“Kesusahan hidup hanya akan terjadi apabila hati kita terisi lebih banyak urusan keduniaan ketimbang urusan tali Allah dan RasulNya.”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Sahabatku, ada pesan Imam Syafi’ie, “Jadikanlah akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu.”
Saudaraku yang sangat kucintai telah berkata Syekh Muhammad Fathurahman seorang Mursyid Tarekat Idrisiyyah bahwasanya manusia yang akan susah selama hidupnya adalah manusia yang menyimpan keduniaan di dalam hatinya:
Sahabatku terkasih, sesungguhnya hati manusia hanya diisi oleh 2 hal yaitu jalan naik/positif apabila diisi dengan mendekatkan diri pada Allah dan jalan turun/negatif apabila diisi hanya urusan keduniaan saja. Dan kita harus memilih salah satunya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan bersama dengan apa yang ia cintai”. (HR. Tirmidzi)
Bila kita tarik kesimpulan apa yang dikatakan Syekh Muhammad Fathurahman tadi maka apabila kita memilih jalan Allah dan RasulNya maka pasti urusan keduniaan akan terbawa juga, namun apabila kita memilih mengisi hati kita dan menyibukkan dengan urusan keduniaan belaka maka kita akan terus menurun ke derajat terendah sebagai manusia. Dan pasti kita akan kelelahan hidup di dunia ini !!!
Jalan terbaik di dalam menjalani kehidupan ini adalah dengan selalu memohon kepada Allah agar kita selalu dibimbing ke jalanNya, dirahmatiNya dengan saat-saat ijabah di mana Allah menutupi hajat hidup yang kita.
Guru Mursyid kami Kyai Muhammad Arja’en mengatakan bahwa pada kehidupan yang kita butuhkan hanyalah 5 hal yaitu; berkah, selamet, perlu pakai ada, nikmat dan sehat, selebihnya hanyalah angan-angan !!!.
Allah Ta’ala berfirman:
…وَمَن يَعْتَصِم بِاللّٰهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٠١﴾ ۞
“…Dan barangsiapa yang berpegang teguh dengan tali agama Allah maka sungguh ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imran [3]: 101)
Dialah Dzat yang hati-hati manusia berada di antara dua Jari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga segala kendali, segala urusan berada di kedua tanganNya dan segala perkara kembali kepada Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã. Karena dengan selalu mencari rahmat Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã bisa jadi seseorang mendapatkan waktu yang waktu itu turun rahmat Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã.
Dalam sebuah Atsar disebutkan bahwasanya sesungguhnya Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã mempunyai waktu-waktu yang pada waktu-waktu tersebut turun rahmat Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã. Maka berusahalah untuk mencari waktu tersebut dan mintalah kepada Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã untuk menutup aurat kita sekalian dan mengamankan rasa takut dari diri kita.
Dan dengan selalu berusaha berdoa mencari waktu-waktu turun rahmat tersebut, bisa jadi seorang mendapatkan waktu tersebut yang mana waktu itu tidaklah seorang berdo’a kepada Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã kecuali Allah mengabulkan permintaannya. Maka barangsiapa yang diberikan taufik untuk selalu berdoa kepada Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã, maka pasti dia akan mendapatkan pengabulan dari do’a-do’a tersebut.
Dan janganlah seorang merasa takut, merasa sedih dengan keadaannya pada saat ini. Karena sesungguhnya Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã bermu’amalah dengan hamba-hambaNya dengan cara yang tidak seperti cara makhlukNya. Karena tidak ada yang sama dengan Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã dalam sifat-sifatNya. Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã tidaklah menghalangi seseorang dari sesuatu kecuali Allah ingin memberinya, tidaklah Allah membuatnya sakit kecuali Allah ingin menyembuhkannya, tidaklah Allah membuat dia fakir kecuali Allah ingin memberikannya kekayaan, tidaklah Allah mematikannya kecuali Allah ingin menghidupkannya, dan tidaklah Allah mengeluarkan kedua orangtua manusia dari surga kecuali Allah ingin mengembalikan keduanya dalam keadaan yang lebih sempurna.
Dan Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã memberi nikmat kepada hambaNya dengan cara mengujinya, memberinya dengan cara menghalanginya, memberinya kesehatan dengan cara memberinya penyakit. Dan janganlah seseorang merasa sedih dalam keadaan yang menimpanya kecuali keadaan tersebut adalah keadaan yang membuat Allah murka dan membuatnya jauh dari Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã.
Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullãh bahwa hendaknya seorang hamba selalu mengetahui bahwasanya ada dua perkara yang saling berlawanan, dua hal yang saling tarik-menarik. Ini adalah ujian bagi dia. Perkara yang pertama yaitu perkara yang menariknya kepada tempat yang tinggi. Sehingga dia menjadi orang yang mulia. Dan perkara yang kedua yaitu perkara yang selalu menarik dia kepada hal-hal yang rendah.
Apabila seorang hamba tunduk kepada yang menarik dia untuk naik, maka akan tinggi derajatnya. Sampai dia berada diderajat yang sangat tinggi. Dan apabila dia selalu tunduk kepada perkara yang menariknya kepada maksiat, maka derajatnya akan turun sampai dia berada di tempat yang paling rendah.
Apabila seseorang ingin mengetahui apakah dia selalu naik atau selalu turun, maka hendaklah ia melihat ruhnya di muka bumi ini. Apabila ruhnya tersebut telah berpisah dengan badannya, maka ia akan naik ke atas jika selama di dunia dia selalu mengikuti tarikan yang pertama. Karena seseorang bersama dengan orang yang ia cintai secara akal. Dan setiap orang yang suka terhadap sesuatu, maka ia akan selalu mengikuti perkara tersebut. Dan setiap orang selalu mengamalkan apa yang ia sukai.
Allah Subhãnahu wa Ta’ãlã berfirman:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ… ۞
“Katakanlah: “Tiap-tiap orang beramal sesuai dengan keadaannya masing-masing”…” (QS. Al-Isra’ [17]: 84)
Hati-hati yang mulia akan selalu tertarik untuk melakukan perkara-perkara yang mulia. Sebaliknya, jiwa-jiwa yang rendah akan selalu melakukan perkara-perkara yang hina.
Ku akhiri risalah ini dengan do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallãhu ‘alaihi wa Sallam:
اَللّٰهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ، فَإِنَّهُ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang terbaik, yang tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada akhlak terbaik tersebut kecuali Engkau, dan palingkanlah aku dari keburukan perangai yang tidak ada yang dapat memalingkannya kecuali Engkau.” (HR. Muslim)
__________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita