang menguji akhlak beliau.

Salah satunya dikisahkan oleh Anas bin Malik. Sahabat ini pernah berjalan bersama dengan Rasulullah saw. Ketika itu beliau memakai surban yang tebal dan kasar yang dikalungkan di lehernya. Namun tanpa diduga, tiba-tiba datang seorang Badui menarik surban yang dikalungkan tersebut hingga terlihat bekas tarikan di leher belakang.

Kemudian orang Badui tersebut berkata dengan kerasnya, ”Ya Muhammad, penuhilah muatan kedua ontaku ini dengan harta dan barang kepunyaan Allah yang ada padamu. Aku tidak meminta hartamu, juga harta ayahmu.”

Mendengar ucapan Badui itu, Rasulullah saw. kemudian terdiam sejenak. Lalu beliau berkata, “Benar semua harta adalah milik Allah dan aku adalah hamba-Nya. Karena kamu telah berbuat kasar kepadaku, maka kamu harus mendapatkan hal yang sepadan.”

Ternyata orang Badui itu kemudian berkata lagi, ”Tidak mungkin.”

Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw. bertanya, ”Kenapa tidak mungkin.”

Sesaat kemudian dengan tenangnya orang Badui itu menjawab, ”Karena engkau adalah orang yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.”

Lalu tampak Rasulullah tersenyum mendengarkan perkataan orang Badui itu. Kemudian beliau memerintahkan memenuhi dua onta itu dengan burgul dan kurma.

Kuakhiri kisah ini dengan permohonan :

إلٰهِيْ، إنَّ قُدْرَتَكَ عَلَى كَشْفِ مَا أَنَا فِيْهِ كَقُدْرَتِكَ عَلَى مَا ابْتَلَيْتَنِيْ بِهِ، وَإنَّ ذِكْرَ عَوآئِدِكَ يُوْنِسُنِيْ، وَالرَّجآءُ فِي إنْعَامِكَ وَفَضْلِكَ يُقَوِّيْنِيْ، لاَِنِّي لَمْ أَخْلُ مِنْ نِعْمَتِكَ مُنْذُ خَلَقْتَنِيْ.

“Ya Allah, Kekuasaan-Mu untuk melepaskan aku dari apa yang aku alami sama seperti kekuasaan-Mu untuk mengujiku. Sungguh, mengenang kebaikan-Mu membahagiakanku. Harapan akan nikmat dan anugrah-Mu menguatkanku. Karena tidak pernah aku kehilangan nikmat-Mu sejak Kau ciptakan aku.”

Sumber: Kompilasinews

About admin

Check Also

Wirid Sakran

“Thariqah Ba’alawiy sudah biasa mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari”. Oleh: H. Derajat Asysyathari* بِسْمِ اللّٰهِ ...