Ada dua kisah menarik, yang berkaitan dengan cara kita dalam memahami takdir ALLAH
(1). Jangan Menguji ALLAH
Imam Abul Faraj Ibnul Jauzy (508-597), di Kitab Al Adzkiyaa’ meriwayatkan bahwa Iblis pernah datang menemui Nabiyyullah ‘Isa ‘Alaihissalam.
Berkatalah Iblis, “Hai ‘Isa! Bukankah engkau yakin, bahwa segala yang tak ditakdirkan oleh Allah, tidak akan menimpamu?”
Ya,” jawab Nabi Isa
“Kalau begitu, coba engkau terjun dari atas gunung ini. Kalau Allah menakdirkan selamat, pasti engkau akan selamat”, ujar Iblis lagi.
Dengan tenang, ibnu Maryam ‘Alaihissalam menjawab, “Sesungguhnya Allah berhak menguji para hambaNya. Tapi seorang hamba tidak punya hak sama sekali untuk menguji Allah!” (sumber : salimafillah.com).
(2). Carilah Takdir Yang Terbaik
Diceritakan, sebagai seorang khalifah, Umar bin Khathab pernah berencana melakukan kunjungan ke Suriah. Tiba-tiba terbetik berita bahwa di daerah itu sedang terjadi wabah penyakit menular.
Lalu, Khalifah Umar membatalkan rencana kunjungannya itu.
Para sahabat banyak yang protes atas sikap Umar itu. ”Apakah Tuan hendak lari dari takdir Allah?” tanya mereka.
Jawab Umar, ”Aku lari dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain.”
(sumber : republika.com)
Dua kisah diatas, memberikan pencerahan kepada kita, agar jangan mencari musibah dengan menguji kekuasaan ALLAH. Namun carilah takdir terbaik bagi kita, karena ALLAH telah menciptakan kesempatan baik dan kesempatan buruk, selanjutnya manusia memilih, untuk menetapkan takdirnya sendiri.
WaLlahu a’lamu bishshawab