Home / Relaksasi / Renungan / Hujan itu Rahmat atau Bencana?

Hujan itu Rahmat atau Bencana?

Oleh: H. Derajat

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.

Sebelum aku memulai tentang kebaikan hujan maka sebaiknya aku buka dengan do’a :

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ، تَهْدِيْ بِهَا قَلْبِيْ، وَتَجْمَعُ بِهَا أَمْرِيْ، وَتَلُمُّ بِهَا شَعْثِيْ، وَتَرُدُّ بِهَا غَآئِبِيْ، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِيْ، وَتُزَكِّيْ بِهَا عَمَلِيْ، وَتُلْهِمُنِيْ بِهَا رُشْدِيْ، وَتَرُدُّ بِهَا أُلْفَتِيْ، وَتَعْصِمُنِيْ بِهَا مِنْ كُلِّ سُوْءٍ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, rahmat dari sisi-Mu. Dengan rahmat-Mu Engkau menerangi hatiku. Dengan rahmat-Mu Engkau mengumpulkan dan memudahkan urusanku. Dengan rahmat-Mu Engkau balikkan sesuatu yang tiada dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau Angkat kesaksianku. Dengan rahmat-Mu Engkau sucikan amalku. Dengan rahmat-Mu Engkau ilhamkan kedewasaanku. Dengan rahmat-Mu Engkau kembalikan sesuatu yang hilang dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau jaga aku dari segala keburukan.”

Sesungguhnya hujan itu adalah rahmat bagi kita semua, namun dikarenakan kita ini turut serta dalam merusak kelestarian alam maka tentunya air hujan itu berubah menjadi sesuatu yang menimbulkan malapetaka. Berikut saya sampaikan dari sisi lain dalam menyikapi turunnya hujan agar kembali kepada sejatinya hujan yaitu sebagai rahmat dan bukan sebagai la’nat dari Allah untuk kita semua. Inilah ajaran Rasulullah sebagai rahmatan lil ‘aalamiin bagi kita.

Dalam beberapa riwayat, setiap kali hendak terjadi hujan dan angin besar (puting beliung) Rasulullah SAW selalu membaca do’a atau melakukan sesuatu. Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi (450-520 H) merangkum riwayat-riwayat tersebut dalam kitabnya, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu.

Pertama, Rasulullah membuka atau menyingkap bajunya ketika hujan turun. Imam Abu Bakr al-Thurthusyi mencatat:

وَرُوِيَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيْحِهِ، وَأَبُوْ دَاوُدُ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ كَشَفَ ثَوْبَهُ، وَقَالَ أَبُوْ دَاوُدُ: يَحْسُرُ ثَوْبَهُ عَنْهُ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّي أَصَابَهُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلُ اللّٰهِ، لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: لِأَنَّهُ حَدِيْثٌ عُهِدَ بِرَبِّهِ

“Diriwayatkan (Imam) Muslim dalam Kitab Shahihnya, dan (Imam) Abu Dawud, dari Anas, ia berkata: “Nabi ketika melihat hujan, beliau membuka bajunya.” (Riwayat lain dari Imam) Abu Dawud, (Anas) bekata: “Nabi menyingkap pakaiannya hingga terkena guyuran hujan.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, kenapa tuan berbuat seperti ini?” Rasulullah menjawab: “Karena hujan merupakan rahmat yang diberikan Allah” (Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 170).

Makna kalimat, “liannahu hadîts ‘ahd bi rabbihi,” pada hadits di atas, menurut Imam al-Nawawi adalah:

مَعْنَاهُ أَنَّ الْمَطَرَ رَحْمَةٌ وَهِيَ قَرِيْبَةُ الْعَهْدِ بِخَلْقِ اللّٰهِ تَعَالَى لَهَا فَيَتَبَرَّكُ بِهَا وَفِي هَذَا الْحَدِيْثِ دَلِيْلٌ لِقَوْلِ أَصْحَابِنَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ عِنْدَ أَوَّلِ الْمَطَرِ أَنْ يَكْشِفَ غَيْرَ عَوْرَتِهِ لِيَنَالِهِ الْمَطَرُ

“Maknanya, sesungguhnya hujan adalah rahmat, yaitu rahmat yang baru saja Allah ta’ala ciptakan, kemudian Rasulullah bertabarruk (mengambil berkah) dengan hujan tersebut. Hadits ini merupakan dalil untuk pendapat ashab syafi’iyyah (mazhab syafi’i) bahwa sesungguhnya disunahkan di saat awal (turunnya) hujan untuk membuka (pakaian) selain aurat hingga terkena air hujan” (Imam Yahya bin Syarraf al-Nawawi, Shahîh Muslim bi Syarh al-Nawawi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilimiyyah, 2017, juz 3, h. 173).

Kedua, do’a Rasulullah SAW ketika melihat awan hitam yang kelam (mendung tebal). Beliau akan bergegas meninggalkan semua pekerjaannya dan langsung membaca do’a berikut ini (HR. Imam Abu Dawud, Imam Ahmad, dan Imam al-Baihaqi):

وَرُوِيَتْ عَآئِشَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّي اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى نَاشِئًا فِي أُفُقِ السَّمَآءِ تَرَكَ الْعَمَلَ، وَإِنْ كَانَ فِي الصَّلَاةِ ثُمَّ يَقُوْلُ: [1]اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّ أمْطَرْنَا قَالَ: (اَللّٰهُمَّ صَيِّبًا هَنِيْئًا)

“Diriwayatkan Sayyidah Aisyah ra. sesungguhnya Nabi SAW ketika melihat awan hitam di langit, beliau langsung meninggalkan pekerjaan, meskipun beliau sedang melakukan shalat, kemudian berucap: “Allahumma innî a’ûdzu bika min syarrihâ” (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan awan ini)”. Dan ketika turun hujan, beliau berucap: “Allahumma shayyiban nâfi’an (ya Allah turunkanlah hujan yang membawa manfaat dan kesenangan).” (Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu, h. 170-171)

Ketiga, riwayat yang menjelaskan adab seorang mukmin ketika melihat atau menjumpai angin besar agar angin tersebut tidak menjadi bencana dan malapetaka. Berikut haditsnya (HR. Imam Abu Dawud, Imam al-Tirmidzi, Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad):

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: الرِّيْحُ مِنْ رُوْحِ اللّٰهِ تَعَالَي تَأْتِي بِالرَّحْمَةِ وَتَأْتِيْ بِالْعَذَابِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوْاهَا فَلَا تَسُبُّوْاهَا وَاسْأَلُوا اللّٰهَ خَيْرَهَا وَاسْتَعِيْذُوْا بِاللّٰهِ مِنْ شَرِّهَا

“Dari Sayyidina Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Angin adalah bagian dari pemberian Allah, bisa membawa rahmat dan juga bisa membawa azab. Jika kalian melihatnya, jangan mencelanya, mohonlah kepada Allah kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.” (Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu, h. 171)

Keempat, do’a Rasulullah SAW ketika melihat awan mendung. Beliau memohon agar awan yang membawa hujan tidak menjadi penyebab azab atau bencana, tapi rahmat. Berikut riwayatnya (HR. Imam Ibnu Majah dan Imam al-Nasai):

وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى السَّحَابَ قَالَ: (اَللّٰهُمَّ سَيْبَ رَحْمَةٍ وَلَا سَيْبَ عَذَابٍ)

“Diriwayatkan dari Ibnu al-Musayyab, sesungguhnya Rasulullah SAW ketika melihat awan, beliau bersabda: “Allahumma saiba rahmatin wa lâ saiba ‘adzâbin” (ya Allah, berikanlah rahmat dan jangan berikan azab).” (Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu, h. 170-171)

Semoga kita terhindarkan dari segala bencana, dan semoga kita disadarkan untuk selalu berdoa kepada-Nya. Wallahu a’lam bish-shawwab….

Catatan Kaki[+]

About admin

Check Also

Kalimat Haqq Bertujuan Bathil

“Sebuah fenomena akhir zaman yang penuh fitnah, tipuan dan kepalsuan, menuntut kita semua untuk istiqâmah ...