Home / Agama / Kajian / Iblis Hanya Melihat Air dan Lumpur Ketika Memandang Adam AS.

Iblis Hanya Melihat Air dan Lumpur Ketika Memandang Adam AS.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku yang terkasih, tubuh manusia terdiri dari unsur fisik dan batin, yang masing-masing mempunyai organnya.

Mengungkap misteri tentang manusia (nafs) tidak akan lengkap bila hanya melihat aspek fisiknya saja tanpa melihat batinnya, karena manusia tidak hanya terdiri dari unsur jasad saja, tetapi juga batin.

Demikian kompleksnya manusia, baik fisik maupun batin, sehingga ia disebut sebagai mikrokosmos.

Organ fisik dalam tubuh manusia sangat kompleks. Ada sistem saraf (otak), kardiovaskular (jantung), saluran cerna (termasuk hati dan pankreas), saluran kemih, muskuloskeletal (alat gerak), darah, hormon, enzim, sistem imun, kromosom, DNA, dan lain-lain.

Segala proses dalam tubuh manusia diatur oleh zat pengatur yang biasanya berupa protein kompleks. Zat ini diproduksi oleh “pabrik” yang ada dalam inti sel tubuh manusia.  Pabrik tersebut dikontrol oleh DNA manusia.

Fungsi organ fisik manusia hingga kini masih banyak yang belum terungkap, seperti fungsi kelenjar pineal di otak, fungsi usus buntu, sistem kekebalan tubuh, fungsi otak dan kesadaran yang belum sepenuhnya dimengerti, hubungan usus-otak (gut brain axis), dan masih banyak lagi.

Tuhan menciptakan manusia dengan kadar dan keseimbangan tertentu, ini merupakan karunia yang tiada taranya. Sedikit saja terjadi gangguan keseimbangan (kelebihan atau kekurangan) zat pengatur dalam tubuh, maka manusia akan menderita penyakit atau bahkan tidak bisa hidup.

Demikian pula ada organ yang membentuk unsur batin manusia yaitu qalb, akal, syahwat, dan ghadhab (Emosi). Merekalah organ-organ batin manusia.

Kedua unsur tersebut, yaitu fisik dan batin, membentuk manusia secara utuh (nafs).

Qalb dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai “hati”. Terjemahan ini keliru, karena maknanya menjadi kurang tepat. Qalb lebih tepat bila diterjemahkan sebagai jantung. Qalb dalam bahasa Inggris juga disebut sebagai heart, bukan lever. Jadi, makna dan fungsi qalb adalah seperti jantung, bukan hati. Baik secara makna fisik maupun batin.

Secara fisik jantung mendistribusikan darah ke seluruh organ tubuh kita, agar organ-organ itu tetap mendapatkan nutrisi yang sehat dan seimbang. Sedangkan secara batin, qalb adalah pengontrol yang menyeimbangkan akal, syahwat, dan ghadhab.

Seperti juga organ fisik, batin juga harus seimbang. Ia tidak boleh terlalu berlebihan menguasai nafs, tetapi juga tidak boleh terlalu lemah atau bahkan dihilangkan.

Orang yang terlalu dikuasai akalnya secara berlebihan, akan mengukur segalanya dengan materi. Namun akal yang lemah juga akan membuat manusia menjadi bodoh (jahil).

Syahwat yang berlebihan tehadap kekuasaan, seks, maupun perut, akan menjadikan manusia seperti hewan yang hanya berkeinginan memuaskan jasadnya saja. Namun syahwat tidak boleh dihilangkan sama sekali, karena ia memberikan manfaat untuk mempertahankan kehidupan, asalkan terkendali.

Ghadhab juga demikian, tidak boleh berlebihan karena akan membakar manusia sehingga tindakannya menjadi buas seperti hewan. Namun ghadhab yang terlalu lemah juga tidak baik, karena menjadikan manusia bosan hidup (depresi).

Ada hal lain lagi yang bisa mepengaruhi organ batin manusia, yaitu setan yang juga mengalir di dalam aliran darah manusia.

Ketika beri’tikaf, Rasulullah SAW pernah berkata kepada dua orang Anshar:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّى خَشِيْتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوْءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا

“… Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).

Manusia memiliki kelebihan sebagai ciptaan yang paling mulia karena Tuhan telah meniupkan Ruh-Nya ke dalam diri manusia.

Ruh ini sepenuhnya berbeda dengan organ fisik maupun batin manusia, karena berasal dari Tuhan secara langsung.

فَإِذَا سَوَّیْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِیْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِیْنَ ۞

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan ruh-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. 15: 29)

Ruh tersebut menempati qalb sebagai wadahnya.

Dalam Hadits Qudsi yang terkenal Allah berfirman, “Langit dan bumi tak bisa menampungku. Yang bisa menampung-Ku adalah qalb orang-orang yang beriman.”

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ : مَا وَسِعَنِيْ لَا سَمَآئِيْ وَلَآ أَرْضِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ ۞

Dari Ruh tersebut, sifat ilahi mengalir ke dalam nafs. Semakin selaras qalb mengontrol akal, syahwat, dan ghadhab dalam keseimbangan, maka Ruh ilahi akan semakin memancar dari nafs manusia.

Begitu Ruh dan nafs berada dalam keselarasan, maka manusia akan mencapai kesempurnaan, keindahan, kebenaran, kedamaian, dan ketenangan. Inilah tujuan dari semua perjalanan kehidupan manusia menuju Tuhan.

Sebaliknya jika terjadi ketidak-selarasan antara Ruh dan nafs, maka manusia akan merasakan kegelisahan dan ketidaknyamanan dalam hidupnya.

Seluruh tindakan manusia didorong oleh dua macam kekuatan yang berusaha mempengaruhi nafs. Nafs yang condong kepada Ruh ilahi mengarahkan kehidupan kepada kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan. Inilah nafs insani atau fitrah ijabi yang bersifat substansial (permanen dan selalu ada dari awal), tinggal manusia mau mengaktifkannya atau tidak. Sedangkan nafs yang lebih ditarik oleh unsur jasadi-nya disebut nafs basyari atau fitrah salbiy yang bersifat aksidental (tidak permanen, bisa ada bisa juga tidak).

Tatkala Iblis membangkang untuk bersujud kepada Adam, dia berkata: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia (basyar) yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk!” (QS. 15: 33).

قَالَ لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ۞

Iblis menggunakan kata basyar, mengacu kepada penciptaan jasad manusia. Dia tertutup oleh kesombongannya sehingga melupakan bahwa manusia telah disempurnakan Allah dengan Ruh-Nya.

Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Jalaluddin Rumi:

Jangan kau seperti Iblis,
Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Lihatlah di balik lumpur, beratus ribu taman yang indah….

Nafs insani dapat mengarahkan manusia kepada jalan yang lurus ke kesempurnaan yang melebihi para malaikat. Sebaliknya, nafs basyari dapat menjatuhkan manusia ke derajat paling rendah yang melebihi Iblis.

Nafs manusia diberikan kehendak bebas untuk memilih yakni; Ruh Allah (kecenderungan insani) atau tanah (kecenderungan basyari):

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ ۞

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS. 90: 10)

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ۞ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا ۞

“Sesungguhnya beruntunglah manusia yang mensucikan nafs-nya dan sesungguhnya merugilah dia yang mengotori nafs-nya.” (QS. 91: 9-10).

From: Muzal Kadim/IslamIndonesia

About admin

Check Also

Makna Bashirah dan Tingkatannya

“Syaikh Ahmad ibn ‘Athaillah Assakandary dalam al-Hikamnya membagi bashîrah dalam tiga tingkatan; Syu’ãul bashîrah, ‘Ainul bashîrah ...