“Hebatnya nenek moyang Bangsa kita dalam membuat Pusaka”
Oleh: Ki Saptorenggo
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Masih banyak diantara kita yang belum memahami mengapa nenek moyang kita membuat pusaka utamanya keris berbahan batu meteor atau bintang jatuh.
Karena banyaknya pendapat yang beraroma su’udzdzan bagi pemilik Pusaka Keris, akhirnya keris hanya dihubungkan dengan sesuatu yang mistik dan berada di luar nalar umum.
Padahal ayat Al-Qur’an maupun Hadits Rasul yang mulia Muhammad SAW telah mengungkapkan tentang kelebihan batu meteor yang di antaranya adalah penolak setan dan jin. Maka wajar saja, bila sesepuh kita menggunakan Keris untuk melawan musuh-musuhnya agar ajian sang musuh yang mempergunakan kesaktian dari kekuatan setan menjadi tunduk dan terkalahkan.
Sebelum melanjutkan pembahasan ini, alangkah lebih baiknya kita mencermati ayat Al-Qur’an berikut ini:
Surat Ash-Shãffãt ayat 10
إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ ۞
Illã man khatifal khatfata fa atba’ahû syihãbun tsãqib
“Kecuali (setan) yang mencuri (pembicaraan); maka ia dikejar oleh bintang yang menyala“.
Surat Al-Jin ayat 8
وَّاَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ فَوَجَدۡنٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِيۡدًا وَّشُهُبًا ۞
Wa annã lamasnas samã’a fa wajadnãhã muli’at harasan syadîdaw wasyuhubã
“Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api“.
Surat Al-Hijr ayat 18
اِلَّا مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ فَاَ تۡبَعَهٗ شِهَابٌ مُّبِيۡنٌ ۞
Illã manisytaraqas sam’a fa atba’ahû syihãbum mubîn
“Kecuali (setan) yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dikejar oleh semburan api yang terang“.
Surat Al-Hadid ayat 25
لَـقَدۡ اَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِالۡبَيِّنٰتِ وَاَنۡزَلۡنَا مَعَهُمُ الۡكِتٰبَ وَالۡمِيۡزَانَ لِيَقُوۡمَ النَّاسُ بِالۡقِسۡطِۚ وَاَنۡزَلۡنَا الۡحَـدِيۡدَ فِيۡهِ بَاۡسٌ شَدِيۡدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَـعۡلَمَ اللّٰهُ مَنۡ يَّنۡصُرُهٗ وَ رُسُلَهٗ بِالۡغَيۡبِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ قَوِىٌّ عَزِيۡزٌ ۞
Laqad arsalnã Rusulanã bil-bayyinãti wa anzalnã ma’ahumul Kitãba wal-Mîzãna liyaqûman nãsu bil-qisth, wa anzalnal hadîda fîhi ba’sun syadîduw wa manãfi’u lin-nãsi wa liya’lamallãhu may yanshuruhû wa Rusulahû bil-ghaib; innallãha Qawiyyun ‘Azîz
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menurunkan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa”.
Marilah kita lebih mendalami tentang batu meteor sebagaimana tersebut pada ayat-ayat di atas.
Sebagian orang awam menganggap adanya komet atau meteor sebagai “pertanda akan datangnya malapetaka”. Sebagian lainnya, sebagaimana populer di kalangan remaja, munculnya meteor dimanfaatkan sebagai “make a wish (ritual meminta sesuatu)”. Padahal perilaku ini ternyata dilakukan oleh orang-orang primitif di abad ke-4, ketika Eropa terselubungi kepercayaan paganisme.
Dalam Islam, munculnya fenomena alam bintang jatuh, meteor atau komet adalah suatu hal biasa. Tidak ada kaitannya dengan berbagai hal, sebagaimana keyakinan jahiliyah di atas.
Lebih dari itu, sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur’an telah menyinggung tentang fenomena alam tersebut. Bahkan, ternyata bintang, meteor dan komet itu memiliki fungsi di sisi Allah.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ ۞
Wa laqad zayyannas samãad dunyã bimashãbîha wa ja’alnãhã rujûmal lisysyayãthîni wa a’tadnã lahum ‘adzãbas sa’îr
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mulk: 5).
Ketika menafsirkan surat Al-Mulk ayat 5, seorang ahli tafsir masa tabi’in, Qatadah rahimahullah, mengatakan,
خَلَقَ هَذِهِ النُّجُومَ لِثَلَاثٍ : جَعَلَهَا زِينَةً لِلسَّمَاءِ، وَرُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ، وَعَلَامَاتٍ يُهْتَدَى بِهَا، فَمَنْ تَأَوَّلَ فِيهَا بِغَيْرِ ذَلِكَ : أَخْطَأَ، وَأَضَاعَ نَصِيبَهُ، وَتَكَلَّفَ مَا لَا عِلْمَ لَهُ بِهِ .
“Allah menciptakan bintang untuk tiga hal: Allah jadikan sebagai penghias langit, sebagai pelempar setan, dan sebagai tanda alam untuk petunjuk arah. Maka siapa yang menggali tentang bintang, selain tiga hal tersebut, dia keliru, menyia-nyiakan jatahnya, dan membebani diri dengan sesuatu yang sama sekali dia tidak memiliki modal ilmu tentangnya.” (HR. Bukhari dalam shahihnya secara muallaq, 4/107).
Yang beliau maksud dengan memahami selain tiga hal tersebut adalah menggunakan memahami bintang untuk astrologi (bukan astronomi), seperti zodiak atau ramalan bintang.
Sementara itu, As-Syaukani menafsirkan firman Allah (yang artinya), ‘Aku jadikan bintang itu sebagai pelempar setan’, beliau mengatakan,
الرَّجْمُ فِي اللُّغَةِ هُوَ الرَّمْيُ بِالْحِجَارَةِ
“Rajam (pelempar) secara bahasa artinya, melempar dengan batu“. (Fathul Qadir, 3/179).
Demikian pula dalam surat Al-Jinn, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا ۞ وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا ۞
Wa annã lamasnas samã’a fa wajadnãhã muli’at harasan syadîdaw wasyuhubã. Wa annã kunnã naq’udu minhã maqã’ida lis-sam’i famay yastami’il ãna yajid lahû syihãbar rashadã.
“Sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)”. (QS. Al-Jin: 8-9).
Al-Imam Ibnu Katsir juga menafsirkan ayat di atas dengan Hadits Rasulullah Shallallãhu ‘alaihi wa sallam, yang mengungkap secara lebih rinci tentang fenomena alam tersebut,
عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَخْبَرَنِي رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَّهُمْ بَيْنَمَا هُمْ جُلُوسٌ لَيْلَةً مَعَ رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُمِيَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاذَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ إِذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هَذَا قَالُوا اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ كُنَّا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ وَمَاتَ رَجُلٌ عَظِيمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلَةُ الْعَرْشِ ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ هَذِهِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا ثُمَّ قَالَ الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ فَيُخْبِرُونَهُمْ مَاذَا قَالَ، قَالَ فَيَسْتَخْبِرُ بَعْضُ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هَذِهِ السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيَقْذِفُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ وَيُرْمَوْنَ بِهِ فَمَا جَاءُوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ وَلَكِنَّهُمْ يَقْرِفُونَ فِيهِ وَيَزِيدُونَ .
“Dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallãhu ‘anhu, ia berkata: Salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kaum Anshar menceritakan padaku. Ketika mereka duduk-duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam, ada bintang (mateor) jatuh memancarkan cahaya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada mereka: “Apa ucapan kalian pada masa jahiliyah ketika ada lemparan (mateor) seperti ini?” Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui, dulu kami katakan, ‘pada malam ini telah dilahirkan seorang yang terhormat dan telah mati seorang yang terhormat,’ lalu Rasulullah menjelaskan: “Sesunguhnya bintang itu tidaklah dilemparkan karena kematian seseorang dan tidak pula karena kelahiran seseorang. Akan tetapi Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’ala, apabila telah memutuskan sebuah perkara, bertasbihlah para malaikat yang membawa ‘Arasy. Kemudian diikuti oleh para malaikat penghuni langit yang di bawah mereka, sampai tasbih itu kepada para malaikat penghuni langit dunia. Kemudian para malaikat yang di bawah para malaikat pembawa ‘Arasy bertanya kepada para malaikat pembawa ‘Arasy, Apa yang dikatakan Tuhan kita? Lalu mereka memberitahu apa yang dikatakan Tuhan mereka. Maka malaikat penghuni langit dunia saling bertanya pula di antara sesama mereka, sehingga berita tersebut sampai ke langit dunia. Maka para jin berusaha mencuri dengar, lalu mereka sampaikan kepada wali-walitnya (tukang sihir). Sehingga mereka dilempar dengan bintang-bintang tersebut. Berita itu mereka bawa dalam bentuk yang utuh, yaitu yang sebenarnya tetapi mereka campur dengan kebohongan dan mereka tambah-tambahkan.” [HR Muslim].
Dengan demikian, dalil-dalil di atas menerangkan bahwa bintang-bintang, meteor atau komet itu dilemparkan ke arah setan, sebagai bentuk penjagaan terhadap berita langit. Ini menunjukkan bahwa fenomena bintang jatuh akan terjadi secara terus menerus. Karena penjagaan langit, terjadi secara terus menerus. Mengingat, setan selalu berusaha untuk mencuri dengar berita takdir dari langit.
Dengan memperhatikan tentang bintang jatuh, panah api yang dilemparkan maupun besi yang dijatuhkan ke bumi mengidentikkan kepada batu meteor yang sering digunakan oleh sesepuh Nusantara dalam membuat Pusaka dan mendapatkan barokah berupa kesekten dari pusaka yang dibuatnya tentunya bukan tanpa alasan.
Marilah berpikir positif kepada sesepuh dan penemuan adiluhungnya yaitu Pusaka Keris yang telah diakui dunia sebagai salah satu keajaiban dunia.