Home / Relaksasi / Fakta / Kasus Nyata Sang Pengarang Sherlock Holmes
Arthur Conan Doyle and George Edalji (Image Source: genxmedia.wordpress.com)

Kasus Nyata Sang Pengarang Sherlock Holmes

Siapa yang tidak kenal dengan Sir Arthur Conan Doyle. Orang yang dikenal sebagai pengarang dari Sherlock Holmes ini, adalah orang pertama yang mempopulerkan metode deduksi dan observasi serta kemampuan detektif (linknya bisa dilihat di bawah). Para Sherlockian (sebutan bagi para fans Sherlock Holmes) biasanya mengkaji buku-buku yang dia karang untuk memperoleh dan mempelajari kemampuan tersebut, namun bukan hanya karena buku-buku Sherlock Holmes karangannya tersebut saja saya mengaguminya, tapi karena dia sendiri menggunakan kemampuannya tersebut layaknya Sherlock Holmes versi asli. Terdapat 2 kasus terkenal yang ditangani oleh Sir Arthur Conan Doyle, yang pertama adalah kasus George Edalji, sedangkan kasus yang kedua adalah kasus Oscar Slater. Di kesempatan kali ini, saya hanya akan menceritakan kasus mengenai George Edalji saja. Supaya loading page tidak terlalu lama, saya membagi artikel ini ke dalam 5 halaman.

Mari kita mulai dengan siapa itu George Edalji. George Edalji dilahirkan dari seorang ayah berkebangsaan India yang menikah dengan seorang perempuan Inggris, yang kemudian masuk ke dalam agama kristen, dan bahkan seterusnya menjadi pemimpin spiritual dari komunitas kecil di Staffordshire. Dikarenakan Edalji merupakan keturunan orang India, beberapa orang di komunitas gereja di sana tidak senang kalau harus melihat seorang keturunan persia melakukan ceramah kristen.

Pada tahun 1892, ketika George berusia 16 tahun, keluarga Edalji mulai mendapatkan surat ancaman di kotak surat mereka. Di saat yang sama, pemimpin gereja Staffordshire memperoleh surat ancaman dan penghinaan yang surat tersebut, ditandatangani oleh tanda tangan palsu Edalji, membuat orang-orang di sekitarnya membenci mereka. Iklan penghinaan, kemudian muncul di koran lokal, hal ini membuat George yang saat itu tinggal di asrama gereja memperoleh pengucilan.

The Edalji Family (gutenberg.net.au)

Penghinaan terhadap keluarga Edalji kemudian berlanjut dengan terjadinya insiden mutilasi terhadap hewan ternak di sepanjang Great Whirley. Kepolisian setempat, kemudian memperoleh surat tidak bernama yang isinya menuduh kalau George Edalji adalah orang yang bertanggung jawab atas mutilasi hewan ternak tersebut. Surat ini tidak hanya sampai pada kepolisian saja, namun telah menyebar hingga ke seluruh masyarakat. George kemudian ditangkap oleh polisi, dan dikarenakan dia tidak memiliki alibi, dia divonis penjara selama 7 tahun.

Ayahnya, yang tahu kalau anaknya tidak bersalah tanpa kenal lelah berusaha mempublikasikan kasus yang dialami George Edalji dan ketidakbersalahan anaknya. Pada tahun 1906, entah kenapa George Edalji dibebaskan tanpa penjelasan apapun dan tanpa surat permintaan maaf. Setelah dia bebas, karena tidak adanya surat permintaan maaf, reputasinya telah jatuh sehingga tidak ada satupun orang yang mau mempekerjakannya. Sejak saat itulah, dia kemudian berusaha untk membersihkan nama baiknya.

Dalam usaha membersihkan nama baiknya, George kemudian menuliskan sudut pandang kasus tersebut berdasarkan sudut pandang dirinya. Versi ini kemudian dipublikasikan di The Umpire. Tidak hanya itu, dia juga mengirimkan artikel beserta kliping mengenai kasus tersebut kepada pengarang Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle.

“Ketika aku membaca”, Sir Arthur menerangkan, “kesalahan aksen (logat) yang sudah dapat dipastikan menyita perhatianku.” “Aku langsung sadar kalau aku sedang berada di tengah tragedi yang menjijikkan dan aku merasa terpanggil untuk melakukan apapun yang bisa aku lakukan untuk melakukan hal yang benar.”

Beliau kemudian memulai dengan mempelajari sudut pandang Keluarga Edalji atas kasus tersebut. Selagi dia melakukan hal tersebut, beberapa pernyataan penting terlintas ke dalam pikirannya. Beberapa hal detail penting tersebut, beserta orang-orang yang kemungkinan terlibat beliau tulis di dalam artikel di The Daily Telegraph, beserta keanehan yang dia peroleh dari bukti-bukti terkait beserta proses persidangan. Artikelnya tersebut, membuat kasus Edalji semakin terang. Pisau yang menurut polisi digunakan oleh George Edalji untuk memutilasi kuda poni, tidak sedikitpun terdapat bekas darah. Lumpur yang terdapat di baju Edalji pun, memiliki tipe tanah yang berbeda dengan lumpur yang terdapat di TKP. Dan yang lebih konyol lagi, Conan Doyle menyadari kalau polisi telah membungkus selembar kulit kuda mati yang dibawa sebagai barang bukti, dan menyatakan kalau beberapa helai rambut kuda telah ditemukan di baju yang juga dipakai oleh George Edalji, juga beberapa bercak darah.

George Edalji in the dock (http://gutenberg.net.au)

 

Sir Arthur berkomentar terhadap hal ini, “Seorang ahli potong terhebat yang pernah hidup sekalipun, tidak akan mampu merobek tubuh kuda di tengah malam yang gelap menggunakan pisau, namun hanya terdapat 2-3 bercak darah di bajunya. Hal ini benar-benar perlu diperbantahkan.”

Selain itu, Conan Doyle juga menyadari kalau ahli tulisan tangan “graphology” yang disewa polisipun, merupakan orang bermasalah yang sudah terkenal sebagai orang yang seringkali mengirimkan orang-orang yang yang sebenarnya tidak bersalah ke penjara dengan analisisnya yang kemudian terbukti nantinya, kalau analisis ahli tulisan tangan tersebut terlalu banyak memiliki kesalahan.

Setelah Sir Arthur Conan Doyle yakin dan tidak ragu lagi kalau George Edalji tidaklah bersalah, beliau kemudian mengatur pertemuan dengannya secara pribadi. Ketika beliau bertemu dengannya, kesan pertama yang dia temukan pada George, membuat dia semakin yakin kalau George tidaklah bersalah. Hal ini dikarenakan Edalji menderita suatu kondisi yang sebelumnya tidak diketahui oleh beliau. “Aku datang terlambat pada waktu itu” ujar Conan Doyle. “Dia (George Edalji), menghabiskan waktunya menunggu dengan membaca koran. Dia membaca korannya begitu dekat dan agak miring ke samping, hal ini membuktikan kalau dia tidak hanya menderita miopia (rabun jauh), tapi juga mengalami astigmatis (silinder). Berdasarkan akal, kemungkinan orang seperti ini, keluar malam-malam ke ladang untuk memotong sapi hidup sambil menghindari pengawasan polisi hampir mustahil dibayangkan, ditambah lagi dia memiliki derajat miopia sebesar 8 dioptri.

Mata dari Edalji, tidak hanya membuktikan ketidakbersalahan dari Edalji, namun juga membuat dirinya dinyatakan bersalah oleh polisi, hal ini dikarenakan kemampuan matanya yang tidak mampu untuk fokus membuat dirinya kelihatan seperti orang yang memiliki cara melihat aneh, mirip seorang psikopat (padahal aslinya tidak seperti itu).

Conan Doyle, kemudian secara lengkap men-submit hasil penyelidikannya tersebut  ke dalam surat kabar The Daily Telegraph pada 9 Januari 1907 dengan instruksi untuk melabeli tulisannya tersebut sebagai “tanpa hak cipta”, supaya surat kabar lain bisa menyebarkan hasil investigasinya tersebut. “Hanya dengan membuatnya menjadi masalah publik, kita bisa mengakhiri ketidakadilan dan dengan menyebarkannya, kuharap hal ini bisa menjadi skandal nasional” ujar Sir Arthur. Surat kabar yang mencetak 18.000 kata hasil penyelidikannya tersebut, membaginya menjadi artikel 2 bagian.

Dengan telah bebasnya Edalji dari penjara, beberapa orang mungkin menyangka kalau tidak ada hal lain yang perlu dilakukan lebih jauh. Namun, Sir Arthur Conan Doyle sangat marah mendengar penolakan dari pemerintah untuk mengakui kesalahan mereka dan membayar kompensasi atas Edalji, yang membuatnya hidup terlantung-lantung selama 3 tahun, dikarenakan proses pengadilan yang tidak adil, inkompeten dan rasis.

Beberapa hasil karya fiksi Sir Arthur Conan Doyle, membuat artikelnya ini berhasil menyita perhatian masyarakat Inggris. Berkat tulisannya, hampir semua orang percaya kalau George Edalji memang mengalami ketidakadilan. Permintaan terhadap adanya penyelidikan ulang atas kasus tersebut, meningkat secara tajam.

Akhirnya, Home Secretary, merasa kesal atas apa yang terjadi, memutuskan untuk memilih 3 orang untuk mereviu kembali kasus tersebut. Yang mengherankan, 1 diantara 3 orang tersebut adalah sepupu dari Kapten Anson, Kepala Polisi Staffordshire. Orang pertama yang menyimpulkan kalau Edalji bersalah.

Pada saat itu, Sir Arthur Conan Doyle sedang berfokus pada suatu pertanyaan, ‘Kalau George Edalji tidak bersalah, siapakah orang yang melakukan kejahatan tersebut?’ Pada akhirnya, penyelidikan Conan Doyle benar-benar memberikan ancaman kepada pemutilasi ternak yang sesungguhnya, dan tidak lama kemudian beliau memperoleh surat ancaman yang telah lama beredar di Asrama Gereja Wyrley. ‘Pikirkan semua pembantaian yang telah dilakukan’ isi surat tersebut. Sir Arhur Conan Doyle yang menerima surat tersebut, tidak menggunakannya sebagai peringatan, namun justru sebagai bukti dan petunjuk lain.

Arthur Conan Doyle
Arthur Conan Doyle (gutenberg.net.au)

Beliau kemudian kembali memposting artikel kembali di The Telegraph pada edisi 29 Mei, yang berisi surat tersebut. Isi artikel tersebut adalah sebagai berikut: “Pada Senin tanggal 27, saya menerima surat dan kartu pos, keduanya tidak memiliki perangko, dari pengirim yang tidak diketahui yang tulisannya sangat mirip dengan tulisan surat ancaman mengenai seluruh peristiwa Edalji yang dimulai sejak tahun 1892…Surat yang memiliki banyak lipatan, mengisyaratkan kalau surat tersebut dikirimkan secara sembunyi-sembunyi, atau mungkin disimpan di saku seseorang, lalu kemudian dikirimkan. Hal ini mungkin saja bisa membuat penulisnya terlacak, maka dengan ini saya akan memberikan hadiah kepada siapapun yang tahu kapan surat ini datang.

Terkirimnya surat tersebut,membuat Sir Arthur Conan Doyle mendapatkan petunjuk. Salah satu surat yang dikirim oleh orang misterius tersebut, memiliki sedikit tanda (mungkin semacam cap atau tanda tangan), dari bekas kepala sekolah Walsall Grammar School di Staffordshire. Conan Doyle mengingat kalau salah satu surat yang dikirimkan kepada Edalji senior (maksudnya ayah dari Edalji), memiliki tanda yang sama. Selain itu, kunci yang dicuri dari sekolah pernah berada di bawah pintu masuk George Edalji. Sir Arthur kemudian mengkontak bekas kepala sekolah tersebut dan bertanya kepadanya mengenai siapapun di sekolah yang memiliki kesan tidak baik terhadapnya. Sang kepala sekolah kemudian menyebutkan mengenai seorang anak yang dikeluarkan bertahun-tahun sebelumnya dikarenakan sikapnya yang tidak terkontrol, cenderung perusak.

Conan Doyle juga mempelajari kalau dari penyelidikannya, anak tersebut telah menjadi seorang tukang daging, dan beberapa teman juga keluarganya pernah melihatnya menggunakan pisau bedah di saat yang sama di saat terjadinya peristiwa mutilasi hewan ternak tersebut. Setelah dia berada di jalan yang benar, Sir Arthur menemukan berbagai faktor lain yang akhirnya membuatnya menyimpulkan kalau anak tersebut merupakan kriminal yang sesungguhnya.

Conan Doyle, kemudian menyerahkan hasil investigasinya tersebut kepada komisi 3 orang yang telah dipilih oleh Home Secretary. Komisi tersebut, pada akhirnya memutuskan dan menyimpulkan kalau Edalji bukanlah orang yang membunuh kuda-kuda tersebut sehingga dia diampuni dari kesalahannya. Namun, dikarenakan ‘dia telah membuat dirinya sendiri berada dalam masalah’, dia tidak mendapatkan kompensasi. Dengan pernyataannya ini, komisi ternyata masih mempercayai kalau surat ancaman tersebut, dikirimkan oleh George Edalji kepada ayahnya sendiri.

George Edalji (gutenberg.net.au)

Untuk membuktikan kalau George Edalji tidak bersalah atas dakwaan penulisannya terhadap surat-surat ancaman tersebut, Sir Arthur Conan Doyle melakukan langkah yang lebih meyakinkan dengan meminta pendapat dari Dr. Lindsey Johnson, seorang ahli analisis tulisan tangan. Dr. Lindsey Johnson, sebagai seorang ahli tulisan tangan yang terkenal secara internasional, mengkonfirmasi kecurigaan Sir Arthur Conan Doyle dengan menjelaskan berbagai detail dan spesifik dengan membandingkan antara tulisan tangan George Edalji, dengan tulisan dari surat-surat ancaman tersebut.  ‘Contoh lebih jauh, benar-benar menunjukkan kalau tulisan keduanya benar-benar tidaklah mirip sedikitpun.’ Dan sudah dapat dipastikan olehnya, kalau tulisan tersebut benar-benar tulisan dari ‘Si Tukang Daging’ yang sebelumnya telah diidentifikasi oleh Sir Arthur.

Walaupun kesemua bukti ini telah ditunjukkan, pada dasarnya hanya pihak pers saja yang tertarik terhadap hal ini. Home Office secara simpel hanya menjawab kalau keputusan telah final, dan tidak bisa diubah lagi. Tidak ada sikap yang dilakukan pemerintah terhadap orang yang terbukti melakukan hal ini semua, baik itu surat ancaman, ataupun mutilasi hewan ternak, juga bahkan pencurian terhadap kunci sekolah.

Komunitas hukum, melakukan penilaian yang lebih adil daripada pemerintah atau kepolisian itu sendiri, dengan mengizinkan George Edalji untuk melanjutkan praktek pekerjaan yang sebelumnya dia tidak bisa lakukan di masyarakat, namun penyelidikan Sir Arthur yang luar biasa, justru berakhir dengan catatan pahit. Akibatnya, Sir Arthur Conan Doyle merasa jijik dengan birokrasi pemerintah. Penghukuman terhadap petugas yang membawa orang tidak bersalah menjadi korban, tidak pernah dilakukan sedikitpun. Peristiwa ini, benar-benar jenis akhir cerita yang tidak pernah diharapkan sedikitpun oleh para Sherlockian di seluruh dunia.

Source: Detektifpedia

About admin

Check Also

Putri Ariani dan ‘Rahasia’ Lagu “I Still Haven’t Found What I’m Looking For”

Musik metal dan rock –khususnya di era 70-an– telah lama diasosiasikan dengan Satanisme. Tidak sedikit ...