Home / Agama / Kajian / Karena Engkaulah Saudaraku

Karena Engkaulah Saudaraku

“Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu.” (HR. At-Tirmidzi)

Oleh: KRAA Fitri L. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.

Telah berfirman Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ ۞

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati”. (QS. Al-Hujurãt [49]: 10)

Mbah Buyut kami pernah memberikan nasehat: Ora ånå wóng kang ingaranan uríp, kêjabanê kang mikír sartå trêsnå marang wóng kang ringkíh lan nandhang påpå cintråkå. Biså mèlu ngrasakakê kasusahanê sartå lårå lapanê wóng liyå. Kanthi pangråså kang mangkono mau atêgês biså nggadhúh kêkuwatan kang tanpå watês, pêrlu kanggo mitulungi sapådhå-pådhå kang kahananê luwíh nrênyúhakê katimbang dhiri pribadinê. “Pakarti mono darbèk kita dhêwê, nanging wóhê pakarti mau dadi kagunganê Kang Gawê Urip”, mangkono sabdanê sawijinê Pujånggå kalokå.

Tiada orang disebut hidup, kecuali yang peduli serta belas kasih kepada sesama yang tak berdaya dan menderita. Dapat merasakan penderitaan serta kesengsaraan orang lain.

Dengan dimilikinya rasa seperti itu, berarti mampu memelihara kekuatan yang tiada batasnya, diperlukan untuk menolong sesama yang keadaannya lebih mengenaskan ketimbang diri pribadinya.

Perbuatan adalah milik kita sendiri, namun buah dari perbuatan kita menjadi milik Tuhan. Begitulah sabdanya salah satu Pujangga terkenal.

Gusdur pernah berkata: “Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca al-Quran, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi al-Quran. Jika kamu memusuhi orang yang berbeda Agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah, tapi Agama. Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah, tapi moral. Pertuhankanlah Allah, bukan yang lainnya. Dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah, kamu harus menerima semua makhluk. Karena begitulah Allah.”

Gus Dur mengajarkan kepada kita semua, bahwa salah satu bukti yang menunjukkan bahwa kita benar-benar menyembah Tuhan adalah dengan menerima dan mencintai semua makhluk-Nya tanpa tebang pilih dan tanpa pilih kasih.

Tuhan, cinta-Nya tak terbatas, memeluk semua makhluk. Dia senantiasa menanti para hambanya untuk menjenguk saudaranya yang sakit, membantu saudaranya yang tertimpa musibah, dan menghibur saudaranya yang sedang dirundung kesedihan.

“Saudara”, adalah selama kita hidup dan menghirup udara yang sama, maka kita adalah saudara/seudara. Perbedaan keyakinan, warna kulit, jenis kelamin bahkan perbedaan antara manusia, hewan dan tanaman sekalipun, bukan menjadi alasan untuk saling menyayangi dan mencintai satu sama lain. Perbedaan bukan menjadi tembok pembatas yang menghalangi kita untuk mencintai semua ciptaanNya.

Semua yang tercipta bertasbih kepadaNya, sayang kita tidak pernah mendengarkan tasbih mereka. Boleh jadi kita tak lebih mulia ketimbang batu yang melunak karena tetesan air hujan. Boleh jadi kita tak lebih mulia dari tanaman yang berbuah dan memberikan keteduhan. Boleh jadi kita tak lebih mulia dari hewan yang taat atas ilham yang dikirimkan Tuhan.

Boleh jadi kita tak lebih mulia dari mereka yang berbeda keyakinan, apalagi jika hati kita penuh dengan kesombongan bahwa diri kita lah yang paling mulia, paling berhak mendapat sorga, atau paling berhak menyembah-Nya.

Sebagaimana Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لاَ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ۞

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Isra’ [17]:44).

وَلَكِنْ لاَ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ

Ketidakmampuan manusia memahami tasbih itu tertuju kepada umumnya kebanyakan orang, tetapi bagi yang taat dan kukuh ketakwaanya dapat memahaminya.

Semakin manusia meninggikan dirinya sendiri, semakin rendah derajatnya di mata Sang Pencipta. Semakin ia merendahkan diri, dan menyadari bahwa ia hanyalah tanah yang letaknya di bawah dan mampu menerima siapa saja, maka Tuhan akan menganugerahinya derajat tinggi di sisi-Nya.

Segala jenis kehidupan lahir dan tumbuh dari tanah yang justru sering diinjak-injak oleh siapa saja. Bahan dasar jasad manusia bukan diciptakan dari api yang menimbulkan rasa panas membara lalu sering menyombongkan diri dan menghanguskan yang lainnya.

Dalam surah An-Nûr, Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۞

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi.”

Ibnu Katsir rahimahullãh berkata,

يُخْبِرُ تَعَالَى أَنَّهُ يُسَبِّحُهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، أَيْ: مِنَ الملاَئِكَةِ وَالأُنَاسيِ، وَالجَانِّ وَالحَيَوَانِ، حَتَّى الجَمَادِ

“Allah mengabarkan bahwa segala yang berada di langit dan di bumi dari malaikat, manusia, jin, dan hewan hingga benda mati, semuanya bertasbih kepada Allah.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:556)

Kalau kita bisa menyadari bahwa setiap makhluk di dunia adalah saudara karena kita ini SEUDARA (Se-Udara) maka betapa indahnya kehidupan di dunia ini.

Semoga Allah memberkahi, merahmati, dan melimpahkan ilmu kita dengan mengerti bahasa tasbih setiap makhluk agar hidup kita bertambah bahagia karena diliputi kasih sayangNya di setiap helaan nafas kita. Ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

About admin

Check Also

Mintalah Allah dan Tidak Meminta MakhlukNya

“Bila meminta masuk surga dan terhindar dari neraka maka berarti kita masih meminta makhluk ciptaanNya” ...