Home / Budaya / Asal Usul / Kaliyuga, Ramalan Jayabaya dan Ramalan Sabdo Palon (III)

Kaliyuga, Ramalan Jayabaya dan Ramalan Sabdo Palon (III)

Karakter Manusia Setiap Masa

1. Pada masa Satyayuga, kesadaran umat manusia akan Dharma(kebenaran, kebajikan, kejujuran) sangat tinggi. Budaya manusia sangat luhur. Moral manusia tidak rusak. Kebenaran sangat dijunjung tinggi sebagai aturan hidup. Hampir tidak ada kejahatan dan tindakan yang melanggar aturan. Maka dari itu, masa tersebut disebut juga ‘masa keemasan’. Kegiatan : Dhyana (bermeditasi, mengheningkan pikiran). Pada Satyayuga. pelaksanaan meditasi dan memusatkan pikiran kepada Tuhan yang paling diutamakan dan orang yang melaksanakannya akan dipuji-puji dan dihormati.

2. Masa Tretayuga merupakan masa kerohanian. Sifat-sifat kerohanian sangat jelas tampak. Agama menjadi dasar hidup. Meskipun begitu, orang-orang mulai berbuat dosa dan penjahat-penjahat mulai bermunculan. Pada masa ini, seseorang yang pandai, memiliki pengetahuan dan wawasan luas, serta ahli filsafat akan sangat dihormati. Kegiatan: Jnyana (belajar, memiliki pengetahuan) pada Tretayuga. Pada masa itu, pengetahuan yang diutamakan dan pendidikan mendapat perhatian penuh pada masa itu. Orang-orang yang pandai dan terpelajar akan diistimewakan dan sangat dihormati pada masa itu.

3. Pada masa Dwaparayuga, manusia mulai bertindak rasional. Penjahat-penjahat dan orang-orang berdosa bertambah. Kelicikan dan kebohongan mulai tampak. Yang diutamakan pada masa ini adalah pelaksanaan ritual. Asalkan mampu melaksanakan upacara, maka seseorang akan dihormati. Akhir masa Dwapara dimulai ketika Kresnameninggal, setelah itu dunia memulai masa terakhir, Kaliyuga.Kegiatan: Yajnya (mengadakan ritual) pada Dwaparayuga. Pada masa tersebut, pelaksanaan ritual yang diutamakan.

4. Masa terakhir, Kaliyuga, merupakan masa kehancuran.

  • Banyak manusia mulai melupakan Tuhan.
  • Banyak moral manusia yang rusak parah.
  • Kaum pria banyak berkuasa dan wanita dianggap sebagai objek pemikat nafsu mereka.
  • Banyak siswa berani melawan gurunya.
  • Banyak orang-orang yang mencari nafkah dengan tidak jujur.
  • Dan banyak lagi kepalsuan, kebohongan, kejahatan, dan tindak kekerasan.
  • Pada masa ini, uang yang paling berkuasa.
  • Hukum dan jabatan mampu dibeli dengan uang
  • Kegiatan: Dana (memiliki uang, memberi kekayaan) pada Kaliyuga. Pada masa itu, uang dan kekayaan yang paling diuatamakan. Asalkan seseorang memiliki kekayaan, maka ia akan dihormati dan berkuasa.
  • Budi pekerti tidak lagi dihiraukan, malah orang yang pandai akan menjadi bahan ejekan.
  • Dengan uang seseorang dapat membeli kehormatan.
  • Manusia cendrung semakim rakus, berprilaku jahat (korup) dan tidak mengenal belas-kasihan.
  • Mereka bertengkar satu dengan yang lain tanpa alasan benar.
  • Mereka bernasib malang, diliputi beraneka-macam keinginan material
  • Manusia tidak beradab.
  • Kegiatan tipu-menipu dan berbohong,
  • Malas dibidang kerohanian,
  • Banyak tidur dan banyak tindak kekerasan,
  • Banyak kecemasan,
  • Banyak kesedihan,
  • Banyak kebingungan,
  • Banyak ketakutan
  • Kemiskinan merajalela.

Sifat Manusia di Masa Kaliyuga Menurut Weda

Veda menyatakan,”Sa kalir tamasa smrtah, Kali-Yuga disebut jaman tamas, kegelapan/kebodohan”. Tamas (kegelapan/kebodohan) adalah salah satu unsur Tri-Guna, tiga sifat alam material yaitu sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan). Mengenai sifat alam tamas ini, Veda menjelaskan sebagai berikut,

“Sifat alam tamas ini menyebabkan manusia mengkhayal, sehingga manusia menjadi berpikir tidak waras, malas di bidang kerohanian dan banyak tidur”. Selanjutnya dikatakan, ”Adharmam dharman iti ya manyate tamasavrta, diliputi sifat tamas, manusia menganggap yang benar adalah salah dan yang salah adalah benar, sehingga sarvarthan viparitams ca, segala kegiatannya menuju ke-arah sesat”.

Munculnya Kalki

Dalam berbagai bagian kitab Bhagawata Purana disebutkan bahwa dalam situasi yang sudah sangat merosot seperti itu, Tuhan akan menjelma sebagai Kalki awatara. Beliau akan muncul untuk menghancurkan manusia-manusia jahat yang sudah tidak bisa lagi dinasehati lewat kata-kata.

Dalam Bhagawata Purana 1.3.25 ramalan kemunculan Kalki Awatara diuraikan setelah penyebutan ramalan kemunculan Buddha Gautama. Kalki Awatara adalah awatara Tuhan ke dua puluh dua atau awatara yang terakhir untuk masa Kaliyuga. Namun umumnya, orang hanya mengenal 10 awatara yang diuraikan dalam Bhagawata Purana, dan Kalki adalah awatara Wishnu yang ke sepuluh.

Bhagawata Purana 12.2.29 menyebut sebuah tempat bernama Shambhala yang akan menjadi tempat kemunculan Kalki sebagai putra Vishnuyasha. Meskipun saat ini kita belum tahu pasti dimana keberadaan keluarga brahmana ini, tapi jelaslah bahwa dari keturunan brahmana sejati inilah nantinya Kalki akan dilahirkan. Saat ini tak seorangpun yang tahu pasti dimana desa bernama Shambhala itu berada. Ada yang berpendapat bahwa tempat ini belum ada, ada pula yang beranggapan bahwa desa itu telah ada, namun keberadaannya masih terselubung

Kaliyuga, Ramalan Jayabaya dan Ramalan Sabdo Palon (III)

Dalam Bhagawata Purana 2.7.38 disebutkan juga cirri-ciri prilaku manusia yang melatar belakangi kemunculan Kalki. “Pada akhir masa Kali, ketika tidak ada lagi pembicaraan tentang Tuhan, bahkan di tempat tinggal orang-orang yang menyebut dirinya orang suci, ataupun dan ketika kekuasaan pemerintahan dipindahkan ke tangan-tangan para menteri yang dipilih dari para sudra atau yang lebih rendah dari itu, pada waktu itulah, Tuhan akan menjelma menjadi penghukum yang perkasa”.

Menurut Stephen Knapp (2003), dalam Agni Purana 16.7.9, juga terdapat penjelasan bahwa pada saat golongan non-arya yang berkedok sebagai raja mulai membunuh orang-orang yang taat kepada Tuhan dan menyantap daging manusia, Kalki sebagai putra Vishnuyasha, dan Yajnavakya, yang merupakan guru dan pendeta bagi Kalki, dan dengan senjata kebrahmanaannya, akan muncul untuk menghancurkan orang-orang jahat.

Kalki akan muncul dengan menunggang kuda putih dan bersenjatakan pedang, untuk menghancurkan raja-raja yang jahat pada akhir Kaliyuga nanti, dijelaskan dalam Bhagawata Purana 12.2.19-20. “Kalki, Tuhan bagi alam semesta, akan mengendarai kuda putihnya yang bernama Devadatta, dan dengan pedang di tangan, beliau mengembara keseluruh muka bumi memperlihatkan delapan jenis kesaktian bhatin-Nya dan delapan sifat ketuhanan yang dimiliki-Nya. Dengan cahaya yang berkilauan dan mengendarai kuda dengan kecepatan tinggi., Beliau akan membunuh para pencuri yang telah berani menyamar dan berkedok sebagai raja dan penguasa”. (Bhaktivedanta Swami, 1978).

Selain dalam Bhagawata Purana dan Agni Purana, ramalan kemunculan Kalki juga dapat kita jumpai dalam kitab-kitab Weda lainnya, antara lain: Linga Purana (40.50-92). Brahmanda Purana 1.2.31.76-106 dan 2.3.73.104-126, serta Vayu Purana 58.75-110.

______________

Compiled By: I Dewa Putu Sedana, Drs, MBA.
(Dari Berbagai Sumber)

About admin

Check Also

Meluruskan Sejarah Syeikh Siti Jenar

“Jika Agus Sunyoto memiliki berbagai ilmu ‘linuwih’ yang tak dimiliki orang awam, maka hal itu ...