“Saat-saat kesulitan seorang salikin itu adalah merupakan sebagai hari raya nya bagi seorang salikin/murid”.
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Sahabat yang sangat aku kasihi, sesungguhnya jiwa manusia tidak akan kosong dari kondisi keterikatan dengan sesuatu. Sebagian manusia ada yang rabithah (terikat jiwanya) dengan harta semata, ada yang jiwanya terikat dengan pekerjaannya, ada yang terikat dengan lawan jenis, dan lainnya.
Rabithah merupakan ajaran dalam thariqah Islam, bertujuan supaya menggantikan gambaran-gambaran dan ikatan-ikatan di atas dengan menggambarkan dan mengikatkan jiwa kepada Allah maupun RasulNya, untuk memudahkan hal tersebut maka sudah selayaknya rabithah pada orang yang menjadi wali Allah dari mursyid pembimbing ibadahnya.
Sesuatu apapun yang ada dalam Hati kita selain dari Allah SWT akan menjadi persoalan bagi kita dan akan masuk ke dalam “sakit” lahir maupun batin. Jika ingin “sehat” maka lepaskanlah, bersihkanlah segala macam sampah-sampah dari hati kalian. Dunia dikatakan sampah karena memang akan mengotori hati dan jiwa kita. Jika rumah (hati) bersih dari sampah maka akan nyaman, sehat.
Sahabatku sayang, sesungguhnya Allah tidaklah memerintahkan kita untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, tidak juga kedudukan setinggi-tingginya, tidak juga mengejar urusan keduniaan secara berlebihan. Namun Dia Yang Maha Suci memerintahkan kita untuk membersihkan Qalbu kita agar Allah dengan kesucianNya bisa menempatinya. Maka dari itu Rasulullah SAW bersabda:
النَّظَافَةُ مِنَ الْإيْمَانِ
“Kebersihan adalah Sebagian dari Iman”
Juga tersebut dalam Hadist Qudsi:
قَلْبُ الْمُؤْمِنِ بَيْتُ اللّٰهِ
Qalbul mukmini Baitullah
“Qalbu orang yang beriman itu adalah Rumah Allah”.
Orang yang bersih hatinya itu mudah memaafkan, tidak mudah marah, selalu menerima apa yang Allah SWT berikan sehingga menjadi nyaman dan tentram hidupnya. Membersihkan hati dan jiwa itu penting. Tatkala terbiasa memandang segala sesuatu dengan “syuhud” dan “musyahadah” maka menjadikan kita tidak mudah marah. Tatkala sudah mengambil maaf maka akan terasa nikmat. Orang tidak akan mudah mengambil maaf jika tidak mengkaji tauhid dan hakekat karena untuk memandang/memaafkan seseorang harus menekankan bahwa segala sesuatunya itu datang dari Allah SWT.
Mursyid kami yang mulia Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari telah berkalam di dalam Kitab Al Hikam:
كَيْفَ يَشْرُقُ قَلْبٌ صُوَرُ اْلأَكْوَانِ مـُــنْطَبِعَةٌ فيِ مِرْآتِهِ، أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إِلىَ اللّٰهِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بشِهَوَاتِهِ، أَمْ كَيْفَ يَطْمَعُ أَنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللّٰهِ وَهُوَ لَمْ يَـتَطَهَّرْ مِنْ جَنَابَةِ غَفَلاتِهِ أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ أَنْ يَفْهَمَ دَقَائِقَ اْلأَسْرَارِ وَهُوَ لَمْ يَـتـُبْ مِنْ هَفَوَاتِهِ
“Bagaimana qalb akan bersinar sementara gambaran-gambaran dunia masih terlukis pada cermin qalb; atau bagaimana seseorang akan berjalan menuju Allah sementara ia masih terikat oleh syahwat-syahwatnya; atau bagaimana seseorang akan gandrung untuk memasuki hadirat Allah sementara ia belum bersuci dari janabat kelalaian-kelalaiannya; atau bagaimana seseorang mengharap dapat memahami rahasia-rahasia yang halus sementara ia belum bertaubat dari ketergelincirannya?”
Syarah:
Selama hati kita masih khawatir dengan dunia, khawatir dengan rizki, khawatir dengan hari esok, itu adalah dalil bahwa gambaran dunia masih melekat pada cermin qalb. Tidak ada perintah dalam Al-Quran untuk mencari rizki sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, Al-Quran mengatakan berinvestasilah dengan iman dan amal shalih, maka baginya hayatun thayyibah.
Qana’ah, atau merasa cukup menerima apapun yang Allah anugerahkan hari ini, adalah sebuah ahwal. Orang qana’ah pasti akan jernih hatinya. Sementara orang yang tidak menerima apa yang diberikan Allah kepadanya pasti akan diwarnai oleh banyak tuntutan, banyak keinginan. Ingin perubahan keadaan lahiriyah, namun tanpa disadari dorongan itu berasal dari hawa nafsu yang menggebu. Orang yang seperti itu pasti memiliki badai di dalam hatinya. Hatinya akan beriak, tidak ada gambaran langit yang terlihat, yang nampak hanyalah gambaran dari hawa nafsunya saja.
Menginginkan karunia Allah tentu diperbolehkan, namun bagi setiap orang ada kadarnya. Kalau melampaui batas, menginginkan hingga menggebu dan mengejarnya sekuat tenaga berarti itu didorong oleh hawa nafsu. Kita harus belajar ridha dengan qadha-Nya karena ridha dengan ketetapan Allah adalah sumber kebaikan.
Allah SWT berfirman dalam hadist Qudsi: “Pergilah pada hambaKu lalu timpahkanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya”
Aku akhiri risalah ini dengan do’a:
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَآءَ وَالْبَلَآءَ وَالْوَبَآءَ وَالْفَحْشَآءَ وَالْمُنْكَرَ وَالشُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَآصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Allaahummadfa’ ‘annal ghalaa-a, wal balaa-a, wal wabaa-a, wal fahsyaa-a, wal munkara, was-suyuufal mukhtalifata, wasy-syadaa-ida, wal mihana maa zhahara minhaa, wa maa baathana min baladinaa haadzaaa khaassatan, wa min buldaanil muslimiina’aammatan. Innaka’alaa kulli syai’in qadiir.
“Ya Allah, hindarkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemungkaran, sengketa yang beraneka. kekejaman dan peperangan, yang tampak dan tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. Sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
__________
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita