Kemunafikan dan kaum munafikin adalah ancaman yang harus selalu diwaspadai dan tidak boleh lengah terhadapnya barang sedetik pun. Mereka adalah musuh dalam selimut dan samar makar jahatnya. Karena itu peringatan demi peringatan Allah firmankan agar kita selalu waspada dan bersikap ekstra “melotot” dalam membidik setiap gerak-gerik dan aktifitas berbahaya yang terselubung kemunafikan dan kaum munafikin!
Di masa hidup Nabi saw. wahyu suci selalu turun memperingatkan kaum Muslimin akan bahaya kaum munafikin…. Kendati demikian, mereka tidak segan-segan beraksi dan tidak sedikit pula di antara para sahabat (yang bukan munafik) tertipu oleh penampilan mereka, dan akibatnya menganggap mereka Mukmin sejati yang harus dicintai dan dibela serta dijaga kehormatannya.
Ayat-ayat Al Qur’an telah banyak mengungkap fenomena kemunafikan dan kaum munafikin serta ketertipuan sebagian sahabat Nabi saw. oleh penampilan palsu mereka.
Dalam artikel ini bukan bermaksud membicarakan ayat-ayat tentang kemunafikan dan kaum munafikin… Tetapi yang menjadi fokus pembicaraan di sini adalah sisi kesamaan dan perbedaan antara kaum munafikin di zaman kenabian dan kemunafikan dan kaum munafikin sepeninggal Nabi saw. yang boleh jadi orangnya ya itu itu juga … tetapi aksi mereka yang akan kita soroti. Tentu dengan panduan stitmen para sahabat Nabi saw. yang lebih mengenal apa dan bagaimana aktifitas kemunafikan dan kaum munafikin.
Pertama-tama perlu dipertegas di sini adalah bahwa fenomena kemunafikan dan kaum munafikin tidak berakhir dengan wafatnya Rasulullah saw. Jika ada yang beranggapan demikian maka ia benar-benar tidak memahami apa itu kemunafikan dan kaum munafikin. Sebagaimana boleh jadi fenomena kemunafikan sudah muncul dan ada sejak fase Mekkah. Karena motifasi kemunafikan tidak semata rasa takut, tetapi ada sederetan faktor yang mendorong seseorang untuk bermunafik.
Kesaksian Siti Aisyah bahwa Kemunafikan dan kaum Munafikin Menampakkan batang Hidung Mereka Sepontan Setelah Wafat Nabi saw.
Imam al Baihaqi meriwayatkan dalam kitab as Sunan al Kubrâ,8/199; Kitâbul Murtad, Abdurrazzâq dalam al Mushannaf, 8/574, adz Dzahabi dalam Târiîkh al Islam,3/28 dan para ulama lain dari Siti Aisyah ra., ia berkata:
لما توفي النبي (ص) إشرأبَّ النفاق بالمدينة
“Ketika Nabi saw. wafat kemunafikan di kota Madinah memunculkan diri.”
Pernyataan Siti Aisyah di atas adalah bukti bahwa dengan wafatnya Rasulullah saw. kemunafikan makin berani menampakkan kepalanya dan kaum munafikin pun merasa bahwa suasananya telah berubah dan mereka bisa bernapas legah dan tidak harus repot-repot menyembunyikan kemunafikan mereka.
Kenyataan ini dipertegas oleh sahabat Hudzaifah bin al Yamân seperti di bawah ini:
Kata Hudzaifah bin al Yamân: Kaum Munafikin Masa Sahabat Lebih Jahat dari kaum Munafikin Masa Hidup Nabi saw.
Hudzaifah bin al Yamân berkata:
إنَّ المنافقين اليومَ شَرٌّ منهم على عهد النبي (ص). كانوا يومئذٍ يُسِرُّن و اليومَ يجهَرون
“Sesungguhnya kaum munafikin hari ini (zaman para sahabat/para Khulafa’_red) lebih jahat dibanding di zaman Nabi saw. Dahulu (di masa Nabi) mereka merahasiakan kemunafikan sedangkan sekarang mereka berterang-terangan dengan kemunafikannya.”
Demikian diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya,8/100, Kitabul Fitan, Bab Idzâ Qâla ‘Inda Qaimin Syaian Tsumman Kharaja Faqâla bi Khilâfihi/Kitab tentang Fitnah, Bab: Jika seorang berkata di hadapan satu kaum sesuatu dan ketika ia keluar mengatakan yang bertentanganya dengannya. Al Baihaqi juga meriwayatkannya dalam as Sunan al Kubrâ,8/200, Kitâbul Murtad dan juga para ulama lain.
Dan selain dua data di atas masih banyak data-data lain yangt disampaikan Hudzaifah dan para sahabat lain tentang kemunafikan pasca wafat Nabi saw. dan bahaya yang muncul dari mereka…
Dan yang tidak kalah penting berbahayanya adalah bahwa tidak sedikit dari mereka yang mendekatkan diri kepada para penguasa dan dipercaya menjadi aparatur pemerintahan, dan sebagian dari mereka dipercaya memimpin satu pleton pasukan mujahidin yang bertugas menaklukan daerah-daerah non muslim.
Maka dengan demikian samarlah kemunafikan mereka dan meleburlah mereka dengan masyarakat Muslimin tanpa dikenal jati diri mereka… bahkan sebagian dari mereka menjadi pemuka agama.
Dan adalah kebijakan politik pemerintahan Khalifah Umar bin al Khaththab ra. terhadap para munafikin adalah mempercayakan kepada mereka urusan administrasi Negara… Khalifah Umar menunjukkan sebagian dari mereka sebagai petugas pengumpul zakat, shadaqah dan sebagian lainnya diangkat sebagai Gubernur… dalam hemat Khalifah Umar, seorang fajir/cacat morol tetapi ia kuat dalam menjalankan tugas kenegaraan itu lebih baik dan bisa diandalkan. Dan atas dasar tersebut Khalifah Umar menunjuk Mughîrah bin Syu’bah sebagai Gubernur wilayah Kufah/Irak dan Amr bin al Âsh sebagai Panglima pasukan yang menaklukan Mesir dan kemudian menunjuknya sebagai Gubernur Mesir serta menunjuk Mu’awiyah sebagai Gubernur wilayah Syam.
Kebijakan politik dan Administrasi Pemerintahan itu beliau kaidahkan dengan ucapan beliau:
نَستعينُ بقوةِ الْمنافقِ و إثمُه عليه
“Kami meminta bantuan kekuatan si munafik dan dosanya biar ditanggung sendiri.”
Demikian diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf,7/267, al Baihaqi dalam as Sunan al Kubrâ,9/36 dan al Muttaqi al Hindi dalam Kanzul ‘Ummâl,4/614.
Tetapi ketika beliau sendiri menyadari dampak bahaya dari keberadaan kaum fuffâr dan munafikin di posisi-posisi strategis pemerintahan beliau bermaksud mengganti mereka dengan kaum Shalihin dari kalangan sabahat… dan ketika mereka mengetahui niat Khalifah Umar mereka segera merencanakan pembunuhan Umar dengan meminjam tangan seorang budak Persia.
Pemuka suku Quraisy mulai merasakan bahwa kebijakan-kebijakan Khalifah Umar mulai menyebalkan dan membahayakan mereka. Sya’bi bertutur: “Umar ra. tidak mati sehingga suku Quraisy muak terhadapnya.” Demikian dilaporkan Imam ath Thabari,3/426 tentang peristiwa tahun 35 H.
Umar Menuduh Adanya Konspirasi Para Tokoh Quraisy (Khususnya Bani Umayyah) Dalam Pembunuhan Terhadapnya
Dari atas ranjang ketika ia dibaringkan setelah ditikam dengan sebilah belati tajam, Khalifah Umar mengarahkan telunjuk tuduhannya atau setidaknya kecurigaannya akan keterlibatan para sahabat (Quriasy) dalam menghabisi nyawanya… Khalifah Umar ra. berkata;
عَن مللإٍ منكم و مِشورَةٍ كان الذي أصابني
“Sepengetahuan kalian dan sesuai rembukan kalian-lah apa yang menimpa saya ini.”
Maka para sahabat itu mengelak dan bersumpah menolak keterlibatan mereka dalam pembunuhan Khalifah Umar.
Demikian dilaporkan Imam Abdurrazzâq dalam kitab al Mushannaf,10/357, Ibnu Abdil Barr dalam al Istî’âb,3/1153-1154, Ibnu Sa’ad dalam ath Thabaqât,3/348, Ibnu Asâkir dalam Târîkh Damaqus,44/420 dll.
Jadi memang benar bahwa keberadaan kaum munafikin sangat berbahaya… dan mereka tidak boleh diberi peluang barang selubang jarum pun untuk terlibat dalam urusan umat Islam… karena pasti mereka akan beraksi menjalankan agenda kemunafikan…. merusak ajaran Islam dengan nama agama… menggiring umat Islam ke neraka Jahannam dengan nama pengikut Salaf Shaleh! Sementara Salaf Shaleh dalam kamus mereka adalah kaum munafik dan para tiran… sedangkan para sahabat sejati hanya dijadikan dekor untuk memukau kaum lemah pikiran dan mustadh’afin.
Semoga Allah menyelamatkan kita dari kejahatan dan tipu muslihat kaum munafikin dan antek-antek mereka yang bekerja siang-malam untuk memecah belah kesatuan barisan umat Islam dengan nama agama… membela mazhab Salaf Shaleh dan slogan-slogan palsu menipu lainnya. Amin ya Rabbal Alamin.
Oleh: Abusalafy