Home / Relaksasi / Renungan / Bintang

Bintang

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Bismillãhirrahmãnirrahîm
Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn“.

Saudaraku yang budiman, alangkah baiknya kita merenungkan ciptaan Allah SWT di alam semesta ini.  Salah satu ciptaan Allah SWT yang paling menakjubkan ketika malam adalah bintang.

Allah SWT berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ۞ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۞

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”. (QS. Ali ‘Imran [3]: 26-27)

Bintang adalah penghias malam yang cerah. Terbit di ufuk timur saat gelap tiba dan terbenam di ufuk barat saat fajar menjelang matahari terbit. Bintang bersinar karena sumber energinya sendiri, bukan pantulan dari objek lain.

Reaksi fusi nuklir di intinya menjadi sumber energi yang melimpah dan mampu menjadikannya bersinar bermilyar tahun. Bintang yang cemerlang sangat menarik perhatian banyak orang, kadang dipertuhankan, seperti bintang Sirius.

Namun kebanyakan bintang kecemerlangannya dianggap biasa-biasa saja. Ketika sendiri seolah tidak punya makna. Tetapi ketika dipandang sebagai suatu kesatuan konstelasi (rasi), maka bintang-bintang itu bisa menjadi petunjuk penentuan musim dan petunjuk arah.

Rasi Orion yang mulai meninggi di ufuk Timur saat shubuh menjadi pertanda mulai masuknya musim hujan di wilayah Indonesia, sehingga petani dahulu mulai menyiapkan lahan untuk menanam. Rasi Salib Selatan bisa menjadi petunjuk arah Selatan. Rasi Ursa Mayor (Beruang Besar) bisa menjadi petunjuk arah Utara.

Bintang tidak selamanya di atas. Ada saatnya muncul, mencapai puncak, dan kemudian secara pasti juga ada saatnya tenggelam. Bintang juga tidak selamanya cemerlang. Awan gelap sering menutupi kecemerlangannya, kemudian kadang dianggap tidak ada lagi karena terhalang mendung yang pekat. Awan tak bisa dihindarkan, tergantung gerak angin yang membawanya. Namun, saat ini polusi udara dan polusi cahaya juga mengganggu kecemerlangannya. Polusi bisa melenyapkan cahayanya.

Ayat-ayat kauniyah di alam raya itu punya banyak makna yang bisa kita ambil hikmahnya untuk direnungkan. Simbol bintang sering digunakan untuk penghargaan atas prestasi seseorang. Prestasi kepemimpinan juga sering dilambangkan dengan bintang. Semakin banyak bintangnya, menandakan semakin tinggi perhargaan dan kepemimpinannya yang ada pada dirinya.

Sama halnya dengan bintang di langit, manusia pun bisa bersinar karena prestasi dan kualitas pribadinya. Muncul menjadi tokoh atau pemimpin. Hanya tokoh atau pemimpin yang dianggap paling penting yang mudah dikenali dan kadang dipuja-puja. Sedangkan kebanyakan tokoh atau pemimpin lain lebih dikenali dalam suatu konstelasi organisasi atau lembaga, yang memberi makna kemanfaatan kolektif, bukan individu semata.

Sama halnya dengan bintang. Tokoh atau pemimpin ada masa lahir, mencapai puncak prestasi, lalu mundur atau wafat. Ada kalanya kecemerlangannya meredup dan dilupakan orang karena tertutup “awan gelap” kondisi politik masa itu. Ada kalanya “polusi” berupa godaan duniawi mengganggunya hingga menjadikan sinarnya menghilang begitu saja. Begitulah dinamika manusia.

Pada QS. Ali ‘Imran [3] ayat 26-27 tersebut di atas Allah mengingatkan tentang dinamika kehidupan manusia, sama halnya dinamika di alam. Kita berharap pertunjuk dan bimbingann-Nya agar kita tetap pada jalan-Nya, apa pun yang terjadi.

Tetap istiqamah memegang prinsip ajaran-Nya, kalaupun dalam perjalanan hidup kita ”awan gelap” atau ”polusi” menghadang dan kita dilupakan orang atau kelak meninggalkan dunia fana ini, semoga kita mencapai husnul khatimah (akhir yang baik) menurut penilaian Allah dan penilaian manusia.

Wallãhu A’lamu bish-Shawãb

__________________

Oleh: T. Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN

About admin

Check Also

Cara Melihat Allah Secara Dzhahir Maupun Bathin

“Berbuatlah kalian, karena segala hal dipermudah kepada apa yang diciptakan untuknya”. (Rasulullah SAW) Oleh: H ...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *