“Setiap kita punya peran masing-masing dalam panggung kehidupan.”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillâhirrahmânirrahîm
Wasshalâtu wassalâmu ‘alâ Muhammadin wa âlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inâyatil ‘âmmati wal-hidâyatit tâmmah, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah, dalam sebuah lagu Tempo Dulu seorang penyanyi Ahmad Albar pernah mendendangkan sebuah lagu dengan judul Dunia Panggung Sandiwara :
Kita bisa mengambil peran sebagai tokoh yang baik, sebaliknya kita juga bisa mengambil peran tokoh jahat dan tokoh pendamai antar keduanya.
Pertanyaan sang penyanyi; “mengapa kita bersandiwara?” Dalam lagu tadi telah dijawab Allah dalam firmanNya.
Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 30;
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ۞
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dengan jawaban Allah dalam firmanNya tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sesungguhnya kita ini Tokoh Utama (khalifah) yang berperan dalam panggung sandiwara dunia. Sementara Allah Sang Sutradara Sandiwara merahasiakan jalan cerita kehidupan sesuai dengan firmanNya :
قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ۞
“Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dengan rahasia Sang Sutradara (Allah), kita sebagai pemainnya kadang menjadi bingung, resah, marah, kadang frustasi dalam peran masing-masing. Dalam panggung sandiwara dunia kita sering gelisah karena kekurangan uang, tidak tercapai cita-cita, tujuan yang menjadi berantakan, tidak bahagia dalam berumah tangga, timbul perang, saling memaki, saling ghibah, merasa diri unggul dari sesama atau sebaliknya merasa diri murung dan rendah diri dll.
Akhir dari episode-episode pertunjukan sandiwara itulah yang dinamakan takdir, kalau kita menyadari hal itu, maka di dunia ini kita akan selalu berbahagia.
Apalagi apabila kita menyadari hadits Rasulullah SAW yang telah bersabda:
أَجْمِلُوْا فِيْ طَلَبِ الدُّنْيَا فَإِنَّ كلًّا مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ مِنْهَا (أخرجه ابن ماجه (2142))
“Berlaku baiklah dalam mengejar dunia, karena setiap orang akan dipermudah atas apa yang telah ditentukan untuknya.” (HR. Ibnu Majah)
Akhirnya, “Panggung Sandiwara Dunia” itu akan ditutup dalam sebuah ketentuan tentang takdir :
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللّٰهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ۞
Qul lay yuṣhībanā illā mā kataballāhu lanā, huwa maulānā wa ‘alallāhi falyatawakkalil mu`minụn
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”.
Jadi, mengapa kita harus gelisah kalau kita memahami bahwa kata “The End” dalam film-film itu berarti juga :
…إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ۞
…Innã lillãhi wa innã ilaihi rãji’ûn.
“… Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya lah kita semua akan kembali” (QS. Al-Baqarah [2]: 156)
Yang bisa diterjemahkan secara batin bahwa diri kita, jalan hidup kita, tema-tema dari sandiwara kehidupan kita, pemeran-pemerannya, panggung sandiwara, alunan musik pengiringnya, skenario-skenarionya termasuk akhir ceritanya semua dari Allah, dinilai oleh Allah, dan kembali kepadaNya jua.
Teman baikmu adalah pemeran figuran dalam Sandiwara Hidupmu, maka carilah teman baik, bergaullah, bersilaturahimlah, dan tebarkanlah kasih sayang serta saling menasehatilah di antara kalian.
Teman yang baik adalah yang menjadi sahabat sejati, baik dalam sedih ataupun suka. Mereka tidak hanya menolong dalam kesusahan, tetapi juga menjadi pengingat ketika kita salah, menjadi pendorong semangat dalam kebaikan dan ketakwaan. Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar kita memilih teman yang shalih, yaitu yang beriman dan berakhlak mulia.
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإمَّا أنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحاً طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحاً مُنْتِنَةً
“Sesungguhnya teman baik dan teman yang buruk itu diibaratkan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi dapat memberikan wewangian untukmu, engkau membelinya, atau engkau mendapatkan aroma wangi darinya. Adapun pandai besi bisa jadi membakar pakaianmu atau engkau mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.”
Akhirul kalam :
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار ۞
Rabbanã ãtinã fid-dunyã hasanah wa fil-ãkhirati hasanah, wa qinã ‘adzãban nãri
“Ya Tuhan kami, berilah kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan. Serta peliharalah kami dari siksa neraka.”
_____________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita