Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.
“Yakin akan rahmat Allah padamu, itu adalah Tauhid yang menyelamatkanmu dunia akhirat”
اَلنَّهْيُ عَنِ الْيَأْسِ مِنْ رَحْمَةِ اللّٰهِ
Dewasa ini, kita sangat jarang mendengarkan ceramah yang menyangkut ilmu kebatinan Islam, seperti mengajak keyakinan kita akan rahmat Allah, ampunanNya yang sesungguhnya meliputi kehidupan kita sehari-hari.
Karena kasihku padamu wahai sahabatku, kali ini aku akan memberi pelajaran yang singkat namun bermakna sangat dalam yaitu yakin akan rahmat Allah akan membuat Dia Yang Maha Pengasih mengampuni dosa kesalahanmu.
Sebagaimana Nabi kita yang mulia memberi nasehat dalam haditsnya :
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالٰى عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْفَاجِرُ الرَّاجِيْ رَحْمَةُ اللّٰهِ تَعَالٰى أَقْرَبُ إِلَى اللّٰهِ تَعَالٰى مِنَ الْعَابِدِ الْمُقْنِطِ
Dari ibnu Mas’ud, RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat.”
Ada sebuah kisah menarik dari sebuah hadits Nabi SAW :
رُوِيَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا لَمْ يَعْمَلْ خَيْراً قَطٌّ إِلَّا التَّوْحِيْدَ فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَالَ لِأَهْلِهِ إِذَا أَنَا مُتُّ فَاحْرِقُوْنِي بِالنَّارِ حَتَّى تَدْعُوْنِيْ رَمَادًا ثُمَ ذَرُوْنِي فِي الْبَحْرِ فِي يَوْمِ رِيْحٍ فَفَعَلُوْا فَإِذَا هُوَ فِي قَبْضَةِ اللّٰهِ تَعَالٰى قَالَ اللّٰهُ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ ، قَالَ مَخَافَتُكَ فَغَفَرَ لَهُ بِهَا وَهُوَ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطٌّ إِلَّا التَّوْحِيْدَ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA., dari Nabi SAW bahwasanya ada seseorang yang tidak berbuat kebaikan sama sekali, kecuali hanya tauhid, maka tatkala maut mendatanginya dia berkata pada keluarganya: “Jika aku telah mati maka bakarlah aku dengan api hingga menjadi abu, kemudian larunglah aku di lautan pada hari yang banyak angin”. Maka setelah keluarganya melaksanakannya, tiba-tiba dia berada dalam genggaman Allah Ta’ala, Allah bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan apa yang telah kau lakukan?” Ia menjawab, “ketakutan pada-Mu”. Kemudian Allah mengampuninya sebab hal tersebut. Padahal dia tidak melakukan suatu kebaikan apapun melainkan tauhid.
Kututup risalah ini dengan doa :
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami; dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (rahmat)”. (Ali Imran: 8).