“Jerih payah dalam upaya mewujudkan keinginanmu tetaplah tidak akan melampaui batas-batas takdir Tuhan yang telah ditetapkan bagimu.”
Oleh: H. Derajat*
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَالْهِدَايَةِ التَّآمَّةِ، آمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm
Wasshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Telah berfirman Allah SWT dalam surah Ar Ra’d ayat 11,
…اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ… ۞
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.”
Pada suatu ketika istriku bertanya kepadaku tentang takdir manusia karena pengaruh medsos yang menyatakan bahwa orang yang ditakdirkan miskin tak akan pernah menjadi kaya walaupun usahanya sudah mati-matian. Jawabanku cukup singkat saja, “karena kita gak akan pernah tahu apakah kita ditakdirkan akan menjadi kaya ataupun miskin. Makanya kita diwajibkan untuk usaha.”
Selanjutnya, aku jelaskan kepada istriku bahwa usaha kita itu adalah juga takdir Ilahi. Jadi, bukan cuma fokus pada hasil kaya atau miskin. Sebagaimana difirmankan bahwa Allah memiliki Irãdah dalam Surat Al-Insan 30:
وَمَا تَشَاۤءُونَ إِلَّاۤ أَن یَشَاۤءَ ٱللّٰهُۚ ۞
“Dan tidaklah kalian berkehendak kecuali jika Allah berkehendak.”
Rasulullah Shallallãhu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada sebagian putrinya sejumlah wirid. Berikut bunyinya:
مَا شَآءَ اللّٰهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ
“Yang Allah kehendaki pada azalnya pasti terjadi dan yang tidak Allah kehendaki pada azal pasti tidak terjadi.”
Al-Imam Asy-Syafi’i Radhiyallãhu ‘Anhu berkalam di dalam munajat beliau:
مَا شِئْتَ كَانَ وَإِنْ لَمْ أَشَأْ وَمَا شِئْتَ إِنْ لَمْ تَشَأْ لَمْ يَكُنْ
“Ya Allah, yang telah Engkau kehendaki pada azalnya pasti terjadi meskipun aku tidak menghendakinya, dan apa yang aku kehendaki jika Engkau tidak menghendakinya, pasti tidak akan terjadi.”
Telah berkalam Mursyid kami yang mulia, Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari: “Orang ‘Arif Tidak Mencampuri Urusan Allah”.
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَا تَحْرِقُ أَسْوَارَ الْإِقْدَارِ
“Tekad yang kuat tak ‘kan mampu menembus dinding takdir.”
Syarah Syaikh Abdullah asy-Syarqawi:
Tekad adalah kekuatan jiwa yang bisa mempengaruhi segala sesuatu. Orang-orang sufi menyebutnya dengan himmah. Tekad ini takkan berpengaruh apa-apa, kecuali dengan takdir dan ketentuan Allah Ta’ala.
Hikmah di atas menguatkan hikmah sebelum dan sesudahnya. Seakan Syaikh Ibnu ‘Atha’illah ingin menyatakan bahwa keinginanmu tidak akan ada gunanya bila berbeda dengan keinginan Tuhanmu. Jika tekad yang kuat saja tidak akan membuahkan hasil apa-apa, kecuali dengan takdir dan izin Allah Ta’ala, apalagi tekad yang lemah, seperti halnya tekadmu, wahai saudaraku.
Hikmah ini ditujukan untuk mendinginkan api ketamakan yang menyala-nyala di dalam hatimu yang selalu yakin bahwa segala sesuatu itu bergantung pada usahamu sendiri dan pasti berhasil. Wallãhu A’lam.
Kututup dengan do’a:
اَللّٰهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ، وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allãhumma waffiqnã li thã‘atika, wa atmim taqshîranã, wa taqabbal minnã, innaka antas samî‘ul ‘alîm. Wa shallallãhu ‘alã sayyidinã muhammadin wa ãlihî wa shahbihî wa sallam, wal-hamdulillãhi rabbil ‘ãlamîn.
“Ya Allah, bimbinglah jalan kami pada jalan ketaatan kepada-Mu, sempurnakanlah kekurangan kami, terimalah ibadah kami. Sungguh, Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.”
_______
* Ketua Pasulukan Loka Gandasasmita