Oleh: H. Derajat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa Muhammad wa ‘ala aali Sayyidina Muhammad.
Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mengatakan :
إِنَّ الْمَحْصُوْلَ مِنَ الْعِلْمِ وَالْفَتْحِ وَالنُّوْرِ اَعْنِي الْكَشْفَ الْحُجُبَ، عَلَى قَدْرِ الْأَدَبِ مَعَ الشَّيْخِ وَعَلَى قَدْرِ مَا يَكُوْنُ كُبْرُ مِقْدَارِهِ عِنْدَكَ يَكُوْنُ لَكَ ذَالِكَ الْمِقْدَارُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ غَيْرِ شَكٍّ
”Sesungguhnya memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbuka hijab-hijab batin), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu, dan sesuai besarnya kadar gurumu di hatimu, dan dengan besaran kadar (gurumu di hatimu) itu (membuatmu berada) di sisi Allah tanpa ragu“. (al-Manhaj as-Sawiy : 217)
Imam Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa,
اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَنِّيْ عَيْبَ مُعَلِّمِيْ حَتَّى لاَ تَقَعَ عَيْنِيْ لَهُ عَلَى نَقِيْصَةِ وَلَا يُبَلِّغُنِيْ عَنْهُ عَنْ أَحَدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ
”Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku“. (Lawaqih al-Anwaar al-Qudsiyyah : 155)
Beliau pernah mengatakan dalam kitab At-Tahdzibnya :
عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ تَمْحُوْهُ التَّوْبَةُ وَعُقُوْقُ اْلأُسْتَاذِيْنَ لَا يَمْحُوْهُ شَيْءٌ اَلْبَتَّةْ
”Durhaka kepada orang tua dosanya bisa dihapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yang dapat menghapusnya“.
Habib Abdullah Al-Haddad mengatakan;
اَضَرُّ شَيْءٍ عَلَى الْمُرِيْدِ تَغَيُّرُ قَلْبِ الشَّيْخِ عَلَيْهِ، وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَى اِصْلَاحِهِ بَعْدَ ذٰلِكَ مَشَايِخُ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَمْ يَسْتَطِيْعُوْهُ إِلَّا اَنْ يَرْضَى عَنْهُ شَيْخُهُ
”Satu hal yang paling berbahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati guru kepadanya, meskipun seluruh wali dari timur dan barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali“. (Risaalatu Aadaabu Suluki al-Murid : 54)
Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba-tiba Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khidhir.
Maka nabi Khidhir berkata; ”Tidakkah kau mengenalku…?”
Murid itu menjawab; ”ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir“.
Nabi Khidhir; ”kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku…?”
Murid itu menjawab; ”Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu“. (Kalam al-Habib Idrus al-Habsyi : 78).
Di bawah ini, isi lengkap Kitab Risaalatu Aadaabu Suluki al-Muriid karya al-Habib Abdullah al-Haddad: