Saya sangat gembira karena selama ini, pertama kali mengetahui sosok Des Alwi dari almarhum bapak saya maupun koran dan media televisi. Almarhum bapak saya termasuk mengidolakan Des Alwi. Ia selalu menceritakan sosok Des Alwi yang komplet, sejarahwan dan pelaku sejarah.
Sebenarnya Rachmad Yuliadi Nasir pernah menulis di Kompasiana dengan judul “Des Alwi, Tokoh Sejarah Kini Berusia 84 tahun” (30 November 2009). Ia menulis dari ketokohan Des Alwi, tapi saya mencoba menulis dari pengalaman Pak Des Alwi dalam menjalankan tugas negara termasuk operasi intelijen.
Putra Banda Naira ini tokoh langka yang ikut tiga jaman: Orde Lama (Soekarno), Orde Baru (Soeharto) dan Reformasi (Gus Dur, Megawati dan SBY).
Kalau jaman sekarang banyak sejarahwan, itu hanya dipelajari di bangku kuliah sampai mencapai gelar doktor bidang sejarah bahkan tamatan luar negeri, tapi belum pernah merasakan apa yang dipelajari di universitas.
Kebetulan pertemuannya di kantor Pak Des Alwi di Yayasan 45 Jl Narada 36 Tanah Tinggi. Menurut Mas Anto, Pak Des mengajak ketemuan jam 4 sore. Tapi jalanan macet sampai di kantornya jam 16.30.
Saat memasuki ruangan Pak Des Alwi, nampak puluhan pita film seloloid dokumenter yang kurang tertata rapi di ruangan. Walaupun usianya sudah menginjak 85 tahun, Pak Des Alwi masih nampak sehat.
Di ruangannya, beliau pun masih mengetik dengan komputer beberapa naskah maupun mengedit beberapa film dokumenter. Ia pun nampak tidak gaptek, beberapa kali ia mengirim email dan menjawab pesan pendek.
Di mejanya nampak kopi maupun makanan yang menggugah selera (pizza, roti, kacang goreng). Kalau untuk seumuran Pak Des Alwi, makanan tersebut larangan dari dokter, tapi beliau nampak menikmati saja, sambil mempersilahkan saya mengambil makanan itu.
Ia pun masih menikmati sate kamping maupun makanan yang berkolesterol tinggi. Menurut Des Alwi, kalau pergi ke Surabaya, pasti menyempatkan ke warung sate kambing kesukaannya.
Saya pun menanyakan resep kesehatannya. “Olah raga renang dan menyelam yang membuat badannya sehat. Dan suka minum jamu,” katanya.
Ia selalu mengontrol kesehatannya setiap bulan. “Saya periksa gula, jantung, kolesterol. Alhamdulillah normal semua,” ungkapnya.
Saya pun terkejut saat Pak Des Alwi mengungkapkan bahwa di badannya masih terdapat serpihan mortir. Ia mengetahuinya saat dokter RS Mount Elizabeth Singapura hendak melakukan operasi prostat.
Di depan mejanya terdapat televisi besar berukuran kira-kira 30 inc. Ia mengatakan kalau ada tamu yang datang bertanya tentang sejarah tinggal menyalakan tv tersebut.
###
Foto Dokumen: Antodiran
Bertemu dengan Pak Des Alwi seperti sejarahwan berjalan. Semua peristiwa sejarah masih diingatkannya betul. Saya pun menanyakan kedekatan beliau dengan tokoh Malaysia maupun isu tentang beliau dalam menjalankan operasi intelijen maupun isu terkini terkait hubungan Malaysia khususnya Ambalat.
Dengan bahasa Indonesia dialeg Ambon dan diselingi bahasa Inggris, Pak Des Alwi menceritakan berbagai peristiwa masa lalu. Matanya menerawang seolah-olah mengingat sesuatu.
Ia pun menceritakan kedekatannya dengan tokoh Malaysia seperti mantan PM Malaysia Tunku Abdul Razak karena temannya sewaktu sekolah di Raffles College, London. Karena kedekatan ini juga ia membantu Malaysia dalam memenangkan UMNO dalam Pemilu Malaysia 1974.
Menurut pengakuannya, PM Tun Abdul Razak datang ke Indonesia meminta Pemerintah RI (Era Presiden Soeharto) untuk mendatangkan rakyat Indonesia ke Malaysia untuk mendukung pemilu Malaysia sehingga UMNO yang etnis Melayu agar menang besar dalam pemilu.
Kemudian Ia dan Pitut Suharto atas perintah Jenderal Benny Moerdani mulai mendatangkan 800 orang Indonesia ke Sabah. 800 pertama orang tersebut adalah ahli matematika.
“Warga Malaysia sangat terkejut ketika warga Indonesia yang datang menggunakan Hercules dan pilotnya orang Indonesia,” kata Des Alwi.
Selain itu, mendatangkan TKI yang secara diam-diam diresmikan menjadi warga negara Malaysia. Dan ternyata operasi ini berhasil UMNO memenangkan pemilu dengan 67 persen.
Kata Des Alwi konsep ekonomi Malaysia berasal dari Soemitro Djoyohadikusumo yang sampai sekarang masih dianut Malaysia. Negara jiran ini juga membantu Indonesia dalam merebut Timor Timur ke dalam NKRI.
“Kepala Intelijen Malaysia waktu itu dijabat Tun Abdul Razak (teman sekolah Des Alwi di London) meminta presiden Soeharto segera mengambil Timor Timur karena ada kekhawatiran para eks PKI berkumpul di Tim-Tim dan menyusup ke Malaysia,” sergah Des Alwi.
Akhirnya pihak AS menyetujui menyerang Timor Timur dengan syarat tidak menggunakan senjata NATO. “kita putuskan, pakai senjata dari Malaysia saja. kemudian menggunakan senjata Israel,” kata Des Alwi.
Kata Alwi operasi ini dipegang penuh Benny Moerdani yang baru pulang dari Konsul Jenderal di Korea. Des Alwi hanya bertugas mempertemukan para pemimpin bangsa Indonesia termasuk Benny Moerdani, Tan Sri Gazali, dan pimpinan Apodeti/UDT. Mario Carrascalao.
Dari mulut Des Alwi mengutarakan saat terjadi konfrontasi dengan Malaysia pada 1965, sudah ada upaya operasi khusus perdamaian yang dilakukan angkatan darat di bawah Jenderal Ahmad Yani. Operasi ini tanpa sepengetahuan Presiden Soekarno. Kebetulan Des Alwi tinggal di Malaysia.
Des Alwi pun menghubungi Tan Sri Ghazali Syafei, kepala intelijen Malaysia. Para pejabat Malaysia pun senang ada inisiatif elit Indonesia yang ingin berdamai dengan Malaysia.
Ternyata operasi khusus ini bocor di tangan Presiden Soekarno. Dan yang membocorkan adalah Soekendro, orang Soebandrio. Padahal Soebandrio mendukung habis kebijakan konfrontasi dengan Malaysia.
Bahkan Presiden Soekarno menuduh Jenderal Ahmad Yani dan angkatan darat dengan dagangan yang menjual negara.”Bung Karno menuduh saya sebagai petualang, kalau sekarang oportunis gitu.”
Tapi upaya mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia cukup berhasil di saat situasi Presiden Soekarno sudah dalam posisi lemah (Pasca G 30 S PKI). Maka diadakan operasi khusus di bawah Ali Moertopo.
Des Alwi sendiri mendapat tugas melakukan lobi terhadap Tun Abdul Razak dan Tan Sri Ghazali Syafi’i. Setelah diadakan pertemuan intens, akhirnya berhasil mengundang PM Tun Abdul Razak ke istana negara bertemu Presiden Soekarno.
Kata Des Alwi walaupun kedua negara ini dalam keadaan konflik. Pertemuan kedua pemimpin negara serumpun ini begitu cair. Presiden Soekarno menawarkan makanan khas Indonesia, klepon dan onde-onde.
Apa yang diceritakan Des Alwi dibuktikan dengan pemutaran peristiwa tersebut dalam film dokumentar. Saya pun sangat takjub dengan film tersebut. Saya hanya bisa membatin hebat benar Pak Des Alwi dalam berdiplomasi.
###
Cerita Des Alwi tidak habis-habisnya. Dari Malaysia, Pria kelahiran 17 November 1927 beralih ke Filipina. “Mungkin Ananda tidak mengetahui kalau saya berkawan baik dengan Benigno (Ninoy) Aquino istri Cory Aquino (mantan presiden Filipna yang menjatuhkan Marcos).”
Ia pun berusaha menyelundupkan Ninoy ke Filipina saat Marcos masih berkuasa. Pada 1983 Ninoy menghubungi Des Alwi ingin masuk ke Manila dari Jakarta, padahal waktu itu penerbangan Garuda hanya Kinibalu-Jakarta. Tapi sebagai kawan dekat Alwi mengusahakan.
Ia mengusahakan dengan menaruh nama palsu, tapi orangnya tidak ada. Tapi usaha ini akhirnya gagal. Dalam perkembangannya justru Ninoy tertembak di bandara Manila.
Karena kedekatan dengan Cory maupun kolonel Gregorio Honasan, Des Alwi mendapat informasi pertama kali tentang akan kejatuhan Marcos.
Selanjutnya ia mengatakan sama Benny Moerdani akan kejatuhan Marcos. Benny berbalik menanyakan kevalidan informasi itu. Tidak lama, informasi ini benar.
Dari informasi ini, Benny mengundang Des Alwi dan meminta terbang ke Manila, karena Pemerintah Indonesia ingin tahu perkembangan politik di Manila. Benny menaruh uang US$ 7.000.
Justru Des Alwi mengatakan uang sejumlah itu terlalu sedikit. Kemudian Benny menambahkan US$ 10.000, tapi penawaran itu hanya guyonan Des Alwi, karena tugas negara tidak dinilai dengan uang.
Akhirnya ia terbang ke Manila bertemu dengan Kolonel Honasan, Fidel Ramos dan Cory Aquino. Dan situasi itu Manila sudah menunjukkan kejatuhan Marcos. Ia datang ke Manila sebagai seorang wartawan.
Era Cory Aquino hubungan dengan Indonesia sempat kurang mesra karena diakhir kekuasaan Marcos, Indonesia membantu pesawat terbang untuk membasmi pemberontakan komunis.
Untuk memulihkan hubungan kedua negara, Des Alwi diutus menemui Cory Aquino. Dengan gaya diplomasi yang khas Des Alwi bisa memecahkan hubungan yang agak renggang.
“Saya bisa mengajak dansa, minum atau pertemuan informal lainnya. Selain itu saya bertanya tentang anak-anaknya. Dari situ mulai terbuka hatinya,” ungkapnya. Persahabatan dengan berbagai tokoh dunia beliau baktikan untuk bangsa Indonesia.
Politik terkini dengan Malaysia pun tidak luput dari perhatiannya terutama hubungan dengan Ambalat. Menurutnya kasus Ambalat itu hanya dibesar-besarkan media Indonesia, padahal ambalat itu hanya batu karang bukan pulau.
Kata Des Alwi sengketa perbatasan di kawasan kaya minyak dan terumbu karang itu nyaris menimbulkan perang karena ulah satu negara Eropa yang membawa kepentingan satu perusahaan raksasa minyak yaitu Shell yang ingin mendapatkan konsesi Ambalat. “Kasus Ambalat politik adu domba gaya baru prokapitalisme global di Ambalat,” ungkapnya.
Diakhir obrolan dengan Des Alwi memutar film langka yang mendokumentasikan detik-detik Soekarno ketika ‘dipaksa’ keluar dari Istana Negara. Saat itu Soekarno bercelana panjang dan berbaju singlet saja. Tampak juga Soekarno tengah membagi-bagikan dasi miliknya kepada para wartawan sebagai kenangan-kenangan.
Terima kasih Pak Des Alwi
Salam Kompasiana………