“Pentingnya Belajar Ilmu Tasawuf/Ilmu Hakikat”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Bismillah…, Sayyidi Abdullah Al-Hadad berkata: Ilmu yang bermanfaat telah disebutkan dalam kitab-kitab Imam Ghazali (Ihya ‘Ulumuddin, Arba’in Ushul, Minhajul ‘Abidin, Bidayatul Hidayah dan Mukhtashar Ihya/Siyarus Salikin, Hidayatus Salikin, dll).
Ulama Ahli Sufi menghimpunkan mereka itu antara Syari’at, Tarekat dan Hakekat. Ilmu yang bermanfaat akan membuahkan takwa/takut kepada Allah.
Sebaik-baik bekal itu adalah taqwa. Dan tiada takut seorang itu akan Allah Ta’ala melainkan dengan mengetahui segala ilmu yang bermanfaat, yaitu: ilmu Ushuluddin/Aqidah, ilmu Fiqih yang fardhu ‘ain, ilmu tasawuf/ilmu suluk dan tarekat.
Dan karena inilah, berkata Syeikh Al-‘Arif billlah Al-‘Alim Rabbani Hasan bin ‘Abdullah Fadhal Balhaj Rahimahullah Ta’ala dalam kitabnya Al-Fushul Al-Muftahiah wa An-Nuftatu Ar-Ruhiyah:
“Dewasa ini Madzhab Sufi berdiri sendiri seperti Mazhab yang empat. Dalam madzhab sufi terkandung ilmu-ilmu pokok dan cabang-cabangnya. Maka barangsiapa ingin mendalami ilmu itu dan memahaminya, niscaya kuasa ia dengan membaca Kitab-kitab karangan Masyaikh Ahli Sufi dan berguru pada mereka. Dan kuasa ia menelaah segala kitab karangan mereka itu dengan sempurna pengetahuannya, sehingga memadai bagi fardhu ‘ain. Karena di dalam kitab karangan Ahli Sufi itu telah terhimpun Ilmu Ushuluddin, Ilmu Fiqih dan Ilmu Hakikat. Kumpulan semua ilmu yang tersebut itu dinamakan Ilmu Tasawuf yang sebenar-benarnya.”
Dan barangsiapa tiada menyibukkan dirinya di dalam menuntut ilmu tasawuf itu, maka ada mereka itu tanda orang yang kurang iman dan akalnya, kata Syaikh Husein bin Abdullah.
Maka sudah sepantasnya orang yang menginginkan kemenangan di akhirat menuntut Ilmu Tasawuf dan mengajarkannya, sebagaimana diajarinya ilmu-ilmu yang lain. Karena dengan mempelajari Ilmu Tasawuf telah mencukupi daripada mempelajari ilmu yang lain. Adapun mempelajari ilmu selain Ilmu Tasawuf belum memadai tanpa mempelajari Ilmu Tasawuf, sekalipun dia seorang Ulama besar.
Dan karena inilah berkata Waliyullah yang amat besar Sayyidi Syeikh Ibrahim Ad-Dasuqi:
Bermula menuntut ilmu tarekat/ilmu tasawuf itu wajib hukumnya atas setiap orang yang menempuh jalan akhirat dan menginginkan kemenangan di akhirat kelak. Kewajiban ini tetap berlaku sekalipun dia sebesar-besar ulama yang mengetahui semua ilmu selain ilmu tasawuf.
Karena inilah, ada seorang Ulama berkata: (Maknanya) Tiap-tiap Ulama Ahli Sufi ada padanya ilmu Fiqih, dan belum tentu Ulama Ahli Fiqih ada padanya Ilmu Tasawuf.
Karena Ilmu Fiqih itu diumpamakan oleh Ulama seperti kulit kelapa bagian luar (sabut), Ilmu Tasawuf/Ilmu Tarekat umpama kulit bagian dalam (batok) dan Ilmu Hakikat umpama isi kelapa. Ada juga yang mengatakan:
Ilmu fiqih seperti kulit kelapa, ilmu tasawuf seperti isi kelapa, ilmu hakikat seperti minyak kelapa. Bila kulit luar rusak, begitu juga isinya dan minyaknya pun tidak berguna.
Wallãhu A’lamu bish-Shawab
___________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita