“Jangan pernah meninggalkan hitam, bila ingin menjadi putih,” kalimat ini bisa disama istilahkan dengan “Jangan pernah meninggalkan noda hitam, bila ingin tetap bersih.”
Jika ingin menjadi pemimpin, jangan meninggalkan noda hitam. Jika ingin menjadi pemimpin jangan banyak umbar janji. Jika ingin menjadi pemimpin, sadarlah bahwa beban rakyat ada dipundakmu. Bila merasa mampu, silahkan menjadi pemimpin. Bila tidak mampu, katakan tidak mampu.
Memang tak mudah mencari pemimpin yang sadar, bahwa dipundaknya bertengger rakyat. Rakyat dengan berbagai strata ekonomi, kaya dan miskin. Sedangkan pemimpin memiliki kewajiban besar, mensejahterakan negara dan rakyatnya. Bukan malah mensejahterakan dirinya, keluarganya, kelompoknya, partainya dan mensejahterakan orang-orang yang membiayai kampanyenya.
Masa lalu calon pemimpin atau calon presiden, tentu menjadi pertimbangan saya dalam memilih.
Pemilihan Umum Legislatif 2014 hanya tinggal hitungan hari, pemilihan yang akan sangat menentukan partai mana yang akan lolos Parlemen Treshold 20% untuk dapat mengusung capresnya sendiri. Kita harus hati-hati dengan janji-janji kampanye para caleg partai, janji yang tidak bisa kita tuntut sepanjang 5 tahun kedepan.
Setidaknya ada 3 Capres 2014 yang menonjol saat ini, Joko Widodo (Jokowi), Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie (ARB). Sedangkan capres-capres lainnya masih saya akan anggap sebagai cawapres saja, Wiranto-HT cukup saya kasihani dan capres-capres konvensi Partai Demokrat sendiri akan terhalang oleh kekuasaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pemilik tunggal partai.
Jokowi, Capres 2014 dari PDI Perjuangan yang telah dibesarkan oleh media sebagai media darling. Omongannya yang ceplas-ceplos dan strategi blusukannya telah membius rakyat melalui surveior dan menempatkan Jokowi sebagai Capres 2014 terpopuler. Bahkan bisa dikatakan, Jokowi telah menjadi Presiden sebelum pemilu berlangsung.
Tapi langkah Jokowi menuju kursi RI-1 sepertinya akan sedikit terhalang oleh janji komitmennya untuk membenahi Jakarta.
Semua juga tahu, kalau masalah transportasi dan kemacetan di Jakarta belum tuntas diatasi oleh kepemimpinana Jokowi yang baru hitungan belasan bulan saja. Begitu pun soal banjir. Bahkan menjelang pencapresannya, polemik pembangunan Jakarta Monorail merebak dan harus segera diselesaikan oleh Jokowi.
Dihadapan lensa kamera dan juru warta, Jokowi selalu katakan “Gak Mikir… Gak Mikir…, Saya mau fokus urus Jakarta…” ketika para jurnalis menanyakan tentang pencapresannya.
Namun beberapa kalangan aktivis dan politisi menyakini bahwa, Jokowi akan diumumkan sebagai Capres 2014 menjelang pemilu legislatif dan Jokowi akan menjawab dengan kalimat “Atas desakan rakyat dan partai.” Tepat!
Belum lagi soal komitmen Jokowi saat masih menjadi Walikota Solo.
Prabowo, gerakannya sunyi, senyap dan tak banyak berkomentar di media, kecuali di media sosial Twitter. Masa lalunya, lagi-lagi akan menjadi batu ganjalan pencapresannya. Prabowo pernah dituding sebagai penculik aktivis dan pelanggar HAM berat, meski hal itu hingga saat ini belum bisa dibuktikan secara hukum.
Selain itu, perawakan keras dan gaya bicara yang kasar menurut orang-orang yang pernah berhubungan dengan Prabowo, ini juga bisa menjadi ganjalan, tapi bisa juga menguntungkan bagi Prabowo. Rakyat yang membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas, tentu akan memilih Prabowo sebagai Presiden RI 2014-2019.
Baru beberapa hari ini Prabowo mulai aktif muncul di media, itu pun sejak PDI Perjuangan atau Megawati Soekarnoputri merestui dan mengusung Jokowi sebagai Capres 2014 dari PDI-P. Prabowo mengecap Megawati pembohong berdasarkan perjanjian Batu Tulis poin 7 yang ditandatangani bersama antara Megawati dan Prabowo.
Pada poin 7 perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani di Jakarta, 16 Mei 2009 itu tertulis, “Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.”
Meskipun pada perjanjian itu ada pembagian kekuasaan bila saja pada Pemilu 2009 Mega-Prabowo berhasil menjadi pemenang. Prabowo Subianto menentukan nama-nama menteri pada Menteri Kehutanan, Menteri Pertanian, Menteri keuangan, Menteri BUMN, Menteri ESDM, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Hukum dan HAM, dan Menteri Pertahanan.
Aburizal Bakrie, namanya populer bukan karena pencapresannya. Nama ARB populer karena masa lalunya, seperti lumpur Lapindo dan sejumlah penggelapan pajak oleh perusahaan-perusahaannya. Peluangnya untuk menjadi presiden di tahun 2014 ini juga tidak diperhitungkan para pengamat politik.
Lalu bagaimana dengan capres-capres peserta konvensi Partai Demokrat?
Seperti yang saya katakan diatas, bahwa capres peserta konvensi capres Partai Demokrat akan terhalang oleh pemilik partai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Meski Dahlan Iskan selalu berada diposisi terbaik dan Gita Wirjawan diisukan sebagai capres yang sudah dipersiapkan SBY, sepertinya nanti akan bercerita lain.
Saya pernah menulis soal dimana keberadaan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) diantara peserta Capres Konvensi Partai Demokrat. Dipemberitaan-pemberitaan, Ibas selalu terlihat berjalan beriringan dengan Pramono Edhie Wibowo; peserta konvensi yang juga om-nya sendiri, ipar SBY dan adik kandung Bu Ani; ke daerah-daerah. Ibas gencar memperkenalkan Pramono Edhie.
saya yakin, SBY sendiri sadar di tahun 2014 ini partainya tidak akan dapat mengusung capres. Bisa jadi, konvensi capres tersebut hanya akan menciptakan cawapres-cawapres yang akan ditawarkan Partai Demokrat ke capres-capres yang dianggap kuat. Yang saya yakini, SBY akan menjadikan Pramono Edhie sebagai dagangan utamanya.
Demikian cuap-cuap saya kali ini, Salam!