Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Kamis (3/9/2015) bertemu dengan Ketua dan anggota Majelis Ahli, memperingati periode keempat Majelis. Lembaga ini memiliki posisi sangat penting mengingat berdasarkan konstitusi, mengemban tugas penting menetapkan Rahbar serta mengawasi dan mencopotnya.
Majelis ini merupakan manifestasi sempurna demokrasi islami dan faktor ketenangan dan ketenteraman dalam masyarakat. Seraya menekankan pengimbauan kepada seluruh pejabat untuk bergerak dan upaya dalam bingkai sistem perspektif islami dan berhati-hati untuk tidak melebur dalam literatur dan klise orde imperialis, Rahbar mengatakan, “Sekarang tugas terpenting ulama agama, para akademisi, dan para pejabat adalah sensitif terhadap program musuh dan mengenalinya serta penguraian masa depan penuh harapan dan kemajuan negara dalam bingkai utama tatanan pemikiran islami dan dengan memanfaatkan potensi dan kemampuan para pemuda dan kapasitas besar negara.
Dalam Islam, Wilayah atau kepemimpinan, yang mutlak hanya milik Allah Swt pencipta manusia dan alam semesta. Tidak ada yang berhak berkuasa atau memiliki Wilayah dalam masyarakat kecuali mereka yang diberi hak oleh Allah Swt. Dalam ideologi Syiah, Nabi Muhammad Saw dan para penggantinya yaitu 12 imam Ahlul Bait as, memiliki hak tersebut. Dan di masa ghaibah imam ke-12 dan imam maksum terakhir as, berdasarkan ayat dan banyak riwayat, Wilayah (kekuasaan atas umat) dilimpahkan kepada seorang faqih yang memenuhi syarat. Selain telah sampai pada derajat ijtihad dalam agama, seorang faqih juga harus adil dan menguasai manajemen politik dan kondisi masanya. Adapun tugas menentukan Rahbar atau wali faqih dengan kriteria tersebut diemban Majelis Ahli.
Di awal pertemuan itu, Rahbar membacakan ayat keempat surat al-Fath yang artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Beliau menekankan pencurahan ketenangan Ilahi dalam lubuk hati orang-orang mukmin melalui penyerahan diri kepada Allah Swt serta berprasangka baik pada janji-janji Allah Swt. Seraya menilai Majelis Ahli sebagai faktor ketenangan dan ketenteraman dalam masyarakat, beliau mengatakan, “Majelis Ahli adalah satu-satunya Majelis yang di dalamnya ada dua pemilihan. Satu di antaranya adalah pemilihan anggota Majelis Ahli oleh masyarakat dan lainnya adalah pemilihan Rahbar yang dilakukan oleh Majelis Ahli.”
Lebih lanjut dijelaskan beliau, “Berdasarkan dua pemilihan tersebut, Majelis Ahli di satu sisi merupakan manifestasi sempurna demokrasi agama dan demokrasi islami serta di sisi lain menjadi manifestasi supremasi nilai dan hukum-hukum islami. Ketika Majelis Ahli terbentuk dengan kriteria istimewa seperti ini, dengan sendirinya para anggota Majelis ini dan independensi pemikiran dan kesadaran mereka, di mana masalah ini mempersiapkan ketenangan dan ketenteraman dalam masyarakat.”
Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa dalam proses dua pemilihan Majelis Ahli ini, ketelitian dan independensi pemikiran harus tetap terjaga. Independensi pemikiran berarti para anggota Majelis ini tidak terjerat klise dan literatur orde imperialis. Menurut beliau, imbauan ini bukan hanya untuk Majelis Ahli saja melainkan seluruh pejabat dan lembaga pemerintah serta semua tokoh politik, sosial, dan agama, yang harus berhati-hati sehingga tidak melebur dalam literatur dan klise rezim imperialis.
Menyinggung upaya luas dan propaganda masif front imperialis untuk memaksakan literatur dan konsep-konsep rekayasa mereka, kepada para pejabat dan pengambil keputusan dan penetap keputusan negara Rahbar mengatakan, “Dalam literatur orde imperialis, konsep-konsep seperti terorisme, hak asasi manusia memiliki makna khusus, dan dalam literatur ini, serangan enam bulan tanpa henti terhadap rakyat Yaman dan pembunuhan warga tidak berdosa Gaza, bukan terorisme, serta penumpasan rakyat Bahrain atas tuntutan untuk memiliki hak suara, bukan termasuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia!”
Dalam literatur orde imperialis, perlawanan sah para pejuang di Lebanon dan Palestina, termasuk terorisme sementara aksi negara-negara despotik dan yang dekat dengan Amerika Serikat di kawasan, tidak bertentangan dengan hak asasi manusia! Literatur teror terhadap para ilmuwan nuklir yang nyaris secara implisit diakui oleh pihak Zionis dan sejumlah negara Eropa melalui peran suportif mereka dalam aksi tersebut, tidak termasuk terorisme.
Menurut beliau, adapun tatanan perspektif islami meliputi penafian kezaliman, imperialisme dan despotisme, serta penekanan pada kehormatan nasional, islami dan independensi pemikiran, politik dan ekonomi. Terkait Independensi dan perannya dalam menumbuhkan kepercayaan diri dan kemajuan sebuah bangsa, Rahbar menegaskan, “Independensi adalah bagian dari kebebasan, oleh karena itu orang-orang yang menafikan independensi pada hakikatnya menentang kebebasan.”
Beliau menilai slogan independensi, kebebasan dan Republik Islam, meliputi hubungan rasional ketiga konsep tersebut dan mengatakan, “Independensi dari semua sisi serta kebebasan pemikiran dan sains, keduanya ada dalam tatanan perspektif islami dan Republik Islam, dan tatanan pemikiran seperti ini merupakan faktor [pembangkit] kepercayaan diri dan gerakan pertumbuhan maju untuk setiap bangsa.”
Sayyid Ali Khamenei menilai gaya hidup islami, inovasi, sinergi dan persatuan nasional merupakan bagian lain dalam tatanan perspektif islami dan menegaskan, “Bangsa Iran selama 36 tahun terakhir, berkat gerakan dalam bingkai tatanan perspektif tersebut, mampu mencapai banyak kemajuan meski berbagai tantangan.”
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai ufuk yang diacu pemerintah Islam, adalah Iran yang maju dari sisi ilmiah dan industri dengan populasi 150 hingga 200 juta yang memiliki spiritualitas dan jauh dari imperialisme akan tetapi menentang kesewenang-wenangan dan imperialisme. Lebih lanjut beliau menjelaskan, “Pencapaian posisi tersebut oleh Republik Islam Iran, sangat berat bagi front imperialis, dan alasan di balik semua propaganda dan upaya melawan pemerintah Islam, adalah mencegah realisasi masa depan tersebut.”
Kemunculan negara Islam seperti itu, menurut beliau akan mencerabut asas imperialisme dan kekufuran. Rakyat Iran khususnya para pemuda, ulama dan kalangan akademisi harus mengarahkan gerakan mereka dalam tatanan perspektif islami dan semua pihak termasuk para pejabat harus menunjukkan kewaspadaan dan sensitivitas terhadap plot dan rencana musuh.
Ayatullah Khamenei kembali menekankan bahwa musuh dan kaum imperialis dunia bukan hal yang ambigu melainkan sebuah fakta di mana contoh nyatanya adalah pemerintah Amerika Serikat dan bahwa korporasi serta kartel-kartel ekonomi rezim Zionis adalah pendukungnya.
Di bagian akhir penjelasannya, beliau menyinggung hasil perundingan yang disimpulkan dalam kesepakatan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Menyinggung pernyataan para pejabat Amerika Serikat soal mempertahankan sanksi, Rahbar menandaskan bahwa jika koridor sanksi dipertahankan, maka tidak ada artinya perundingan dengan Kelompok 5+1. Karena ini sepenuhnya bertentangan dengan alasan kehadiran Republik Islam Iran dalam perundingan, mengingat tujuan perundingan adalah pencabutan sanksi-sanksi.
Menurut Rahbar jika sanksi-sanksi tidak dicabut, maka transaksi juga tidak akan terjadi, oleh karena itu masalah ini harus diperjela. Jika tidak Iran akan meningkatkan jumlah mesin sentrifugal 19.000 unit saat ini menjadi 50 hingga 60 ribu dalam waktu singkat, serta melanjutkan pengayaan uranium hingga 20 persen, serta percepatan riset dan pengembangan.(IRIB Indonesia)