“Puncak terakhir dari Maqam Terpuji, adalah sebuah tempat yang hanya Muhammad SAW bisa mencapainya, yaitu sebuah tempat di mana Allah Ta’ala Terkasih dapat dilihat dalam mi’rajnya”.
Oleh: Admin*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Allah SWT berfirman:
وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ ۞ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ ۞ فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ ۞ فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ ۞
Sedang dia berada di ufuk yang tinggi (7). Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi (8), maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi) (9). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan (10). (QS. An-Najm [53]: 7-10)
Dan Muhammad melihat Tuhannya.
Sekarang buah yang berharga Pohon Eksistensi sudah matang. Dalam kerang eksistensi, mutiara unik rahasia-rahasianya dibentuk. Ketika Allah mengucapkan perkataan suci kun! dan Pohon Eksistensi menjadi, Pohon itu bukan tujuan dari penciptaannya.
Tujuannya adalah buah tunggal.
Dengan demikian ia diperhatikan, ditujukan dan dijaga dengan secara seksama ketika bunga-bunganya bermekaran, buah-buahnya terbentuk dan matang, sedemikian sehingga satu buah dapat dipetik dengan hati-hati untuk dipersembahkan kepada Pemiliknya.
Maka ia dicuci, dipoles dan didandani dengan indah seperti pengantin wanita dekat dengan para hadirin yang suci, semua dipersiapkan untuk diarahkan menuju Pembuatnya.
Maka undangan datang. Lalu Tuhannya berkata:
Berdirilah, wahai anak yatim di dalam rumah Abu Thalib, Dia yang menginginkanmu dengan-Nya telah merendahkan Dirinya Sendiri untuk menerimamu.
Dan Tuhannya mengirimkan pembantu terbaik kerajaan surgawi-Nya untuk membawa Muhammad kepada-Nya. Dan ketika dia datang kepadanya, dia mendapatinya tertidur di ranjang.
Dia berkata:
Wahai Jibril, kemana saya sedang dibawa?
Jibril menjawab:
Wahai Muhammad, “dimana” sudah tidak ada. Tidak ada lagi jarak atau ruang antara engkau dan Dia yang memanggilmu.
Aku hanya diutus sebagai pembawa berita dari Dia Yang Kekal. Aku tidak lain hanyalah satu dari para hamba-Nya dan kami turun ke bumi. Tapi dengan perintah dari Tuhanmu. Milik-Nya apa yang sebelum kita dan apa yang dibelakang kita dan apa yang ada diantara semua ini….
وَمَا نَتَنَزَّلُ اِلَّا بِاَمْرِ رَبِّكَۚ لَهٗ مَا بَيْنَ اَيْدِيْنَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذٰلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ۚ ۞
“Tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, di belakang kita, dan di antara keduanya. Tuhanmu sekali-kali bukan pelupa”. (QS. Maryam [19]: 64)
Muhammad bertanya:
Apa yang Tuhanku inginkan dariku?
Jibril menjawab:
Kamu sendiri adalah apa yang diinginkan oleh kehendak Pencipta dari semua keinginan.
Segala sesuatu yang diinginkan diharapkan karena ada jejakmu di dalamnya, dan engkau adalah yang sangat diinginkan karena Dia yang membuatmu sebagai yang terbaik dari semua ciptaan.
Engkau adalah kristal jernih dari cangkir cinta.
Engkau adalah mutiara dari manifestasi-Nya.
Engkau adalah buah dari Pohon Eksistensi.
Engkau adalah mentari pengetahuan yang bersinar.
Engkau adalah bulan purnama keanggunanNya.
Bumi dihamparkan di bawah kakimu hanya untuk engkau berdiri di atasnya.
Kecantikan dunia ini terjadi untuk merayakan kedatanganmu.
Cangkir cinta dipenuhi hanya untukmu meminumnya.
Maka berdirilah! Pesta dipersiapkan untuk menghormatimu di surga.
Semua penduduknya telah mengumumkan kedatanganmu diantara mereka.
Para malaikat melantunkan kasidah pujianmu.
Meskipun mereka telah melihat namamu tercantum dekat dengan Tuhan mereka di udara surga dan menghirup napas ruhmu, mereka rindu untuk melihat raga dan jiwamu.
Maka datanglah untuk menghormati kerajaan surgawi sebagaimana engkau telah menghormati dunia lebih rendah ini.
Sebagaimana dunia yang tandus ini diberkahi oleh sentuhan kakimu, mari datang berdiri diatas puncak langit-langit untuk memberkahi alam malakuti
Kemudian Muhammad bertanya:
Wahai Jibril, Dia yang Maha Pemurah yang memanggilku, apa yang akan Dia lakukan terhadapku?
Jibril menjawab:
supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Fath [48]: 2)
لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ ۞
Kemudian dia bertanya:
Tapi apakah semua ini hanya untuk menghormatiku? Apakah ada untuk orang-orangku, anak-anakku, mereka yang kecil? Bukankah dia yang makan sendirian adalah orang yang paling jelek?
Jibril menjawab:
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. (QS. Adh-Dhuhaa [93]: 5)
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ۞
Dan Muhammad berkata:
Baiklah, Wahai Jibril, sekarang hatiku merasa tenang, Aku siap menemui Tuhanku.
Kemudian mahluk asing dengan muka manusia, tubuh kuda, dan ekor burung merak turun seperti cahaya dan berdiri di depannya.
Muhammad SAW, bertanya:
Mahluk apakah ini? Apa yang harus aku lakukan?
Jibril menjawab:
Ini adalah kuda surgawi yang disebut Buraq, dikirimkan untuk membawa pecinta menuju yang dicintai.
Dan Rasulullah SAW berkata:
Cinta dan kerinduanku cukup untuk mengantarkanku menuju Tuhanku; gelapnya malam akan menunjukkanku jalan, dan semua yang aku perlukan dalam perjalananku adalah keinginanku.
Semua puji hanya bagi Allah yang akan menuntunku menuju-Nya dan memperkenankanku mencapai-Nya!
Bagaimana makhluk yang lemah seperti ini mengangkut beban dia yang dirinya sendiri diberati oleh cinta yang mendalam pada Tuhannya dan kepercayaan-Nya, dan oleh segunung wahyu yang telah Tuhan turunkan?
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu. (QS. Al-Ahzab [33]: 72)
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ ۞
Sepertimu, Wahai Jibril, bagaimana kamu menuntunku menuju-Nya? Kamu mengetahui bahwa diluar batas Sidratul Muntaha ada tujuh puluh ribu hijab cahaya dan api yang akan membakarmu menjadi debu.
Tapi tidak ada batasan-batasan itu untukku, karena Aku mempunyai waktu dengan Tuhanku yang tak ada lainnya selain aku dan Tuhanku disana.
Sebagaimana yang Kucintai tidak ada persamaannya dengan yang Dia telah ciptakan.
Dan tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. (QS. Asy-Syuraa [42]: 11)
… لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚ … ۞
Aku juga tidak sama dengan satu pun dari kalian.
Seseorang yang mengendarai kuda untuk mencakup jarak dan memerlukan pembimbing untuk menunjukkan jalan, tapi kemana Aku dipanggil bukanlah waktu atau ruang.
Kesucian Dia yang Kucintai adalah di sini dan sekarang, selalu dan di mana saja.
Dia tidak bergerak, tidak juga diperlihatkan di mana. Ini dikatakan hanya diketahui, oleh dia yang mengetahui.
Aku juga dekat dengan Tuhanku.
Seukuran dua busur atau lebih dekat lagi. (QS. An-Najm [53]: 5)
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ ۞
Tapi datanglah! Mari kita pergi.
Dan malaikat Jibril kagum.
Dia berkata:
Ya Muhammad, sebenarnya Engkau dapat pergi sendiri. Aku telah dikirimkan padamu hanya untuk melayani kemegahanmu dan menjadi teman pendamping yang penuh rasa hormat.
Dan tunggangan seperti hewan ini dikirimkan padamu untuk ditunggangi, bukanlah semata-mata untuk memberi tunggangan pada mu, tapi untuk menghormatimu dan untuk memperlihatkan kemulianmu.
Engkau tahu bahwa jika seorang raja mengundang seorang tamu atau teman, sudah menjadi tradisi untuk mengirimkan pembantu yang spesial untuk menyertai mereka dan tunggangan hewan yang terbaik untuk ditungganginya, supaya memperlihatkan rasa hormat dan menghargai mereka.
Maka kami datang untuk menjemputmu dalam kemegahan yang layak bagi tingkatanmu Sungguh siapa pun yang percaya bahwa Tuhan dapat dicapai dengan melingkupi jarak, tak masalah betapa jauh ketaktercapaian itu, ada dalam kesalahan yang serius.
Dan siapa pun membayangkan bahwa dia terpisah dari Tuhannya, bahkan hanya satu saat saja, telah memutuskan dirinya dari rahmat Allah.
Dia melanjutkan
Oh Muhammad, semua penduduk dari langit-langit yang tinggi mengharapkanmu.
Taman-taman surga telah membuka pintunya, menghiasi mahkamahnya, mendandani penghuninya, cangkir-cangkir dipenuhi dengan madu.
Semua dipersiapkan – pesta dan kemeriahan untuk kedatanganmu. Malam ini, melewati semua ciptaan, milik engkau; semua yang ada didalamnya adalah demi kemurahanmu.
Dan Aku telah menunggu malam ini semenjak aku diciptakan. Aku diciptakan untuk membawa pesan-pesan Tuhanku, dan aku telah dibuat untuk mencapai mereka yang padanya aku bawakan pesan.
Tapi aku tidak mempunyai akses kepada Dia yang mengirimkan pesan. Aku tidak pernah mendengar atau melihat-Nya.
Dan aku rindu untuk bertemu dengan-Nya! Aku sudah mencoba segala cara dan mencari pertolongan kemana saja.
Akalku membingungkan, pikiran-pikiranku kesukaran, jiwaku memalukan, hatiku terbakar dengan kerinduan pada-Nya.
Itu adalah rahasia tanpa solusi.
Demikian aku katakan tentang keadaanku mengharap bahwa engkau adalah solusiku, penghiburku!
Aku tinggal dan duduk dalam lapangan Ketakterbatasan, menunggu Dia, dalam kesia-siaan.
Aku pergi menuju permulaan mengharapkan untuk menemukan-Nya: Aku menemukan bahwa tidak ada sesuatu yang disebut dengan permulaan.
Kemudian aku mencari-Nya pada titik akhir.
Aku menemukan diriku pada tempat yang sama ketika aku mencari-Nya pada permulaan.
Pada satu dari beberapa lintasan, mengharapkan bahwa itu bukan lah jalan buntu lainnya, aku datang menemui Mikail:
dia bertanya kemana aku pergi. Ketika aku bilang apa yang aku cari, dia berkata bahwa pencarianmu itu sia-sia. Semua pintu tertutup dan semua jalan diblok, karena Dia tidak dapat dicapai apakah itu dalam ruang dimana ada jarak atau dalam waktu dimana kejadian-kejadian dihitung, dan Dia diluar batas-batas Ketakterbatasan.
Kemudian aku bertanya apa yang dia lakukan disana dan mengapa dia datang.
Dia berkata bahwa dia ditempatkan disana bertanggung jawab atas lautan dan hujan, untuk menyebarkannya kesegenap penjuru dimana mereka seharusnya menuju, untuk mengukur seberapa banyak air masing-masing peroleh, seberapa banyak garam seharusnya ada dalam lautan dan seberapa banyak busa seharusnya ada pada ujung masing-masing ombak.
Tapi dia tidak tahu perluasan Ketunggalan Tuhannya.
Begitu juga dia tidak dapat menghitung atau mengukur keunikan Dia dan Hanya Dia Yang Tunggal.
Kemudian aku ingin tahu jika Israfil tahu, dan bertanya dimana dia.
Mikail berkata bahwa dia di sekolah, sedang belajar apa yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Rahasia yang Sakral – apa yang akan terjadi dan apa yang akan hilang dalam semua penciptaan, seperti ia
Peraturan dari Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui (Q.S….)
Seperti seorang anak yang belajar membaca, dia mengulang keras apa yang ia baca sehingga Guru dapat mendengar.
Meskipun dia tidak mengangkat matanya untuk melihat Dia yang mengajarnya, di luar penghormatan.
Hatinya begitu pula matanya dibungkukkan untuk membaca takdir universal sampai waktu ketika dia akan diminta untuk mengangkat dan meniup Sangkakala guna menandai akhir zaman.
Dan Jibril melanjutkan cerita tentang dirinya kepada Muhammad.
Mikail, seperti dia, rindu melihat Tuhannya, tapi tak berdaya menemukan caranya. Karena itu, mereka memutuskan pergi dan bertanya kepada ‘Arsy untuk petunjuknya –barangkali membuat peta untuk menemukan jalan mereka.
‘Arsy, yang mereka pikir sangat jauh, membaca pikiran mereka dan mendengar keluhannya.
Seluruh langit bergoyang ketika ‘Arsy bergetar dengan kekuatiran dan berkata:
Jangan berbicara tentang yang seperti itu, bahkan jangan berpikir tentang mereka! Ini seperti misteri sakral yang tidak bisa dikuak.
Di luar tirai yang menyembunyikannya tidak ada pintu.
Pertanyaanmu tidak punya jawaban:
Tanya pada siapapun yang kamu mau, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Celaka aku, bahwa kamu harus datang bertanya padaku! Siapa diriku melainkan makhluk yang terjadi ketika dua huruf Kaf dan Nun ditarik bersama ketika Dia berkata kun, dan segala sesuatu terjadi? Aku di sini sekarang, tapi baru saja kemarin aku bukanlah apa-apa, tanpa jejak.
Aku adalah saat di antara dua kejadian. Bagaimana aku tahu yang akhir dan yang awal?
Bagaimana seseorang yang bukan siapa-siapa sesaat sebelumnya, mengetahui tentang Dia Yang Kekal, yang adalah sebelum dari sebelumnya dan akan menjadi sesudah dari sesudahnya?
Dia tidak melahirkan, dan tidak pula dilahirkan; dan tak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. (QS. Al-Ikhlas [112]: 3-4)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ۞ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ ۞
Dengan pengetahuan-Nya tentang apa yang sebelumnya, aku diantisipasi, kemudian diletakkan bersama oleh Kekuasaan-Nya yang tak terbatas.
Andaikan bukan untuk Keselarasan Ilahiah-Nya, bagaimana mungkin aku bisa cukup stabil menjadi tempat duduk Kekuasaan-Nya?
Dan Dia naik ke langit ketika mereka hanya kekosongan.
Dan Dia berkata pada mereka beserta bumi:
Datanglah dengan sukarela atau terpaksa.
Mereka berdua berkata:
Kami datang dengan sukarela. (QS. Fushshilat [41]: 11)
قَالَتَآ اَتَيْنَا طَاۤىِٕعِيْنَ ۞
Karena ada dan hanya ada satu Hukum dari Dia dan Hanya Dia Yang Esa, dan semuanya tunduk pada Hukum tersebut.
Maka
Yang Maha Pengasih bersamayam di atas ‘Arsy (QS. Thahaa [20]: 5)
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى ۞
Dia membuat ‘Arsy dan mengambil tempat duduk-Nya hanya untuk mendemonstrasikan Kekuasaan-Nya.
Aku tidak mempunyai pengetahuan siapa yang duduk di atasku. Bahwa aku berada di bawah-Nya tidak membuatku lebih dekat dengan-Nya.
Bahkan jika aku di atas langit-langit aku tidak lebih dekat dengan-Nya dibandingkan dengan kedalaman yang paling rendah dari makhluk-Nya.
Aku tidak diberi kekuatan melihat apa yang dikandung oleh Kekuasaan-Nya, begitu juga tidak tahu kemana ia diarahkan.
Aku tidak lain kecuali satu dari para pelayan-Nya, dan semua masing-masing pelayan dapat harapkan untuk diterima hanyalah pelayanan yang ia lakukan.
Kemudian ‘Arsy melanjutkan cerita sedihnya:
Aku bersumpah dengan Kekuasaan dan Kebesaran Allah bahwa aku tidak lain hanyalah sesuatu yang diciptakan yang tenggelam dalam lautan ketunggalan Dia yang menciptakanku. Aku tercampak di padang pasir tak bertepi keabadian-Nya.
Kadang-kadang Dia muncul laksana matahari dalam horison kekekalan-Nya dan mengangkat ruh-ruhku.
Kadang-kadang Dia mendekat padaku, merendahkan Dirinya, untuk membuatku membiasakan diri pada-Nya.
Pada kesempatan lain Dia menutup Dirinya dengan hijab-hijab Kebesaran-Nya dan membuatku takut dalam kesunyianku.
Kadang-kadang dalam doaku pada-Nya, Dia membisikanku rahasia dan memenuhiku dengan kegembiraan.
Dan masih pada kesempatan lainnya juga Dia menawarkan secangkir cinta-Nya, dan membiarkanku meminumnya.
Aku menjadi mabuk dengan cinta-Nya, dan ketika dalam manisnya kemabukan aku rindu melihat Yang Terkasih, aku mendengar dalam bahasa KetunggalanNya:
Engkau tidak akan melihat-Ku (QS. Al-A’raaf [7]: 143)
… قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ … ۞
Dan aku merasa tertolak dan melebur dalam kekaguman serta rindu pada-Nya.
Cinta-Nya merobek robek diriku; aku kasmaran seperti Musa.
Ketika dia ingin melihat Tuhan-Nya, dia disuruh:
“Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (QS. Al-A’raaf [7]: 143)
… قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ ۞
Dan ketika dia bangun dari pingsannya dia mendengar suara yang mengatakan:
Wahai pecinta yang kalah, kecintaan yang ingin kamu lihat itu tersembunyi, terhijab darimu. Tidak ada seorang pun akan melihatnya kecuali dia yang dicintai oleh Yang Terkasih. Dia adalah yang terpilih:
seorang yatim piatu yang Dia angkat.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Bani Israil (al-Isra) [17]: 1)
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۞
Dan aku diperintahkan pergi dan menunggu pada jalan ketika dia naik menuju Tuhannya.
Barangkali aku akan melihat hanya dia yang akan melihat Tuhannya.
Aku berharap kerlingannya jatuh padaku sehingga aku dapat diberkahi oleh dia yang tidak pernah menatap sesuatu pun tanpa melihat jejak-jejak Tuhannya.
Jibril berkata:
Wahai Muhammad, jika ‘Arsy dipenuhi dengan hasrat membara seperti itu padamu, apa lagi yang dapat aku lakukan selain menjadi pelayanmu?
Dan dia membawanya menaiki kuda surgawi Buraq. Ia membawanya dengan secepat kilat dari Mekkah ke kota suci Yerussalem.
Di sana dia menaiki hewan mistis yang kedua disebut Mi’raj, yang membawanya di atas atmosfir bumi.
Kemudian dia mengendarai sayap-sayap malaikat dari satu langit ke langit lainnya sampai dia mencapai langit ketujuh.
Pada langit ketujuh Jibril sendiri membawa Kekasih Allah di atas punggungnya menuju Sidratul Muntaha, yang menghalangi jalan pada batas penciptaan dari yang di bawahnya.
Itulah tempat di mana Jibril berhenti; dia tidak dapat pergi lebih jauh.
Muhammad SAW berkata:
Wahai Jibril, malam ini kami adalah tamumu. Bagaimana dia yang mengundangku meninggalkan dia yang diundang? Apakah ini tempat di mana teman meninggalkan sahabatnya?
Jibril menjawab:
Engkau adalah tamu Tuhan Yang Maha Pemurah. Engkau telah diundang ke sini sejak permulaan zaman, sedangkan jika aku bergerak satu inci saja ke depan dari titik ini, aku akan terbakar menjadi debu. Masing-masing dari kita mempunyai maqam yang telah ditentukan dan pelayanan di luarnya yang tidak dapat kita capai.
Allah berfirman:
Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. (QS. Ash-Shaffat [37]: 164)
وَمَا مِنَّآ اِلَّا لَهٗ مَقَامٌ مَّعْلُوْمٌۙ ۞
Kemudian Rasulullah berkata:
Maka tetaplah di sana. Tapi katakan padaku, apakah kamu menginginkan sesuatu dariku?
Ya, dia menjawab.
Ketika engkau dibawa menuju kekasih-Mu pada jalan yang tak berakhir itu di mana tidak ada lagi batasan, dan ketika kamu mendengar Dia berkata, “Inilah engkau, dan Inilah Aku!” Aku memohon padamu untuk mengingatku di hadapan Tuhanmu.
Malaikat Jibril, salam atasnya, memberi dorongan terakhir pada Kekasih Allah untuk menerobos melalui tujuh puluh ribu hijab cahaya.
Di luar itu kendaraan kelima sedang menunggunya:
permadani terbang yang terbuat dari cahaya jamrud, meliputi semua ruang antara timur dan barat, yang disebut Rafraf.
Di atasnya dia kendarai sampai dia mencapai ‘Arsy.
‘Arsy menangkap Rafraf dengan rumbai-rumbai dan menyetopnya serta menyapa Nabi, bukan dengan kata-kata tapi dengan bahasa cinta tanpa suara:
Ya Muhammad, betapa riang dan gembiranya! Berapa lama engkau akan meneguk madu murni kesempatan ini yang sudah dipesan hanya untukmu?
Aku telah mengetahui bahwa Kekasihmu akan turun ke langit dunia yang terendah, merindukanmu.
Malam ini Dia telah membawamu di atas sayap-sayap malaikat-Nya dan menaikkanmu di atas permadani terbang Kasih Sayang-Nya.
Maha Suci Dia yang membawa hamba-Nya pada malam hari. (QS. Bani Israil (al-Isra) [17]: 1)
Dia akan memperkenankanmu melihat keindahan Ketunggalan-Nya dan
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya (QS. An-Najm [53]: 11)
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَاٰى ۞
Keindahan Kekekalan-Nya dan Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS. An-Najm [53]: 17)
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى ۞
Dan Dia akan memperlihatkan rahasia-rahasia kerajaan surgawi-Nya. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (QS. An-Najm [53]: 10)
فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ ۞
Dan akan menarikmu mendekati-Nya, sampai engkau sedemikian dekat, maka jadilah dia dekat sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An-Najm [53]: 9)
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ ۞
Ya Muhammad, inilah saat tepat seperti ketika seseorang akan pingsan karena kehausan lalu menemukan air mancur.
Ini adalah saat pemulihan setelah sekian banyak penderitaan. Aku juga kehausan dan merana karena-Nya, tapi aku tidak tahu kemana menemukan-Nya.
Meskipun Dia menciptakanku sebagai yang tertinggi dan terbesar dari semua ciptaanNya, bahkan semua mahluk-Nya, tapi aku adalah yang paling takut pada-Nya.
Pada saat aku mengenal diriku sendiri, bahwa aku ada disini, aku mulai gemetar dan menggigil dalam ketakutan serta segan karena Keagungan-Nya.
Kemudian Dia menulis diatas kaki tempat aku berdiri.
Tidak ada tuhan selain ALLAH
Aku berguncang dan gemetar bahkan lebih dari biasanya dalam ketakutan melihat nama-Nya pada diriku. Tapi ketika Dia menulis namamu dengan-Nya, Hai Muhammad, di atas ‘Arsy yang sederhana –Dia menulis
Muhammad adalah utusan-Nya
Aku menemukan ketenangan dan keamanan dan perasaan gelisahku berhenti. Seperti namamu tertulis pada diriku membawaku semua kebahagiaan ini. Oh, sekarang takdir apa gerangan yang menungguku, ketika aku melihat Wajah Cantik-Mu?
Oh Muhammad, engkau diutus
Sebagai rahmat bagi seluruh ciptaan.
Maka apakah aku tidak mendapat bagian dari Keagungan-Nya malam ini? Aku memohon padamu supaya menjadi saksi atas nama diriku terhadap
mereka yang berbohong yang menyifati sifat salah dan kemasyhuran pada diriku:
selamatkanlah aku dari Api Neraka!
Aku takut beberapa orang bodoh telah tersesat dan membayangkan bahwa aku adalah ‘arsy lebih besar dari Dia yang tak mempunyai batas dan bahwa Dia bersemayam diatasku, sedangkan Dia tidak mempunyai bentuk atau rupa; dan bahwa aku dapat memuat Dia yang sepenuhnya tidak diketahui, tak dapat diketahui, tak dapat ditemukan.
Lihatlah aku:
bagaimana mungkin Dia yang Esensinya melampaui ruang dan tak terbatas, yang sifat-sifat-Nya melampaui bilangan dan tak dapat dihitung, bersemayam diatas diriku?
Bagaimana mungkin Dia membutuhkanku dalam berbagai cara, sedangkan Dia adalah Yang Maha Esa yang mencukupi semua kebutuhan dan tidak membutuhkan Dirinya Sendiri?
Sedangkan Dia adalah Yang Maha Penyayang yang kasih sayang-Nya meliputi dan memuat segala sesuatu, bagaimana mungkin aku dilekatkan pada-Nya atau dipisah dari Dia?
Aku ini adalah mahluk: kita bukan bagian dari-Nya meskipun kita dari-Nya
Wahai Muhammad! Aku bersumpah dengan Kebesaran-Nya: meskipun aku ditempatkan lebih tinggi dari mahluk lainnya, aku tidak lebih dekat kepada-Nya.
Begitu juga aku tidak cukup jauh dari-Nya untuk dipisahkan dari-Nya.
Aku tidak memiliki kekuatan untuk membawa-Nya, bukan pula aku seukuran untuk memegang-Nya, tidak pula seseorang dapat menemukan dalam diriku sesuatu yang menyamai-Nya.
Dia membuatku dari rasa kasihan-Nya, sebagai sebuah penghormatan, seperti sebuah tanda Kebaikan hatiNya.
Seandainya Dia membuatku musnah, itu diluar kebaikan dan keadilan-Nya.
Aku dibuat oleh Kebijaksanaan-Nya dan dilahirkan oleh KekuasaanNya.
Bagaimana mungkin sesuatu yang dilahirkan dirinya sendiri membawa Dia yang melahirkannya?
Maka apa yang sebagian orang katakan tentangku tidak usah dipercaya.
Allah berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’ [17]: 36)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ۞
Dan Rasulullah berkata kepada ‘Arsy, dalam bahasa hati:
Wahai ‘Arsy diatas langit, aku sedemikian berhutang budi padamu, tapi kewajibanku untuk mencapai Tuhanku membuatku tidak mempunyai waktu mendengar ratapanmu. Jangan!
Jangan ganggu kedamaian dan ketidakberpihakanku; jangan menyusahkan kemurnian pikiranku.
Ini bukanlah waktu dan tempat untuk mempertimbangkan keluhan-keluhanmu, bukan pula aku orang yang perlu menjawab semua itu.
Sungguh tidak sekedipan mata pun Kekasih Allah melihat ‘Arsy, tidak pula dia membacakan satu huruf pun dari apa yang diwahyukan kepadanya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS. An-Najm [53]: 17)
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى ۞
Kemudian kendaraan keenam muncul di depannya, simbol dari kekuatan dan keyakinan, mahluk yang disebut Ta’yid: Konfirmasi.
Dan dia mendengar suara dari atas, meskipun dia tidak melihat seorang pun yang berbicara. Suara itu mengatakan:
Penjagamu ada di depanmu. Di sinilah: engkau dan Tuhanmu!
Maka dia berdiri keheranan, dalam rasa hormat, tidak dapat dimengerti, lidah kelu.
Kemudian sebuah tetesan jatuh pada bibirnya –lebih manis dari madu, lebih dingin dari salju, lebih halus dari krim, lebih wangi dari gaharu.
Dan ketika dia merasakannya, semua kebijaksanaan dan pengetahuan seluruh para nabi dan rasul Allah diberikan padanya.
Dan lidahnya tidak kelu serta perkataan pujian dan penghormatan tercurah dari bibirnya.
Semua keabadian, serta kekuasaan atas semua dan segala sesuatu, milik Allah.
Dia berkata:
Semua keagungan dan pujian, semua perkataan dan amal baik milik-Nya.
Dan dia mendengar:
Salam atasmu Wahai Nabi, Kasih Sayang, Cinta, dan Rahmat Allah
Ketika semua penghormatan jatuh padanya, Muhammad mengingatkan semua nabi lainnya dan mereka yang mencintai Tuhan-Nya. Dia berharap menerima rahmat Allah untuk mereka juga, dan memohon:
Semoga penghormatanmu atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang benar.
Dan dia menerimannya saat dia kembali, ketika mi’raj-nya menuju Tuhannya menjadi diketahui. Seseorang bertanya kepada sahabatnya Abu Bakr, semoga Allah ridho padanya, apakah benar bahwa dia melihat Tuhannya.
Dia berkata, “Memang, karena aku bersama dengannya ketika dia memasukkan kami, seraya berkata ‘Semoga rahmat Allah atas hamba-hambanya yang benar’ dan Allah menerimanya”
Mendengar saling memberi hormat antar Tuhan dan Nabi, malaikat seperti paduan suara melantunkan:
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya!
Di atas suara-suara mereka datang panggilan tanpa suara dan kata-kata. Ia mengatakan:
Datanglah mendekat, Wahai Muhammad!
Kemudian dia mendekat, bahkan lebih dekat lagi! (QS. An-Najm [53]: 8)
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ ۞
Seberapa dekatkah dia datang pada Tuhannya dan bagaimana dia mendekatinya?
Dia begitu menghendaki dan menginginkan dengan cinta yang membakar seperti itu sehingga Tuhan-Nya merendahkan diri dan turun padanya.
Atau dia begitu memfanakan dirinya demi kepentingan kemanusiaan dalam syafaat yang diterima oleh Tuhannya, sehingga Dia mengangkatnya pada Dirinya Sendiri.
Atau pengabdian seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan menyiapkan jalan bagi kemurahan hati dan rahmat Allah, yang menuntunnya menuju Dia.
Siapa yang tahu? Tapi yang pasti jalan kepada Tuhan tidak melalui daratan dan lautan serta angkasa, karena tidak ada “dimana”, atau “diantaranya”,atau “waktu” atau “ruang”. Namun
Dia dekat sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An-Najm [53]: 9)
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ ۞
Jika dia telah mencapai hanya sejarak dua ujung busur panah, seseorang dapat mensifati posisi yang tetap pada Tuhan. Tapi dia harus mendekati “lebih dekat lagi”: ini menegasikan semua tempat. Maka dia ada bersama Tuhannya di mana tidak ada tempat, ruang, atau waktu yang eksis.
Dan sekali lagi Suara yang tak berbunyi dan tanpa kata-kata, berkata:
Wahai Muhammad, majulah selangkah!
Dan dia berkata:
Wahai Tuhanku, aku tidak melihat tempat untuk melangkah, dimanakah seharusnya aku menjejakkan kaki?
Suara tersebut menjawab:
Taruhlah kaki kananmu di atas kaki kirimu, dengan demikian engkau dapat melihatnya itu eksis.
Maka bahwa semua yang kau tahu bahwa Aku di luar jangkauan tempat dan waktu, siang dan malam, jarak dan batas, dunia dan angkasa, semua yang engkau ketahui dan akan tetap diketahui.
Kemudian Suara itu berkata:
Wahai Muhammad, perhatikanlah!
Dia memperhatikan, dan melihat cahaya banyak sekali di mana-mana dan di bawah kakinya. Dia bertanya:
Apakah cahaya ini?
Suara itu menjawab:
Ini bukanlah cahaya. Ini adalah Taman di puncak Surga.
Sebagaimana engkau diangkat menuju-Ku, ia bangkit agar kakimu menjejak di atasnya, karena menjadi ada di bawah kakimu adalah penebusan Surga, penyelamatannya dari kesalahan konsepsi oleh mereka yang berpikir bahwa ia tidak di sini, sekarang. Sekarang engkau mengetahui bahwa ia selalu eksis, ia ada di sini sekarang, dan akan ada di sini ketika semua yang lainnya akan lenyap.
Wahai Muhammad, ketika engkau tertutup dalam waktu dan ruang, ketika ada “di sini” dan “di sana”, Aku kirimkan Jibril untuk menjadi penunjukmu dan Buraq untuk ditunggangi.
Tapi ketika tempat dan waktu tertinggal di belakang dan engkau tersembunyi dari mata jin dan manusia, ketika tidak ada “di sini” atau “di sana” atau “di antaranya” serta dua lengkungan dari dua busur yang saling menghadap satu sama lainnya bertemu dan menjadi sebuah lingkaran, tidak ada lagi jarak dari dua busur panah antara engkau dan Aku…
Aku yang sekarang menjadi Penunjukmu.
Wahai Muhammad, aku buka pintu bagimu dan Aku angkat hijab-hijab serta berbicara padamu seperti Aku belum pernah berbicara pada siapa pun. Hadiah ini Aku anugerahkan kepadamu, karena engkau sepenuhnya beriman pada-Ku dan menyatakan Ketunggalan-Ku yang mengambil Kebenaran atas keimanan, tanpa mengetahui-Ku. Maka sekarang, menyaksikan setelah datang dan menemui-Ku.
Setelah mendengar ini, Nabi berkata:
Aku berlindung dalam Kesukaan-Mu dari Kesendirian-Mu
Dan Suara itu berkata:
Tidaklah tepat berkata seperti itu bagi dia yang menegaskan Kesatuan Kita, meskipun mungkin itu adalah doa yang cocok bagi para pendosa dari umatmu.
Dan Muhammad berkata:
Bagaimana aku dapat memuji-Mu sebagaimana seharusnya, sedangkan hanya Engkau yang dapat memuji Dirimu Sendiri?
Suara itu berkata:
Jika lidahmu tidak dapat mengungkapkan apa yang engkau mau, maka Kami akan memberimu Lidah Kebenaran (QS. Maryam []: 50)
وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِّنْ رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا ࣖ ۞
Dan ia tidak akan Berbicara menurut hawa nafsunya (QS. An-Najm [53]: 3)
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى ۞
Dan jika matamu tidak dapat memusatkan perhatian pada realitas yang nyata, Aku akan selalu menuntun mereka, sedemikian sehingga matamu tidak mengesampingkan, dan tidak pula melampaui batas Kebenaran.
Dan Aku akan mengelilingimu dengan cahaya, dan dalam cahaya tersebut engkau akan melihat Kecantikan-Ku di mana saja.
Serta engkau akan mempunyai sedemikian keheningan sehingga engkau akan selalu mendengar apa yang Aku katakan.
Dan Aku akan mengajarmu bahasa jiwa, yang akan membuatmu memahami misteri diangkatnya dirimu pada-Ku, serta kebijaksanaan pertemuan Kita.
Dan dalam bahasa jiwa tersebut, yang Dia ajarkan padanya, Allah berfirman:
Wahai Muhammad,
Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan (Q.S Al-Ahzaab [33]: 45)
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ۞
Saksi harus menyaksikan yang padanya dia saksikan. Tidak diperkenankan baginya menyaksikan sesuatu yang dia belum lihat.
Karena itu Aku telah memperlihatkan padamu Surga-Ku, yang Aku persiapkan bagi teman-teman-Ku, dan Neraka, yang Aku siapkan bagi musuh-musuh-Ku.
Aku akan membuatmu merenungkan Kebesaran-Ku dan pandangan pada Kecantikan-Ku, sehingga engkau bisa mengetahui bahwa dalam Kesempurnaanku,
Aku bebas dan terbebaskan dari sesuatu yang mungkin dicerap sebagai kemiripan atau menyamai, terbatas atau terukur, yang mempunyai bentuk atau ukuran atau mungkin dihitung dengan angka, atau mungkin dicapai atau bergabung dengan, datang kepada atau tertinggal di belakang, dilihat atau disentuh atau sesuatu lainnya yang dapat dibayangkan.
Wahai Muhammad! Aku ciptakan mahluk sedemikian sehingga mereka dapat mengenal-Ku. Tapi manusia tertipu tentang-Ku. Sebagian mengklaim: Uzair adalah anak Allah (QS At-Taubah [9]: 30)
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ يُضَاهِـُٔوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَبْلُ ۗقَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ ۞
“Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?”
Dan bahwa: Tangan Allah terbelenggu (Q.S Al-Maidah [5]: 64)
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ يَدُ اللّٰهِ مَغْلُوْلَةٌ ۗغُلَّتْ اَيْدِيْهِمْ وَلُعِنُوْا بِمَا قَالُوْا ۘ بَلْ يَدٰهُ مَبْسُوْطَتٰنِۙ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاۤءُۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَّكُفْرًاۗ وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ۞
“Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu (kikir).” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu. Mereka dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan. Sebaliknya, kedua tangan-Nya terbuka (Maha Pemurah). Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekufuran bagi kebanyakan mereka. Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Sebagian mengklaim bahwa Aku mempunyai isteri dan Isa Al-Masih adalah anak Allah (QS. At-Taubah [9]: 30)
Sebagian menganggap sekutu pada-Ku dan beribadah sebagai Sekutunya selain dari Allah… (QS. Yunus [10]: 66)
اَلَآ اِنَّ لِلّٰهِ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِۗ وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ شُرَكَاۤءَ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ ۞
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya milik Allahlah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi. Orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah tidaklah mengikuti (suatu kebenaran). Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah menduga-duga.”
Sebagian memberi-Ku bentuk yang bertubuh dan membayangkan-Ku melakukan sesuatu sebagaimana mereka lakukan.
Sebagian berpikir tentang-Ku sebagai sesuatu berbentuk fisik, sebagian berpikir seperti cahaya, dan yang lainnya tidak setuju dengan mereka yang membuat bayangan tentang-Ku dan memutuskan bahwa Aku ini bukanlah sesuatu, tidak eksis. Sekarang ketahuilah siapa Diriku.
Aku telah bukakan pintu-Ku dan menyingkap hijab-hijab-Ku: perhatikanlah Aku, Wahai yang Kucintai! Apakah kamu melihat sesuatu yang terkenang dengan apa yang mereka klaim?
Apa yang dia lihat adalah cahaya: di mana saja, tidak datang dari manapun, cahaya yang menyinari dirinya sendiri, tunggal, tidak ada sesuatu pun yang terlihat di dalamnya, tak dapat ditembus, tak dapat dicapai, tak dapat berubah, tidak pula ada di atas sesuatu atau di dalam sesuatu, dan tidak pula ada sesuatu di dalamnya; tanpa ukuran, tanpa bentuk, tanpa ruang, tidak terbuat dari sesuatu, tidak seperti sesuatu: sebuah cahaya yang dengannya segala sesuatu terlihat.
Tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Asy-Syuraa []: 11)
… لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۞
Dan ketika dia beradu mata, bertatap muka dengan Tuhannya, dan bibir dia bersatu dengan Bibir-Nya, Tuhannya berkata padanya:
Wahai Yang Kucintai, ada rahasia-rahasia yang kamu dapat ketahui yang tak seorang pun seharusnya tahu; mereka tidak selayaknya diberitahu. Saat ini tidak pernah dapat dibagi. Tak ada seorang pun pernah datang kesini atau pernah akan
Dan kemudian,
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (Q.S. An-Najm [53]: 10)
فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ ۞
Yang akan tetap menjadi rahasia antara Dia dan dia.
Ya Allah, sampaikan shalawat dan salam-Mu serta rahmat-Mu atas yang paling mulia dari ciptaan-Mu, penunjuk dan junjungan kami Muhammad- lautan cahaya ilahiah-Mu, sumber rahasia-rahasia-Mu, suara yang menyuarakan Ketunggalan-Mu; tujuan penciptaan, perhiasan Kerajaan-Mu, rumah harta Kasih Sayang-Mu, jalan lurus peraturan-Mu; matahari siang Surga-Mu, mata yang dengannya Kebenaran terlihat, kebahagiaan mereka yang mencintai-Mu, cermin yang merefleksikan cahaya-Mu.
Ya Tuhan, muliakanlah dia dengan kekuatan yang menjadi satu dengan-Mu selamanya, sehingga buhul dalam hati kita terurai, sehingga kita terbebas dari semua penderitaan, sehingga harapan kita terpenuhi, sehingga kita mencapai tujuan kita.
Dan semoga keanggunan dan kemuliaan atasnya kekal, sebagai cerminan dari Kekekalan-Mu.
Dan semoga Engkau ridha padanya, sebagaimana dia ridha pada-Mu, dan semoga kerendahhatian kemanusiaan terbagi dalam keridhaan-Mu, dan semoga Engkau ridha dengan kami.
Allah cukup bagi kita, dan Ia adalah Pelindung Yang Terbaik (QS. Ali ‘Imran [3]: 173)
Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah, Yang Maha Besar di bawah bumi dan di atas langit, Yang Maha Tinggi diatas semua alam semesta ciptaan-Nya
Yaa Allah! Sampaikan shalawat dan salam atas junjungan kita Muhammad dan atas ahul baitnya dan juga para sahabatnya. Ãmîn..
Di sinilah perkataan kami tentang Pohon Eksistensi berakhir.
وَصَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى أَشْرَفِ مَخْلُوْقَاتِهِ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ بَحْرِ أَنْوَارِهِ وَمَعْدَنِ أَسْرَارِهِ وَلِسَانِ حُجَّتِهِ وَإِمَامِ حَضْرَتِهِ وَعُرُوْسِ مَمْلَكتِهِ وَعَيْنِ حَقِيْقَتِهِ، اَلْمُتَلَذِّذِ بِمُشَاهَدَتِهِ، عَيْنِ أَعْيَانِ خَلْقِهِ، اَلْمُقْتَبِسِ مِنْ نُوْرِ ضِيَآءِهِ، صَلَاةً تُحِلُّ بِهَا عُقْدَتِيْ، وَتُفَرِّجُ بِهَا كُرْبَتِيْ، وَتُفْضِيْ بِهَا أُرْبِيْ، وَتُبَلِّغُنِيْ بِهَا مَطْلَبِيْ، صَلَاةً دَآئِمَةً بِدَوَامِكَ، بَاقِيَةً بِبَقَآئِكَ، قَآئِمَةً بِذَاتِكَ، صَلَاةً تُرْضِيْكَ وَتُرْضِيْهِ بِهَا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، آمِيْنَ، وَحَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ … « تَمَّتْ شَجَرَةُ الْكَوْنِ بِحَمْدِ اللّٰهِ تَعَالَى »
_______________
Sumber: Dikutip dari buku The Tree of Being (Syajarat al-Kawn) An Orde to the Perfect Man karya Syaikh Ibn ’Arabi.