Home / Agama / Kajian / Kartu Lã Ilãha Illallãh Lebih Berat dari Dosa-dosa

Kartu Lã Ilãha Illallãh Lebih Berat dari Dosa-dosa

“Ketika hari penghisaban nanti, buku-buku catatan dosa akan ditimbang dan hanya ada satu hal yang bisa menyelamatkan orang tersebut dan kaum-kaumnya yang tersesat, yaitu ucapan “ Lã Ilãha Illallãh”” (Hadits Rasulullah SAW).

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wash-shalãtu was-salãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wa bihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn”.

Hadits berikut disebut dengan hadits bithãqah. Bithãqah dalam bahasa Arab adalah ‘kartu’, yakni kartu catatan amalan yang berisi kalimat mulia ‘lã ilãha illallãh’.

Ketika kalimat mulia ini ditimbang dengan 99 kartu (bithãqah) yang berisi catatan dosa yang tiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang, ternyata lebih berat kartu (bithãqah) yang berisi kalimat ‘lã ilãha illallãh’.

Hal ini menandakan mulianya kalimat tersebut, begitu pula menunjukkan mulianya orang yang bertauhid dan meninggalkan kesyirikan. Berikut redaksi hadits bithãqah tersebut:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallãhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوْسِ الْخَلَائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُوْلُ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُوْلُ لَا يَا رَبِّ، فَيَقُوْلُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُوْنَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ لَا. فَيَقُوْلُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيْهَا أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَيَقُوْلُ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ . فَتُوْضَعُ السِّجِلَّاتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat dzhalim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih Kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang dzhalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bithãqah (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘lã ilãha illallãh wa anna muhammadan ‘abduhû wa rasûluh’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah dzhalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘lã ilãha illallãh’ di daun timbangan lainnya, ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘lã ilãha illallãh’ tadi.” (HR. Ibnu Majah no. 4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al-Hafizh Abu Thãhir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahîh. Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qawiy yaitu kuat dan perawinya tsiqah termasuk perawi kitab shahîh selain Ibrahim bin Ishaq Ath-Thãqãni. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahîh).

Ibnul Qayyim dalam Madãrijus Sãlikîn berkata, “Amalan tidaklah berlipat-lipat karena bentuk dan banyaknya amalan tersebut. Amalan bisa berlipat-lipat karena sesuatu di dalam hati. Bentuk amal bisa jadi satu (sama dengan yang dikerjakan orang lain). Akan tetapi bisa jadi ada perbedaan satu amal dan amal lainnya yang perbedaannya antara langit dan bumi (artinya: jauh). Cobalah renungkan hadits bithãqah. Lihatlah catatan amalnya yang berisi kalimat ‘lã ilãha illallãh’ diletakkan di salah satu daun timbangan dan 99 catatan dosa di timbangan lainnya. Bayangkan pula bahwa satu catatan dosa saja jika dibentangkan sejauh mata memandang. Namun ternyata kartu ampuh berisi kalimat tauhid (‘lã ilãha illallãh’ ) mengalahkan catatan penuh dosa. Ia ternyata tidak disiksa. Kita pun tahu bahwa setiap ahli tauhid memiliki kartu ampuh ini (kartu ‘lã ilãha illallãh’ ). Namun kebanyakan mereka malah masuk neraka karena sebab dosa yang mereka perbuat.” Wallãhul Musta’ãn.

Ada hadits pula yang senada dengan hadits bithãqah, yaitu diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallãhu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallãhu’alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ مُوْسَى يَا رَبِّ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوْكَ بِهِ، قَالَ : قُلْ يَا مُوْسَى : لَآ إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ، قَالَ : يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هَذَا، قَالَ : يَا مُوْسَى، لَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَعَامِرَهُنَّ – غَيْرِيْ – وَالْأَرْضِيْنَ السَّبْعِ فِي كِفَّةٍ، وَلَآ إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ فِي كِفَّةٍ، مَالَتْ بِهِنَّ لَآ إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ .

Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”. Allah berfirman, ”Ucapkan hai Musa ‘lã ilãha illallãh’”. Musa berkata, “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”. Allah berfirman, ” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya -selain Aku- dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat ‘lã ilãha illallãh’ diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat ‘lã ilãha illallãh’ lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban no. 6218. Al-Hakim menshahihkan hadits ini dan Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya. Al-Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan sanad hadits ini dalam Al-Fath. Al-Haitsami dalam Az-Zawaid mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, perawinya ditsiqahkan atau dipercaya, namun di dalamnya ada perawi yang dha’if. Sedangkan Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini dha’if dalam Kalimatul Ikhlas).

Mengenai hadits di atas diterangkan oleh Syaikh Sulaiman At-Tamimi rahimahullãh, “Siapa saja yang mengucapkan kalimat ‘lã ilãha illallãh’ dengan penuh ikhlas dan yakin, serta ia mengamalkan konsekuensi dari kalimat tersebut, juga ia istiqãmah di dalamnya, dialah yang termasuk orang-orang yang tidak memiliki rasa takut dan rasa sedih (terhadap apa yang ditinggalkan di dunia dan dihadapi nanti di akhirat, -pen).” (Taisîrul ‘Azîzil Hamîd, 1: 240).

Semoga Allah memberatkan kalimat tauhid yang kita miliki dan menghapus setiap dosa kita. Wallãhu Waliyyut Taufîq.

Referensi:

Taisîrul ‘Azîzil Hamîd fî Syarh Kitãbit Tauhîd, Sulaiman bin ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdul Wahab, terbitan Darul Shumai’iy, cetakan kedua, 1429 H, 1: 242

____________

Source: Rumaysho.Com

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...