Home / Budaya (page 19)

Budaya

October, 2016

  • 30 October

    Alienasi manusia modern dan Ki Ageng Suyomentaram (1892 – 1962)

    Tidak banyak orang masa kini  yang mengenal nama Ki Ageng Suryomentaram, seorang filsuf Jawa yang memiliki sumbangsih besar dalam pemikiran tentang hakikat kepribadian manusia. Meski namanya sempat disinggung di kalangan psikologi di Indonesia dan beberapa peneliti telah menggunakan ajaran beliau sebagai sumber menyusun model teoritik penelitiannya, reputasi Ki Ageng Suryomentaram ...

  • 28 October

    Makrifat Suryomentaraman

    “RUMAOS LERES punika, yen dipun ucapaken utawi dipun serat, temtu kirang candra langkung warna. Awit saking gaibipun, sampun ingkang pacakan manungsa, sanajan malaikat Mukarabin, boten sumerep. … tiyang ingkang wonten ing sak-intiping naraka TANSAH RUMAOS LERES.” (Buku ‘LANGGAR’) Kejernihan Ki Ageng Suryomentaram dan Rabindranath Tagore Kejernihan Ki Ageng Suryomentaram dan ...

  • 8 October

    Sebab dan Akibat

    Ki Ageng Suryomentaram Sebab dan akibat merupakan kelanjutan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain yang berurutan dalam dimensi waktu. Peristiwa yang pertama disebut sebab, dan peristiwa berikutnya disebut akibat. Jadi peristiwa pertama dianggap menimbulkan peristiwa berikutnya. Misalnya cangkir jatuh lalu pecah. Jatuh dinamakan sebab, sedangkan pecah dinamakan akibat. Jadi ...

  • 8 October

    Ilmu Jiwa Kramadangsa (4)

    Ki Ageng Suryomentaram BAGIAN IV Catatan-catatan yang lain pun semua dapat keliru, tetapi tidak akan saya terangkan satu persatu, karena akan makan banyak waktu. Selanjutnya saudara-saudara dapat meneliti bersama-sama kawan-kawan lain, atau dengan saudara-saudara yang baru mendengarkan sekarang. Jadi catatan-catatan yang berjuta-juta banyaknya dalam diri kita sendiri dapat keliru. Bila ...

  • 8 October

    Ilmu Jiwa Kramadangsa (3)

    Ki Ageng Suryomentaram BAGIAN III (Bagian ketiga dan keempat disampaikan oleh Ki Ageng Suryomentaram) Tadi sudah diterangkan bahwa Kramadangsa, rasa nama sendiri, ialah pesuruh catatan-catatan; Maka boleh dikata, Kramadangsa ialah budak dari sebelas orang majikan. Setiap gerak-hati sesaat (bhs. Jawa: krenteg) yang muncul dalam rasa, tentu berasal dari rasa-hidup atau dari ...

  • 8 October

    Ilmu Jiwa Kramadangsa (2)

    Ki Ageng Suryomentaram BAGIAN II Sebagai barang hidup, catatan-catatan itu ingin hidup subur, oleh karena jika diganggu, marah, jika dibantu, senang. Bagi binatang, jika diganggu ia akan menggigit, dan jika disayang, bergoyang-goyanglah ekornya. Dalam kelompok catatan-catatan itu, yang kesatu ialah catatan “harta benda“, yang berisi perumahan, tanah, hewan peliharaan, harta ...

  • 8 October

    Ilmu Jiwa Kramadangsa (1)

    Ki Ageng Suryomentaram BAGIAN I (Bagian pertama dan kedua dibawakan oleh Ki Pronowidigdo) Adapun yang saya ceramahkan malam ini adalah llmu Jiwa Gambar Kramadangsa. Ilmu mengenai jiwa orang, dan jiwa adalah rasa. Rasa itu yang mendorong orang berbuat apa saja. Orang bertindak mencari air minum karena terdorong oleh rasa haus, ...

  • 5 October

    Mawas Diri (2)

    Ki Ageng Suryomentaram LATIHAN Orang itu baru merasa ada bila berhubungan, baik berhubungan dengan benda, orang lain maupun dengan rasanya sendiri. Dalam berhubungan itulah orang baru dapat mengetahui diri sendiri. Maka berhubungan itu dapatlah dimisalkan sebagai cermin. Tiap tindakan selangkah, ucapan sekata dan gerak hati sedetik, tentulah orang berhubungan. Tiap ...

  • 5 October

    Mawas Diri (1)

    Ki Ageng Suryomentaram Orang sering merasa kesulitan karena tidak mengerti diri sendiri. Kesulitan tersebut dapat dipecahkan bila orang mengerti diri sendiri. Maka mengetahui diri sendiri dapat memecahkan berbagai macam kesulitan. Pengertian diri sendiri ini disebut “pangawikan pribadi” atau “pengetahuan diri sendiri.” Oleh karena orang itu terdiri atas jiwa dan raga, ...

  • 4 October

    Ukuran Keempat (4)

    Ki Ageng Suryamentaram Rasa benar sebagai penghibur Di sini ada kesukaran dalam perkembangan ukuran keempat, yakni perkembangan rasa untuk menghayati rasa orang lain. Merasa salah itu mengandung rasa berkorban amat besar bagi rasa “merasa benar”. “Merasa benar” inilah yang menjadi gangguan dalam perkembangan ukuran keempat dalam pergaulan. Rasa salah ini ...